Kamis, 23 Februari 2012

HORMON

 HORMON
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Ciri- cirri Hormon
Ø  Bahan kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin ( & organ-organ tertentu badan)
Ø  Merangsang  menghalang kegiatan sesuatu tisu / organ bagian badan
Ø  Setengah hormon menguasai kelenjar otot lain. Setengah mengawal menyelaras kegiatan badan seperti tumbesaran & perkembangan.
Ø  Hormon juga membantu sistem saraf menyelaras aktiviti badan
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

1.1  Kelenjardan Hormon

KELENJAR DAN HORMON
No.
KELENJAR
CONTOH HORMON
1.
Pituitari
Adh, lh, fsh
2.
Tyroid
Tiroksin
3.
Adrenal
Adrenalin
4.
Pankreas
Insulin
5.
Gonad
  1. Teste
  2. Ovari

  1. Testostron
  2. Estrogen & progestron










1.2  Hormon Pada Manusia
Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:
§  Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan  bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh  feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
§  Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.
§  Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ  seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah.
Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut:
§  Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan  triodtironin).
§  Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan  kortisol).
§  Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH).

Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya adalah hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron yang dibuat dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama kontrasepsi yang digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka menentukan saat yang tepat: kapan harus mempunyai anak dan jarak usia tiap anak.

Hormon Wanita dan Priya
Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya.

ü  Estrogen
Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon seksual pria yang utama) yang dihasilkan ovarium. Selain androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit.

ü  Hormon progesteron.
Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon  yang dihasilkan oleh kelenjar dan berasal dari kolesterol darah.

ü  Testosteron dan  Dehidroepiandrosteron.
Hormon ini yang juga diproduksi oleh ovarium tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon ini dibutuhkan oleh wanita karena berhubungan dengan daya tahan tubuh dan libido (gairah seksual).


Efek Hormon Terhadap Wanita

Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan hidupnya termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita:
ð  Hormon Estrogen:
-          Mempertahankan fungsi otak.
-          Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.
-          Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
-          Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang  feminin.
-          Produksi sel pigmen kulit.
-          Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu  menahan air.

ð  Hormon Progesteron
Sebenarnya  hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit  tetapi  sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen  dan kompetitor  androgen. Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu,
-          Mengatur siklus haid.
-          Mengembangkan jaringan payudara.
-          Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
-          Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

ð  Hormon Androgen:
Hormon ini berfungsi untuk
-          Merangsang dorongan seksual.
-          Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah.

Hormon ini cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan pertumbuhan rambut, yaitu dengan menstimulasi  akar rambut dan kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang terletak di bagian atas akar rambut.
Kelenjar sebum menghasilkan sekresi lemak atau minyak yang berfungsi melumasi rambut dan kulit. Tetapi bila berlebihan minyak ini akan memicu tumbunya akne atau jerawat, sehingga mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar sebum juga bisa mengakibatkan alopesia androgenika (kebotakan), terutama pada pria. Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan hormon Androgen (hormonal imbalance) bisa menyebabkan hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di daerah-daerah yang tidak semestinya.
Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak pada saat seseorang mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya, semakin banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada wanita. Tak heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak dibanding wanita. Efek kerja kelenjar sebum mulai berkurang pada wanita sesaat menjelang menopause.
Hiper-androgen pada wanita dengan ciri-ciri aktivitas hormon androgen melebihi normal ternyata merupakan masalah yang cukup umum terjadi walaupun belum diketahui penyebabnya dan mempengaruhi 10-20% wanita usia reproduktif.

1.3  Hormon Pada Hewan
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.

§  Hormon pada serangga
Yang perlu dicatat adalah, karena ecdyson adalah suatu sterol, yang biosintesisnya berasal dari kholesterol, maka dibutuhkan makanan yang cukup mengandung kholesterol supaya serangga dapat memiliki cukup ecdyson. Sementara itu pada tumbuhan sendiri dijumpai bentukan lanjut sterol yang sangat mirip ecdyson dan disebut sebagai "phytoecdyson". Bahan ini bekerjanya tidak spesifik, karena ternyata dapat digunakan oleh banyak jenis artropoda.









Hormon yuwana, Juvenile Hormone (JH)
Hormon lain yang juga teridentifikasi dari berbagai percobaan dalam mencari faktor molting adalah JH (hormon yuwana, juvenile hormone). Hormon ini dijumpai hampir pada semua artropoda dan krustasea. JH dipergunakan untuk mempertahankan stadium muda, sehingga apabila dalam suatu instar pradewasa dijumpai titer JH yang sangat rendah, artinya stadium larvanya menjelang selesai. Lebih lengkapnya pada bab Hubungan antara Ecdyson dan JH dalam pengaturan metamorfose.











