Tugas Menejemen
Usaha Ternak Perah
PEMBERIAN SUSU PADA PEDET
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini
dengan lancar. Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah Menejemen Usaha Ternak Perah.
Paper
ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan ataupun sumber lain yang berkaitan dengan Ilmu Menejemen Usaha
Ternak Perah, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu pengajar
Menejemen Usaha Ternak Perah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan paper
ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya paper ini.
Penulis harap, dengan membaca paper ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
tentang Bagaimana Pemberian Susu Pada Pedet. Memang paper ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Denpasar, Mei
2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Balakang
Upaya pengoptimalan hasil dalam usaha
budidaya ternak khususnya ternak sapi tidak dapat terlepas dari tiga unsur,
yaitu bibit, manajemen dan pakan. Pakan ternak memberikan sumbangsih
keberhasilan yang sangat signifikan dalam usaha ini. Karena selain menyajikan
unsur hara atau nutrisi yang penting juga biaya pakan merupakan biaya terbesar
dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Sehingga segala upaya guna menyajikan
bentuk pakan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi sapi serta memberikan efisiensi
secara ekonomis tentunya sangatlah dibutuhkan. Dengan harapan produktivitas
tampil secara optimal dan keuntunganpun dapat dicapai secara signifikan.
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam
kehidupan ternak. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan
yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrisi yang penting untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta
laktasi (produksi susu). Salah satunya adalah pemberian susu pada pedet.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana Pemberian susu pada pedet sapi perah
?
1.3.Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui Pemberian susu pada
pedet sapi perah
BAB II
PEMBAHASAN
Satu fase
yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan
manajemen pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur
dewasa. Dengan manajemen yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet
mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar.
Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona Dairy) dapat
menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama 24
jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam)
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu
bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu.
Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu
dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan salah satunya adalah pemberian pakan ialah sebagai berikut :
2.1. Pemberian
Pakan Anak Sapi / Pedet
Pedet yang terdapat di BET semaksimal mungkin
mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan
memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang
prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.
Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam
kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas.
Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya
terpenuhi.
Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang
dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah
lepas sapih. Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat
mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk
dan dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan
induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan
susu diberikan oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.
2.2. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada
pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat
pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun
bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar.
Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut,
yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku)
dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya
abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 %
bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah
menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air
susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf
starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat
kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.
Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik.
Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung
disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oeshopageal
groove”. Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga
susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada baik konsentrat atau
rumput, saluran tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke
rumen. Proses membuka dan menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan
refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin
menghilang. Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu
mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.
Zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada saat
pedet adalah : protein air susu casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya,
gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia mampu
memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun
kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau
kedelai. Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian,
setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat
lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin yang
dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir
vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam
kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
Dalam kondisi normal, perkembangan lat pencernaan
dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang
setelah pedet mengkonsumsi pakan kering. Semakin besar pedet maka ia akan
mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya
berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibuat
sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf
starter). Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam
tubuhnya. Bila pemberian makanan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan
kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa
terlalu banyak mengalami stress/cekaman.
Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada
umur 8 minggu, namu pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga
pedet belum dapat mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secar
maksimal.
Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe
pakannya ( yaitu berapa lama dan banyak air susu diberikan, serta kapan
mulai diperkenalkan pakan kering). Setelah disapih, pedet akan mampu
memanfaatkan protein vegetal dan setelah penyapihan perkembangan alat
pencernaan sangat cepat.
2.3. Jenis-jenis
Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Ø Jenis bahan
pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
- cair / likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer.
- cair / likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer.
- Pakan padat/kering
: konsentrat pemula (calf starter).
Ø Agar
pemberian setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi
setiap pakan untuk pedet perlu diketahui sebelumnya.
Ø Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing
sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air
susu normal.
Komposisi
kolostrum :
·
Kolostrum lebih banyak mengandung
energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih
kaya akan mineral dibanding air susu normal.
·
Mengandung enzym yang mampu
menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat
berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
·
Kolostrum mengandung sedikit laktosa
sehingga mengurangi resiko diare.
·
Mengandung inhibitor trypsin,
sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
·
Kolostrum kaya akan zat antibodi
yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
·
Kolostrum dapat juga menghambat
perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena mengandung
laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Ø Mutu
Kolostrum :
Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental
dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan
imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering
induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat
melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan
saat melahirkan maupun saat akan diperah.
