Sabtu, 17 Maret 2012

TRAGEDI


Tragedi 20 Februari dan Dampaknya Hingga Saat Ini

            Indonesia memiliki ragam budaya yang khas dengan etniknya masing-masing, kekayaan dan keberagaman ini menjadi simbol utama dari Bangsa Indonesia. Dari Pulau Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki suku yang berbeda-beda dengan latar budaya yang bervariasi seperti suku sunda, jawa, madura, bugis, banjar, aceh, bali, dan lain-lain.
            Dari kekayaan inilah yang membuat tiap suku harus saling berbaur sama lain, dalan satu keutuhan Bangsa Indonesia. Tidak jarang suku-suku yang berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain, untuk mencari peruntungan di tempat lain yang dianggap mereka lebih baik dari tempat yang ditinggali sebelumnya. Sehingga terbentuklah perluasan suku dan budaya oleh suku yang berpindah tersebut beserta adat yang dimilikinya.
            Salah satu suku yang sering merantau dari tempat satu ke tempat yang lain adalah suku Madura. Suku Madura adalah salah satu suku yang banyak berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain sama halnya seperti suku jawa dan bugis yang banyak merantau. Dan dari sinilah integritas suku Madura muncul di tempat yang didatanginya. Misalnya seperti Kalimantan, dalam penyebaranya populasi suku Madura yang mendiami pulau Kalimantan cukup banyak terutama di wilayah Kalimantan Selatan, Tengah, dan Timur. Banyaknya suku ini juga banyak membawa pengaruh ditempat yang di datanginya. Seperti pergolakan ekonomi, budaya, adat, suku, dan lain-lain. Munculnya Suku Madura di Kalimantan telah membawa dampak postif dan negatif yang  besar, hingga menimbulkan catatan sejarah atas perkembangan ekonomi di Pulau Kalimantan dan tragedi yang menimpa kota Sampit 10 tahun yang lalu, atau yang lebih dikenal dengan istilah “Perang Sampit”.
            Penyebab tragedi ini adalah adanya persilisihan paham antara orang Madura dengan suku Kalimantan yaitu Dayak, seperti bagi masyarakat Madura apabila tidak membawa celurit itu sombong, sedangkan apabila membawa celurit bagi masyarakat dayak itu sombong. Kemudian pemicu pengalihan tanah yang merugikan masyarakat Dayak yang membuat sakit hati warga Dayak sendiri seperti pada kasus ini, orang Madura datang kepada orang dayak untuk meminjam tanah untuk suatu keperluan, dan orang dayak pun mengijinkannya hingga kemudian tanah itu digunakan untuk membangun rumah atau ditanami sayur-sayuran dan keperluan lainya, namun ketika tanah itu dipinta kembali malah orang yang meminjamkan tadi diusir dengan tidak hormat, walaupun mereka sudah menunjukan surat tanah yang sah, namun tetap saja tanah tidak bisa dikembalikan. Selain itu karena bertambahnya jumlah penebang pohon membuat warga dayak terpaksa berpindah ke pedalaman, kemudian persaingan etnis dalam perdagangan dan usaha banyak yang di kuasai oleh orang madura seperti pelabuhan, konon orang yang masuk ketempat mereka tanpa dapat restu atau izin akan dibunuh, dan tak jarang hal ini terjadi. Biasanya polisi akan menangkap mereka pada awalnya, namun beberapa saat sesudahnya mereka dibebaskan kembali sehingga hal nakal ini menimbulkan kebencian dimata orang dayak pada umumnya, dan karena banyak orang Madura yang umunya lebih pandai mencari uang, maka banyak wanita-wanita lebih condong kepada mereka, dan hal ini juga menimbulkan kekesalan dimata anak-anak mudanya. Hampir semua sektor dikuasai oleh orang-orang madura, dan monopoli ekonomi yang diberlakukan mereka membuat sakit hati warga dayak seperti sulitnya bahan sembako didapat untuk orang-orang dayak. Dan akumulasi permasalahan inilah yang membuat suatu pertikaian kecil, yang kemudian merambat menjadi pertikaian besar.
            Pada awalnya pertikaian kecil itu dipicu oleh judi, lalu merambat dan menimbulkan kemarahan pada kaum Madura awalnya, sehingga orang-orang dayak yang menghuni sampit diburu dan warga-warga lain pergi mengungsi untuk menghindari kerusuhan ini. Kemudian pada tanggal 20 Februari 2001, warga dayak datang dengan jumlah yang lebih besar memburu orang-orang Madura dan menghabisi banyak nyawa disana, kebanyakan dari mereka dipenggal, rumah-rumah dibakar, hingga warga madura yang selamat lari ke hutan atau keluar daerah secepatnya. Tak sampai disitu rupanya penyerangan pun meluas dari kota Sampit kedaerah sekitarnya, sedangkan perlawan warga madura mulai menurun pada saat itu. Dan dari sanalah “Tragedi Sampit” bermulai
            Perang yang masih menyisahkan penderitaan dan trauma yang mendalam ini membawa dampak yang besar hingga saat ini, tak jarang orang dari keluar atau bepergian dari daerah kalimantan, entah dia adalah warga asli atau pendatang pasti ditanya “dari Sampit ya mas/Mbak?” itulah biasanya yang terlontar dari orang-orang yang pernah mendengar tragedi ini, terkadang ketika melihat atau mengetahui orang kalimantan mereka akan ketakutan, atau berkata lembut/sopan tiba-tiba. Mungkin tragedi besar yang terjadi 10 tahun lalu sulit untuk dilupakan oleh masyarakat luas mengingat jumlah korban dalam peristiwa itu mencapai lebih dari  1000 orang, ditambah banyaknya kabar orang-orang ini (dayak) memiliki Animisme yang tinggi yang bisa mengetahui dan membedakan suku madura dan suku lainya dan hal-hal aneh lainya. Selain itu kemungkinan kecil apabila suku dayak dengan suku madura bisa bersatu lagi dalam jangka waktu yang panjang, dan yang lebih parah lagi permusuhan akan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
            Bermula dari sinilah mungkin kita bisa belajar dalam kehidupan ini, bahwa  istilah “Dimana Bumi di Pijak, Di situ Langit Di Junjung” memang perlu diterapkan dan sikap saling menghormati tentunya. Pertikaian darah adalah pertikaian yang sulit diobati dalam jangka waktu yang lama, karena ‘darah yang tumpah, tidak akan pernah tertidur’.  Sebenarnya masih banyak pergolakan yang timbul seperti tragedi ini, namun hal yang perlu kita petik dari sini ialah pentingnya saling menghormati dan menolong antar sesama, dan menjaga etika ketika berhubungan dengan penduduk asli, sebab kita tidak pernah tahu bagaimana pola kehidupan masyarakat yang kita diami pada awalnya, oleh karena itu pendekatan penting untuk dilakukan untuk mencegah pergolakan suku yang satu dengan suku yang lain.

Ditulis Oleh Adrin Ma’ruf, 1009005080, smster IV B,UNIVERSITAS UDAYANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...