BIOSINTESIS, SEKRESI DAN MEKANISME KERJA
HORMON

Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting ; hormon peptida dari protein, hormon  steroid  dari  kolesterol,  dan  hormon  tiroid  serta  katekolamin  dari  asam amino. Hormon-hormon  ini  bekerjasama dengan sistem  saraf pusat sebagai  fungsi pengatur  dalam  berbagai  kejadian  dan  metabolisme  dalam  tubuh.  Jika  hormon sudah  berinteraksi  dengan  reseptor  di  dalam  atau  pada  sel-sel  target,  maka komunikasi  intraseluler  dimulai.  Untuk  itu  perlu  diketahui  mengenai  proses pengaturan  sekresi  hormon  ,  pengikatan  dengan  protein  transpor,  pengikatan dengan  reseptor  dan  kemampuan untuk  didegradasi  dan  dibersihkan  agar  tidak memberikan dampak metabolisme yang berkepanjangan.

*            Peptida
Hormon  peptida  merupakan  protein  dengan  beragam  ukuran.  Protein  yang disintesis  disisipkan  ke  dalam  vesikel  untuk  sekresi,  dilipat,  dan  dapat  diproses melalui  proteolisis  atau  modifikasi  lain.  Pelipatan  ditentukan  oleh  rangkaian primer protein maupun oleh protein tambahan. Untuk  sekresi  ,  protein  disisipkan  ke  dalam  retikulum  endoplasmik,  yang akhirnya  mencapai  vesikel  sekretorik.    Setelah  transpor  protein  kedalam  retikulum endoplasmik, protein  bergerak melalui suatu seri  kompartemen khusus , dimodifikasi sebelum dilepaskan . Vesikel bergerak ke dan berfusi dengan aparatus Golgi.  Vesikel ini  ditutupi  oleh  suatu  lapisan  protein  yang  memungkinkan  untuk  berikatan  dengan membran  aparatus  Golgi  .  Vesikel  ini  kemudian  berfusi  yang  memerlukan  hidrolisis ATP dan protein lain, termasuk protein pengikat GTP (dan hidrolisis GTF).
Akhirnya,  vesikel  ke  luar  dari  jaringan  trans-Golgi  dan  diangkut  ke  permukaan  sel, berfusi  dengan  membran  untuk  menyampaikan  isinya  ke  luar  sel.  Gerakan  dari vesikel-vesikel ke permukaan terjadi sepanjang jalur mikrotubulus (1,2) Hormon-hormon  dilepaskan  dari  sel  sebagai  respons  terhadap  rangsangan Sebagian  besar  sel-sel  endokrin  (hipofisis,  paratiroid,  pankreas)  menggunakan lintasan  sekretorik  yang  diatur;  dengan  demikian,  mereka  menyimpan  hormon peptida  dalam  granula  sekretorik,  dan  melepaskannya  sebagai  respons  terhadap rangsangan.  Dengan  menyimpan  produk  ini,  sel  sekretorik  mampu  untuk melepaskannya  dalam  periode  yang  pendek  dengan  kecepatan  melebihi  kemampuan sintesis sel. Hal ini merupakan kasus pada pulau Langerhans pankreas, kelenjar para-tiroid,  dan  kelenjar  hipofisis.  Namun,  hati,  yang  melepaskan  angiotensin,  dan plasenta,  yang  melepaskan  CG  dan  laktogen  plasenta  (korionik  somatomamatropin), hanya  menggunakan  lintasan  tetap.    Vesikel  dari  dua  lintasan  ini  berbeda;  dari lintasan  yang  diatur  terkemas  dengan  protein  sekretorik  hingga  konsentrasi  sangat tinggi, memberikan densitas sangat tinggi dalam mikrografi elektron. Granula ini ber-akumulasi  dalam  sel  tanpa  adanya  suatu rangsangan  sekretorik  hingga  menyebabkan pelepasan  dari  kandungannya  melalui  fusi  dengan  membrana  sel.  Pada  beberapa kasus,  hormon  juga  disekresikan  bersama  protein  lain.  Neurofisin,  dilepaskan  dari prekursor  menjadi  vasopresin  dan  oksitosin,  mengikat  hormon-hormon  ini  dan menyertai  mereka  dari  tempat  sintesis  dalam  hipotalamus  ke  tempat  sintesis  mereka pada  hipofisis  anterior.  Beberapa  peptida  mengalami  sedikit  modifikasi  lanjutan, seperti  halnya  dengan  GH  dan  PRL.  Pada  kasus  lain,  pembelahan  dari  "prohormon" di  dalam  sel  menghasilkan  hormon  akhir.  Contohnya  proinsulin  diubah  menjadi insulin  dengan  pengangkatan  rangkaian  peptida  C,  meninggalkan  rantai  A  dan  B yang  melekat  melalui  ikatan  disulfida.  ACTH,  suatu  protein  asam  amino-39,  dan beberapa  peptida  lainnya  (Fragmen  terminal-N,  betalipoprotein)  dilepaskan  secara proteolitik  dari  protein  yang  lebih  besar  propriomelanokortin  (POMC)  dalam hipofisis anterior . 
Berbagai  hormon  juga  dapat  diproses  pada  tempat  yang  berbeda.  Sebagian besar  protein  diproses  dalam  granula  sekretorik  padat  dari  lintasan  sekresi  yang diatur.    Pembelahan  dari  proinsulin  menjadi  insulin,  prorenin  menjadi  renin,  dan POMC  menjadi  peptidanya  merupakan  contoh-contohnya.  Dalam  susunan  saraf pusat,  beberapa  peptida  (contohnya,  TRH)  diproses  dalam  perikarya  neuronal, sementara yang lain diproses dalam akson dan terminal (prekursor GnRH). Jika  kandungan  granula  sekretorik  dilepaskan  sebagai  respons  terhadap  suatu stimulus,  maka  membrana  granula  berfusi  dengan  membran  sel,    kandungan  dari granula kemudian dilepaskan  melalui eksositosis.  Ca2+ penting untuk proses-proses ini.  Obat-obatan  yang  merangsang  pelepasan  hormon  polipeptida  dan  katekolamin merangsang  influks Ca2+ ke dalam sitoplasma  melalui saluran Ca2+ spesifik. Hal  ini memicu  fusi  dari  vesikel  sekretorik  dengan  membran  dan  pelepasan  dari  hormon yang  disimpan.  Dengan  demikian,  aktivator  dari  saluran  Ca2+ dan  fosfolipase  C akan  meningkatkan  sekresi.  Dalam  sel  B  pankreas,  kadar  glukosa  yang  tinggi meningkatkan  kadar  ATP  intraselular yang  pada  gilirannya  menghambat  efluks  K+melalui  saluran  membran  ,  menimbulkan  depolarisasi  membran  dan  pembukaan dari  saluran  Ca2+. Peningkatan  Ca2+ kemudian  membuka  saluran  K+,  menimbulkan repolarisasi  membran  dan  dengan  demikian  mengakhiri  rangsangan  sekresi.  cAMP juga  dapat  merangsang  sekresi  hormon  melalui  suatu  fosforilase  yang  dirangsang-kinase serta aktivasi dari saluran Ca2+ .

