Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen Mata kuliah Ilmu Reproduksi
Ternak.
Makalah
ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan ataupun sumber lain yang berkaitan dengan Ilmu Reproduksi Ternak.,
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Ilmu Reproduksi Ternak.atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai tingkah laku seksual pada ternak yang dikaitkan dengan
siklus birahi dan hormon reproduksi. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.
Denpasar, Oktober
2010
Penulis
BAB I
PENDHULAUAN
1.1.Latar
Belakang.
Reproduksi adalah suatu
proses biologis
di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar
mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu
organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya.Cara
reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat
melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama.
Pembelahan sel bakteri
menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian,
reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga
memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua
individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal
adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih
kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih
sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual
1.2.Rumusan
Masalah
ð Bagaimana
Tingkah Laku Seksual Pada Ternak Yang Dikaitkan Dengan Siklus Birahi Dan Hormon
Reproduksi ?
1.3.Tujuan
ð Mengetahui
Tingkah Laku Seksual Pada Ternak Yang Dikaitkan Dengan Siklus Birahi Dan Hormon
Reproduksi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Berahi
Berahi adalah istilah dalam seksualitas yang menunjukkan
keadaan kesiapan fisik dan mental suatu individu untuk
melakukan hubungan seksual/persanggamaan.
Keadaan ini ditunjukkan oleh banyak hewan, termasuk manusia. Berahi dapat didorong oleh siklus fisik (muncul
secara alami) maupun dimanipulasi untuk muncul.
Terdapat keadaan berahi yang sedikit berbeda antara manusia dan
hewan lainnya. Pada manusia, berahi diketahui lebih banyak dikendalikan oleh
kondisi kejiwaan, yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada beberapa
organ. Dengan kata lain, seseorang yang sehat dapat secara relatif mengatur
sendiri kesiapannya untuk mencapai kondisi berahi. Percumbuan
adalah perilaku yang paling umum dilakukan untuk mencapai taraf itu.Pada hewan,
khususnya berkelamin betina, berahi dikendalikan oleh suatu siklus hormonal (siklus
estrus, yang berbeda dengan siklus haid pada manusia). Hewan betina tidak dapat
dirangsang atau merangsang diri untuk siap bersanggama apabila tubuhnya tidak
berada pada kondisi yang memungkinkan. Sebaliknya, pada manusia orang dapat
kapan saja melakukan hubungan persanggamaan, namun biasanya pada saat haid, perempuan kehilangan
keinginan untuk melakukannya.
Secara fisik, berahi ditunjukkan oleh meningkatnya aliran peredaran
darah dan meningkatnya suhu beberapa bagian tubuh, terutama bagian reproduksi.
Pada hewan jantan yang memiliki penis, terjadi peningkatan aliran darah ke bagian ini dan penis
akan menegang dan mengeras (disebut sebagai ereksi). Rangsangan
terhadap pejantan ini bersifat kemofisik. Khusus pada manusia juga bersifat
psikis. Pada betina, berahi ditunjukkan oleh peningkatan suhu di bagian sekitar
vagina. Pada
manusia, selain perubahan pada vagina, juga terjadi pengerasan di bagian puting susu (juga terjadi pada
laki-laki).
Dalam peternakan sapi dikenal istilah "3A" yang merupakan singkatan
tiga pertanda dalam bahasa Jawa untuk menunjukkan keadaan berahi: abang,
abuh, anget (merah, membengkak, hangat).
2.2.
Periode Siklus Berahi
Lamanya
waktu yang digunakan dalam sertiap periode berbeda-beda dalam setiap spesies.Tabel.Karakteristik
lamanya Periode dari Setiap Bagian Siklus Berahi pada Beberapa Spesies Hewan Ternak
(Bearden dan Fuquqy,1980).