Ø Milk
Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS)
Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi
asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik
kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau
diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang pemberian milk
replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan
pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal
dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan
serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada
saat pedet berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang
berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu
belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
- Milk replacer yang baik
mempunyai standar komposisi sebagi berikut :
Protein 20%, lemak 12%, serat kurang dari 0.25% dan
juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare. Selain antibiotik juga
dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang halus,
pertambhan bobot badan dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik yang
sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin.
Frekuensi pemberian sama dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1
hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.
2.3. Manajemen Pemeliharaan Pedet
Baru Lahir dan Pemberian kolostrum.
Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang
khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam
penanganan mulai kelahiran sampai pemberian pakan dan penanganan penyakit
selama masa pertumbuhannya.
a. Manajemen Pemberian Kolostrum 1
– 4 hari Pasca Kelahiran.
-
Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan
air hangat.
-
Usahakan pedet dapat segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 30 menit ) menyusu
pada induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung
menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi
oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam
uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.
-
Bila pedet tidak dapat menyusu pada induknya maka di perah kolostrum dari induk
sebanyak 1 liter.
-
Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.
- Berikan kembali kolostrum dalam 2 kali
pemberian berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam
berikutnya sejak lahir.
-
Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1 liter, dengan demikian
kolostrum tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali
dalam sehari.
-
Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6
liter/hari dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).
-
Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila
kurang memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95 %.
b. Manajemen Pemberian Susu 4 hari
– 12 minggu (penyapihan)
-
Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3 – 4 hari.
- Pemberiannya
perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot
badan pedet. Misalnya pedet bobot badannya 50 kg, maka air susu
yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.
- Pemberian
susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 kali pemberian.
-
Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2
bulan (8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke
fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel
pemeliharaan pedet).
- Hindari
pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over
feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan kering
dan akan mengakibatkan diare.
-
Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena
infeksi (suhu tubuhnya meningkat).
c. Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter)
Pemberian calf starter dapat
dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf
starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat
dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi
untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang
diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air
susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf
starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur
1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat
memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8
minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 –
20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable,
craked.
d. Manajemen Pemberian Pakan Hijauan
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih
menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan
rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna
dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
-
Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.
Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
- Jangan memberikan silase pada
pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN
yang banyak terdapat dalam silase.
-
Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan
BAB III
KESIMPULAN
Pedet adalah anak sapi yang baru
lahir hingga umur 8 bulan. Selama 3-4 hari setelah lahir pedet harus
mendapatkan kolostrum dari induknya, karena pedet belum mempunyai anti bodi
untuk resistensi terhadap penyakit. Setelah dipisahkan dari induk, barulah
pedet dilatih mengkonsumsi suplemen makanan sedikit demi sedikit sehingga
pertumbuhanya optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. [ ].
Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).
Anonim.
1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas
Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.
Anonim.
1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin
PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.
Anonim.
1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan
Indonesia, (42) 1988: 23-24.
Anonim.
1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan efisiensi
produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.
Bandini,
Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal.
Church, D.C.
1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall,
Inc.:278-279.
Djaja,
Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI,
5 (27) 1988: 25-26.
Djarijah,
Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.
Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry,
behavior, and veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press:
82-112; 150.
Ginting,
Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur.
Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.
Hehanussa,
P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong. Limnotek, 3 (1) 1995:
1-34.
Hermanto. 1988.
Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan
Indonesia, (42) 1988: 24-25.
Nienaber,
J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and health.
Proceedings of the International Livestock Environment Conference. St. Joseph,
American Society of Agricultural Engineers.
Pane, Ismed.
1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38; 133.
Sabrani, M.
1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian: 15-26.
Suryanto,
Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang,
Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal.
Warudjo,
Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 34-38.
Yakin anda selalu tidak hoki?? Kami tantang anda yang merasa selalu tidak hoki... Kami yakin tidak ada orang yang tidak hoki...disini akan kami adu hoki anda dengan hoki pemain lain...
BalasHapusHubungi Kami Secepatnya Di :
WHATSAPP : 0813 3355 5662
Suka bermain Poker?
BalasHapusterlebih menggunakan pulsa?
apalagi Tanpa Potongan
Wah tentu mau dong
Mari join bersama kami di Donaco Poker
WHATSAPP : +6281333555662
CS 24 jam