*            Hormon Tiroid
Hormon  tiroid    hanya  disintesis  dalam  kelenjar  tiroid,  walaupun  sekitar  70% dari  hormon  steroid  aktif  yang  utama,  T3,  dihasilkan  dalam  jaringan  perifer  melalui deiodinasi  dari tiroksin; T4. Sel-sel kelenjar tiroid  mengkonsentrasikan  iodium  untuk sintesis  hormon  tiroid  melalui  transpor  aktif.  Sel  kelenjar  tiroid  tersusun  dalam folikel-folikel  yang  mengelilingi  bahan  koloidal,  dan  menghasilkan  suatu glikoprotein  yang  besar,  tiroglobulin.  Iodium  dioksidasi  dengan  cepat  dan  disatukan dengan  cincin  aromatik  tirosin  pada  tiroglobulin  (organifikasi). Residu  tirosin kemudian  dirangkai  bersama  untuk  menghasilkan  tironin.  Organifikasi  dan perangkaian  dikatalisir  oleh  peroksidase  tiroid  pada  permukaan  apeks    sel  dalam mikrovili  yang  meluas  ke  dalam  ruang  koloid.  Tiroglobulin  dilepaskan  -bersama dengan tironin  yang  melekat  padanya- ke  dalam  folikel,  dan bertindak  sebagai  suatu cadangan bagi hormon. Hormon tiroid dibentuk oleh ambilan balik dari tiroglobulin  melalui  endositosis  dan  pencernaan  proteolitik  oleh  hidrolase lisosoma  dan  peroksidase  tiroid,  menghasilkan  berbagai  tironin.  Dalam  keadaan normal,  kelenjar  melepaskan  T4dan  T3  dalam  rasio  sekitar  10:1,  kemungkinan melalui suatu mekanisme transpor aktif (1,2,3)





















*            Steroid
Hormon  steroid  dihasilkan  adrenal,  ovarium,  testis,  plasenta,  dan  pada tingkat tertentu di jaringan perifer . Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan melalui  sintesis  de  novo  atau melalui  ambilan  dari  LDL  melalui  reseptor  LDL. Terdapat  sejumlah  cadangan  kolesterol  dalam  ester  kolesterol  sel-sel  steroi-dogenik.  Jika  kelenjar  penghasil  steroid  dirangsang,  kolesterol  ini  dibebaskan melalui  stimulasi  dan  esterase  kolesterol,  dan  sejumlah  kolesterol  tambahan dihasilkan  melalui  stimulasi  sintesis  kolesterol  oleh  kelenjar.  Namun,  dengan berjalannya  waktu,  ambilan  kolesterol  yang  ditingkatkan  merupakan  mekanisme yang            utama             untuk   meningkatkan  steroidogenesis.
Kelenjar-kelenjar         ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan lebih meningkat oleh rangsangan  steroidogenik  seperti  hormon  tropik.  Hal  ini  sebagian  besar disebabkan oleh habisnya kolesterol  intraselular Penurunan  ini juga meningkatkan sintesis  kolesterol,  yang  selanjutnya  mempermudah  steroidogenesis.  Produksi steroid  selelah  rangsangan  seperti  ini  dapat  sepuluh  kali  lebih  banyak  dari produksi basal (1,2,4)  Langkah  yang  membatasi  kecepatan  dalam  produksi  hormon  steroid  adalah pembelahan  dari  kolesterol  untuk  membentuk  pregnenolon  melalui    kerja  dari suatu  enzim  pembelah  sisi  kolesterolP450  sitokrom  (P450scc)  yang  terletak  pada membrana mitokondrial bagian dalam. Enzim ini menggunakan suatu flavoprotein suatu  protein  sulfur  besi;  NADPH;  dan  oksigen.  Kolesterol  dihidroksilasi  pada C22  dan  kemudian  pada  CZp  dan produk  ini  dibelah  untuk  menghasilkan pregnenolon  ditambah  isokapraldehid.  Aktivitas  langkah  ini  diatur  oleh  rangsang tropik utama (ACTH, FSH, LH, CG) pada seluruh jaringan steroidogenik. 
Kemudian  pregnenolon  bergerak  ke  luar  dari  mitokondria  ke  retikulum endoplasmik, yang akan  mengalami serangkaian modifikasi. Gerakan prekursor seperti  ini  antara  mitokondria  dan  retikulum  endoplasmik  dapat  dipermudah  oleh protein karier sterol atau gerakan pada permukaan membrana.
















Dalam  zona  fasikulata  adrenokortikal  dan  zona  retikularis  ,  pregnenolon secara  berturutan  diubah  menjadi  17-OH-pregnenolone  (oleh  sitokrom P450c17), 17P-OH-progesteron  (oleh kompleks  enzim  3-hidroksisteroid dehidrogenase-4,5-isomerase,  yang  mengubah  ikatan  ganda  5,0  menjadi -4,5-),  dan  11-deoksikortisol (oleh  sitokrom  P 450 c21).   Produksi  17-OH-pregnerolon  dari  pregnenolon disebut  sebagai  lintasan  5 karena  ikatan  ganda-5,6  dilestarikan.  Kemudian  11 – deoksikertisal  mengalir  kembali  ke  dalam  mitokondria  di  mana  kertisol,  produk akhir  yang  aktif,  dibentuk  melaiui  11--hidroksilasi  melalui  kerja  sitokrom  P-150c11.  Enzim  ini  tidak  ditemukan  dalam  gonad,  yang  tidak  menghasilkan  kortisol atau aldosteron














Glomerulosa  adrenal    menghasilkan  progesteron  dari  pregnenolon  meIalui kerja dari 3-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase . Hal  ini  disebut  lintasan 4. Granulosa tidak memiliki sitokrom P 4 50c17 dan secara unik mengandung suatu P450c  11AS  (oksidase  metil  kartikosteron  I).  Progesteron  dihidroksilasi  pada  C21oleh  P450c21  untk  menghasilkan  11-deaksikortikosteron  (DOC)  dan  oleh P450c11AS  pada  C11  untuk  menghasilkan  kortikosteron,  yang  diubah  menjadi aldosteron  melalui  penambahan dari  suatu  gugusan  aldehid  pada  posisi  18  melaui  aktivitas dari P45011AS (1,2,3)




























Untuk  produksi  androgen  dan  estrogen  ,  rantai  samping  pada  posisi  17  dari 17OH-pregnenolon  atau  17-OH-progesteron  diangkat  oleh  aktivitas  C17,20-liase  (terkandung  dalam  sitokrom  P45Oc17)  untuk  masing-masing  menghasilkan dehidroepiandrosteron  (DHEA)  dan  androstenedion.  Produksi  DHEA  merupakan lintasan  utama  dalam  adrenal  maupun  gonad  dan    melebihi  produksi  dari androstenedion.  Langkah  selanjutnya,  yang  menimbulkan  produksi  dari  estrogen estradiol utama dan androgen testosteron, terjadi di dalam gonad tetapi hanya dalam jumlah yang kecil di adrenal (2,3)































Lintasan  utama  untuk  produksi testosteron  dalam  testis  adalah  sel-sel  Leydig melalui  lintasan 5dari  pregnenolon  menjadi  DHEA dan  androstenediol,  sebelum steroid  ini  diubah  menjadi  derivat4,androstenedion  menjadi  testosteron,  dan DHEA  menjadi  androstenedioi  dan  kemudian  testosteron  melalui  kerja  17-hidroksisteroid  dehidrogenase.  Banyak  kerja  androgen diperantarai  oleh  dehidro-testosteron;  steroid  ini  sebagian  besar  dihasilkan  dalam  jaringan  target  melalui aktivitas dari 5-reduktase, dan sangat sedikit sekali yang dibuat di testis. Dalam  ovarium  ,  sel-sel  granulosa  tidak  mempunyai  sitokrom  P450c11, P450c17,  dan P 450c 21  dan  karena  itu  sebagian  besar  menghasilkan  progesteron. Progesteron  ini  kemudian  diambil  oleh  sel-sel  teka  yang  berdekatan,  yang mengubahnya menjadi  androstenedion,  yang  kemudian kembali ke sel granulosa, di mana  ia diubah  menjadi estron oleh kerja dari  aromatase. Enzim  ini  juga mengubah testosteron  menjadi  estradiol;  konsentrasi  dari  aromatase  dalam  sel  granulosa sedemikian  rupa  sehingga  hampir  semua  testosteron  diubah  menjadi  estradiol  dan dilepaskan sedikit testosteron. Estron dan estradiol dapat juga dihasilkan dari  DHEA  dan  androstenedion  dalam jaringan  perifer  seperti  jaringan  adiposa  karena adanya aroma tase.
adanya aromatase.








Jika  sudah  disintesis,  steroid  yang  baru  disintesis  dilepaskan  dengan  cepat. Tidak  seperti  pada  kelas  hormon  lain,  terdapat  sedikit  cadangan  steroid  oleh kelenjar,  dan  pelepasan  steroid  yang  meningkat  selalu  mencerminkan  peningkatan sintesis.

*            Katekolamin
Katekolamin  disintesis  dari  jaringan  saraf  medula  adrenal.  Kelenjar  ini  meru-pakan sumber utama dari epinefrin dalam sirkulasi. Katekolamin disintesis dari tirosin dan kemudian disimpan dalam granula  yang analog dengan granula  yang  mensekresi hormon polipeptida. Tirosin diubah  menjadi dihidroksifenilalanin  (DOPA)  oleh  hidroksilase  tirosin,  dan DOPA  diubah  menjadi dopamin  dalam  sitoplasma  oleh  dekarboksilase  asam  amino-L  aromatik.  Dopamin kemudian  diambiI  oleh  suatu  pengangkut  katekolamin  ke  dalam  membran  granula, yang  diubah  menjadi norepinefrin (oleh -hidroksilase dopamin), produk akhir yang dilepaskan  oleh  sebagian  besar  sel  penghasil  katekolamin  tubuh.    Namun,  dalam medula  adrenal  dan  hanya  beberapa  lokasi  lain,  ditemukan  feniletanolamin-O-metiltransferase  (PNMT);  pada  kasus-kasus  ini,  norepinefrin  meninggalkan  vesikel untuk  kembali  ke  sitoplasma,  di  mana  PNMT  mengubah  norepinefrin  menjadi epinefrin,  yang  diambil  oleh  granula  untuk  sekresi.  Katekolamin  disimpan  dalam granula ini dengan kromogranin A dan ATP dan dilepaskan dengan unsur-unsur ini.


*            Eikosanoid
Asam  arakidonat  merupakan  prekursor  paling  penting  dan  melimpah  dari berbagai  eikosanoid  pada  manusia  dan  membatasi  kecepatan  sintesis  eikosanoid  . Asam  arakidonat  dibentuk  dari  asam  linoleat  (suatu  asam  amino  esensial)  pada sebagian  besar  kasus  melalui  desaturasi  dan  pemanjangan  dengan  asam  homo--linoleat  dan  diikuti  desaturasi  selanjutnya.  Sementara  eikosanoid  tidak  disimpan dalam  sel-sel,  cadangan  prekursor  asam  arakidonat  ditemukan  dalam  membran  lipid darimana  ia  dilepaskan  sebagai  respons  terhadap  berbagai  rangsangan  melalui  kerja dari fosfolipase. 
Asam  arakidonat  dapat  diubah  menjadi  prostaglandin  endoperoksida  H2,  yang merupakan  prekursor             terhadap  prostaglandin,  prostasiklin,  dan  tromboksan. Untuk  sintesis  prostaglandin,  siklooksigenase  (juga  disebut  sintetase  endoperok-sidase)  mengubah  asam  arakidonat  menjadi  endoperoksidase  yang  tak  stabil,  PGG2, yang  dengan  cepat  direduksi  menjadi  PGH2.  Siklooksigenase  didistribusikan  secara luas  di  seluruh  tubuh  (kecuali  untuk  eritrosit  dan  limfosit)  dan  diinhibisi  oleh  aspirin, indometasin,  dan  obat-obatan  anti-inflamasi  non-steroid  lainnya.  Tergantung  pada jaringan,  PGH2  dapat  diubah  menjadi  prostaglandin  lain  (contohnya,  PGD2,  PGE2, PGF2  [via  PGE2])  dalam  reaksi  yang  melibatkan  sintetase  prostaglandin;  prostasiklin (contohnya,  PGI2)  dalam  reaksi  yang  melibatkan  sintetase  prostasiklin,  yang  prevalen pada  sel  endotelial  dan  otot  polos,  fibroblas,  dan  makrofag;  dan  tromboksan (contohnya, trombosan A2 [TXA2]), yang lebih banyak dalam platelet dan makrofag. 
Metabolisme  asam  arakidonat  oleh  5-lipoksigenase  menimbulkan  produksi leukotrien,  dan  metabolisme  oleh  12-lipoksigenase  menghasilkan  12-HPETE (hidroksi-peroksieikosatetraenoat)  yang  diubah  menjadi  HETE.  Asam  arakidonat dapat juga dioksigenasi oleh monoksigenase sitokrom P450 menjadi berbagai produk oksidasi omega dan epoksida dan turunan yang dapat memiliki aktivitas biologik.























TRANSPOR HORMON

Hormon beredar bebas dan terikat dengan protein plasma. Ada perbedaan besar antara  berbagai  hormon  dalam  luasnya  keterkaitan  mereka  dengan  protein  plasma. Pada  umumnya,  pengikatan  hormor,  dengan  plasma  adalah  melalui  interaksi  non-kovalen,  walaupun  kolesterol  dianggap  terikat  melalui  ikatan  ester  dengan fosfatidilkolin. 

*            Hormon Steroid 
Semua hormon steroid  berikatan dengan protein plasma  hingga tingkat tertentu ,pengikatan  berafinitas  tinggi  dengan  globulin  spesifik  dan  secara  relatif  berafinitas  rendah dan ikatan nonspesifik dengan protein seperti albumin. Protein pengikat utama adaIah  globulin  pengikat-kortikosteroid  (CBG;  transkortin),  yang  mengikat  kortisol maupun  progesteron,  dan  globulin  pengikat  hormon  seks  (SHBG),  yang  mengikat testosteron  dan  estradiol  (testosteron  lebih  ketat  ketimbang  estradiol).  Protein  ini ditemukan  dalam  konsentrasi  yang  cukup  sehingga  lebih  dari  90%  kortisol  total  dan sekitar 98% dari testosteron dan estradiol terikat.  Tingkat kemampuan mengikat pada beberapa kasus hanya sedikit melebihi konsentrasi normal dari steroid, sehingga pada kadar  yang  lebih  tinggi  proporsi  yang  lebih  besar  dari  hormon  dapat  bebas. Contohnya,  dengan  kortisol,  kapasitas  CBG  untuk  kortisoi  adalah  sekitar  25 g/dL (690 ng/dL). Aldosteron tidak berikatan dengan suatu protein spesifik, dengan akibat bahwa hanya sekitar 50% dari aldosteron plasma yang terikat.

*            Hormon Tiroid
Hormon tiroid beredar terikat dengan protein plasma sedemikian rupa sehingga 0,04%  dari T4 dan  0,4%  dari T3 adalah  bebas.  Sekitar  68%  dari T4 dan 80% dari  T3terikat oleh globulin pengikat-glikoprotein hormon tiroid (TBG). Sekitar 11% dari T4 dan  9%  dari  T3  terikat  dengan  transtiretrin  (prealbumin  pengikat-hormon  tiroid; TBPA). Sisanya terikat dengan albumin.

*            Hormon Polipeptida
Sebagian  besar  hormon polipeptida  beredar pada konsentrasi rendah tak terikat dengan  protein  lain,  walaupun  terdapat  pengecualian.  Pengecualian  termasuk beberapa  protein  pengikat-1-IGF  yang  mengikat  IGF-1.  Vasopresin  dan  oksitosin berikatan  dengan  neurofisin.  Hormon  pertumbuhan  berikatan  dnegan  suatu  protein yang identik dengan bagian pengikat-hormon dari reseptor hormon pertumbuhan.

*            Pengaturan Protein Pengikat Plasma
Kadar  protein  pengikat  plasma dapat  bervariasi  dengan  keadaan  penyakit  dan terapi  obat.  Contohnya,  kadar  CBG,  SHBG,  dan  TBG  meningkat  oleh  estrogen. Kadar  SHBG  meningkat  oleh  hormon  tiroid,  dan  kadar  SHBG  dan TBG  menurun oleh androgen.

*            Peranan Pengikatan Plasma
Pada  sebagian  besar  kasus,  (1)  hormon  bebaslah  yang  aktif;  (2)  kadar bebas  hormon  merupakan  penyebab  dari  umpan  balik  dan  pengaruh  pengaturan terkait yang mengendalikan pelepasan hormon (3) kadar bebas dari hormon berhu-bungan  dengan  kecepatan  bersihannya;  dan  (4)  keadaan  klinik berkorelasi  baik dengan  kadar  bebas  hormon.  Dengan  hormon  ini,  faktor-faktor  yang  mempenga-ruhi  kadar  protein  pengikat  plasma  dapat meningkatkan    atau  menekan  kadar hormon total, atau perubahan  ini dapat menutupi kelebihan hormon patologik atau keadaan defisiensi.  Tampak bahwa protein transpor dapat mempermudah suatu pengiriman yang merata  dari  hormon  ke  jaringan  target.  Dalam  jaringan  seperti  hati,  contohnya, suatu  hormon  yang  bebas  akan  disekuestrasi  secara  lengkap  pada  saat  darah mengalir  melalui  bagian proksimal dari  jaringan,  sementara  jika  hormon sebagian besar  terikat,  maka  hormon  bebas  akan  disekuestrasi  pada  bagian  proksimal  dan sementara  bagian  distal  terdapat  tambahan  melalui  disosiasi  hormon  terikat plasma . Pada hormon polipeptida, pengikatan plasma dapat meningkatkan waktu-paruh  hormon  dalam  sirkulasi;  juga  dapat  mempermudah  pengirimannya    ke dalam jaringan target.
MEKANISME KERJA HORMON

*            Reseptor Hormon
Hormon  bekerja  melalui  pengikatan  dengan  reseptor  spesifik  .Pengikatan  dari hormon  ke  reseptor  ini  pada  umumnya  memicu  suatu  perubahan  penyesuaian  pada reseptor  sedemikian  rupa  sehingga  menyampaikan  informasi  kepada  unsur  spesifik lain  dari  sel.  Reseptor  ini  terletak  pada  permukaan  sel  atau  intraselular.  Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "mesenger kedua"
Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7) Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor  untuk  beberapa  hormon,  seperti  insulin  dan  glukokortikoid,  terdistribusi secara  luas,  sementara  reseptor  untuk  sebagian  besar  hormon mempunyai  distribusi yang  lebih  terbatas.  Adanya  reseptor  merupakan  determinan  (penentu)  pertama apakah  jaringan  akan  memberikan  respon  terhadap  hormon.  Namun,  molekul  yang berpartisipasi  dalam  peristiwa  pasca-reseptor  juga  penting;  hal  ini  tidak  saja menentukan  apakah  jaringan  akan  memberikan  respon  terhadap  hormon  itu  tetapi juga  kekhasan  dari  respon  itu.  Hal  yang  terakhir  ini  memungkinkan  hormon  yang sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan yang berbeda. 

*            Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon  menemukan  permukaan  dari  sel  melalui  kelarutannya  serta  disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel kemudian  berikatan  dengan  reseptor.  Hormon  steroid  tampaknya  mempenetrasi membrana plasma sel secara bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa  kasus  (contohnya,  estrogen),  hormon  juga  perlu  untuk  mempenetrasi  int i sel  (kemungkinan  melalui  pori-pori  dalam  membrana  inti)  untuk  berikatan  dengan reseptor  inti-setempat.  Kasus  pada  hormon  tiroid  tidak  jelas.  Bukti-bukti mendukung  pendapat  bahwa  hormon-hormon  ini  memasuki  sel  melalui  mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi membrana inti (3,6).










Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan reseptornya. Ikatan  ini  disebabkan  tiga  jenis  kekuatan.  Pertama,  terdapat  pengaruh  hidrofobik pada  hormon  dan  reseptor  berinteraksi  satu  sama  lain  dengan pilihan  air.  Kedua, gugusan  bermuatan  komplementer  pada  hormon  dan  reseptor  mempermudah interaksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon ke dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der  Waals,  yang sangat tergantung pada  jarak, dapat  menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan. Pada  beberapa  kasus,  interaksi  hormon-reseptor  lebih  kompleks.  Hal  ini sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks reseptor dengan  subunit  yang  majemuk  dan  di  mana  pengikatan  dari  hormon  dengan  subunit pertama  mengubah  afinitas dari  subunit  lain  untuk  hormon.  Hal  ini  dapat  meningkat (kerjasama  positif)  atau  menurun  (kerjasama  negatif)  afinitas  dari  hormon  untuk reseptor  itu.  Kerjasama positif  menghasilkan  suatu  plot  Scatchard  yang konveks dan kerjasama  negatif  menghasilkan  suatu  plot  yang  konkaf  .  Artifak  eksperimental  dan adanya  dua  kelas  independen  dari  tempat  juga  dapat  menghasilkan  plot  Scatchard non-linier.  Yang  merupakan  kejutan,  ikatan  kerjasama jarang  diamati  pada  interaksi hormon-reseptor;  interaksi  reseptor-insulin  pada  beberapa  keadaan  dapat  merupakan suatu pengecualian.

*            Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor dapat memiliki  aktivitas  agonis,  antagonis,  atau  agonis  parsial  (juga  disebut  antagonis parsial). Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pas-careseptor.  Suatu  antagonis  mampu  untuk  berikatan  dengan  reseptor  dan  memblokir pengikatan dari agonis, tetapi tidak memicu respon pascareseptor. Dengan cara ini, ia tidak  menimbulkan  suatu respons  tetapi  memblokir respons  terhadap  agonis, asalkan ia  ditemukan  dalam  konsentrasi  yang  cukup  untuk  memblokir  pengikatan  agonis. Pada  umumnya,  antagonis  berikatan  dengan  tempat  yang  sama  pada  reseptor  seperti agonis  ,  namun  pada  beberapa  keadaan,  antagonis  dapat  berikatan  dengan  reseptor pada  tempat  yang  berbeda  dan  memblokir  pengikatan  agonis  melalui  perubahan alosterik  dalam  reseptor.  Suatu  agonis  parsial  (antagonis  parsial)  merupakan  suatu perantara;  ia  berikatan  dengan  reseptor  tetapi  hanya  menimbulkan  suatu  perubahan parsial  ,  sehingga  walaupun  reseptor  diduduki  secara  penuh  oleh  agonis  parsial, respon hormon akan tidak sepenuhnya. (2,5)


*            Pengikatan Hormon Non-Reseptor
Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormon-banyak protein  lain  juga  mengikatnya.  Dalam  hal  ini termasuk  protein  pengikat  plasma  dan molekul  seperti  alat  transpor lainnya  yang  lazim  ditemukan  dalam  jaringan  perifer, enzim  yang  terlibat  dalam  metabolisme  atau  sintesis  dari  steroid,  dan  protein  lain yang  belum  diidentifikasi  hingga  sekarang.  Protein  ini  dapat  mengikat  hormon seketat  atau  tebih  ketat  ketimbang  reseptor;  namun,  mereka  berbeda  dari  reseptor  di mana  mereka  tidak  mentransmisikan  informasi  dari  pengikatan ke  dalam  peristiwa pascareseptor. 
Satu  kelas  molekul  khusus  mengikat  hormon  atau  kompleks  hormon  pada permukaan  sel  dan  berpartisipasi  dalam  internalisasinya.  Yang  paling  diteliti  secara luas  adalah  "reseptor"  lipoprotein  berdensitas-rendah  (LDL)  yang  mengikat  partikel LDL  pembawa-kolesterol  dan  menginternalisasinya  .  Reseptor  ini  penting  untuk pengambilan  kolesterol,  contohnya,  dalam  sel-sel  dari  adrenal  untuk  biosintesis  steroid dan dalam hati untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan  hiperkolesterolemia.  Partikel  LDL  yang  diinternalisasi  dapat memberikan kolesterol untuk sintesis  steroid atau penyisipan ke dalam  membran sel. Di  samping  itu,  kolesterol  yang  dilepaskan  dari  partikel  menghambat  umpan  balik sistesis kolesterol. Dengan demikian, reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein. Molekul  reseptor  dan  non-reseptor  pengikat  hormon  biasanya  dibedakan melalui  sifat-sifat  pengikatannya  serta  kemampuan  untuk  memperantarai  respon pascareseptor. Reseptor akan mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan eksperimen transfer gen.

*            Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon
Pengertian  akan  hubungan  antara  pengikatan  hormon-reseptor  dan  respons selanjutnya  yang  ditimbulkan  oleh  hormon  kadang-kadang  membantu  dalam mempertimbangkan terapi  hormon dan keadaan klinik. Pertimbangan seperti  ini akan memungkinkan  klinisi  untuk  menghargai  secara  lebih  baik  makna dari  pengukuran hormon dan pemberian farmakologis dari hormon. Reseptor  inti  ditemukan  dalam  jumlah  yang  kecil-beberapa  ribu  per  sel-dan biasanya  membatasi  besarnya  respons  hormon.  Hal  ini  berarti  bahwa  jika  terdapat lebih  banyak  reseptor,  respons  hormon  pada  konsentrasi  hormon  yang  menjenuhkan reseptor  akan  lebih  besar.  Penjenuhan  relatif  dari  reseptor  sejajar  dengan  respon hormon . Sebaliknya, reseptor permukaan sel seringkali  bukan tidak terbatas, sehingga  penjenuhan  dari  hanya  suatu  fraksi  reseptor  menghasilkan suatu  respons  hormon yang maksimal.
Pada reseptor sel  permukaan,  dihasilkannya  messenger  kedua dan  kemampuan dari  setiap  reseptor  untuk  berinteraksi  dengan  lebih  dari  satu  molekul  efektor memberikan  suatu  amplifikasi  dari  respons.  Contohnya,  setiap  kompleks  hormon-reseptor  dapat  mengaktivasi  beberapa  molekul  protein  G  yang  mengatur  adenilil siklase, dan setiap molekul enzim dapat menghasilkan beberapa molekul cAMP yang dihasilkan  secara  berlebihan,  sedemikian  rupa  sehingga  langkah  berikutnya  dari respon hormon, cAMP-dependent protein kinase A, dapat menjadi terbatas.


















DAFTAR PUSTAKA

Gill  G:  Biosynthesis,  secretion,  and  metabolism  of  hormones.  In: Endocrinology and Metabolism, 2nd ed. McGraw-Hill, 1987; 11 – 32

Speroff  L,  Fritz  MA.    Hormone biosynthesis,  metabolism  and  mechanism  of
action.  In  Clinical  Gynecologic  endocrinology  and  infertility.  Seven  Ed. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia. 2005 ; 25 – 96.

Evans  RM:  The  steroid  and  thyroid  hormone  receptor  superfamily.  Science
1988;240:889.

Miller  WL:  Molecular  biology  of  steroid  hormone  synthesis.  Endocr  Rev
1988;9:295.

Hadcock  JR,  Malbon  CC:  Agonist  regulation  of  gene  expression  of
adrenergic receptors and G proteins. J Neurochem 1993;60:1.

Nishizuka  Y:  Intracellular  signaling  by  hydrolysis  of  phospholipids  and
activation of protein kinase C. Science 1992;258:607. 

Smith  D,  Toft  DO:  Steroid  receptors  and  their  associated  proteins.  Mol
Endocrinol 1993;7:4


sumber: http://members.tripod.com/layananebook/hormon.htm

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...