Sapi
Domba Kambing Babi Kuda
Siklus
berahi (hari) 21 17 20 20 22
Metestrus
(hari) 3-4 2-3 - - 2-3
Diestrus
(hari) 10-14 10-12 - - 10-12
Proestrus
(hari) 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3
Estrus
(jam) 12-18 24-36 24-36 34-38 96-192
A. Estrus
Periode ini dapat ditandai dari tingkah
laku hewan yang bersangkutan,seperti:
Berusaha
menunggangi sapi lain Vulva membengkak dan dari vulva keluar lendir yang jernih
yang biasanya melekat pada bagian pantat atau flanks Aktivitas fisik meningkat pada hari berahi, sapi keliatan
gelisah ingin keluar kandang Melenguh-lenguh dan pangkal ekor terlihat sedikit
terangkat Pada sapi
betina dara, pada waktu berahi sering terlihat vulvanya bewarna sedikit
kemerah-merahan
Pada
sore hari lama berahinya lebih lebih panjang sekitar 2-4 jam. Saat terjadinya
ovulasi bila dihubungkan dengan berahi, pada sapi adalah 10-12 jam sesudah
akhir berahi,pada doba pada pertengahan akhir berahi, pada babi sekitar
pertengahan berahidan pada kuda satu sampai dua hari sebelum berahi berakhir.
B. Metestrus
(Postestrus)
Periode
ini ditandai dengan tidak terlihat tau telah terhentinyaberahi.Sel-sel
granulosa folikel dibagian bekas ovum yang berevolusi betrtumbuh dengan cepat
membentuk corpus luteum (corpora klutea pada hewan yang multipel ovulasi)
dibawah pengaruh LH dari Adenohypophysa. Corpus luteum yang terbentuk
menghasilkan progesteron, yang menghambatsekresi FSH. Akibatnya pematangan
folikel tertier menjadi folikal de Graaf terhenti. Pada saat ini terjadi
perubahan pada uterus untuk menyiapkan diri memelihara perkembangan embrio.
Pada sapi selama awal metestrus kadang-kadang terlihat pendarahan
(haemorrhagi). Pendarahan ini disebabkan karena pecahnya kapiler yang sangat
hiperhaemis pada lapisan epitel dinding uterus akibat penurunan estrogen.
C. Diestrus
Periode
dietrus adalah periode terpanjang diantara keempat periode siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.
D. Proestrus
Periode
ini dimulai dari saat beregrasinya corpus luteum sampai hewan benar-benar
berahi. Pada saat ini hewan telah memperlihatkan tanda-tanda berahi,tetapi
belum bersedia untuk melakukan kopulasi. Hal ini mungkin disebabkan karena
kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel belum cukup untuk memalingkan
kehendak betina untuk menerima hewan jantan. Perubahan alat kelamin bagian
dalam, terlihan pada ovariumnya, dimana terjadi pertumbuhan folikel yang cepat
sekali dari folekel terties menjadi folikel de Graaf. Uterus dan oviductebih
banyak mengandung pembuluh darah dari pada biasanya. Kelenjer-kelenjer endo
metrium tumbuh memanjang, cervix mulai merilex dan kelenjer-kelenjer lendir
mulai bereaksi.
Berdasarkan
kadar hormon yang dihasilkan oleh ovarium, beberapa ahli reproduksi membagi siklus
berahi atas 2 fase yaitu:
1.Fase Estrogenik (fase folikel)
Ø Fase
ini menggabungkan fase proestrus dan estrus
2.Fase Prostegenik (fase luteal)
Ø Fase
ini menggabungkan fase Etestrus dan diestrus
Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung
dari bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Interval antara timbulnya
satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu
siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode
yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001;
Sonjaya, 2005). Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada
ovarium sapi selama siklus estrus.
Ovulasi
Proses ovulasi dapat didefinisikan terlemparnya cairan
folikel serta ovum ke rongga peritoneal disekitar inpendibullum oviduk atau
tuba uterin. Kebanyakan hewan mamalia, ovulasi sangat berkaitan dengan birahi
(estrus) karena absorbsi sejumlah besar estrogen ke dalam aliran darah terjadi
sesaat sebelum ovulasi (Frandson, 1996).
Menurut Toelihere (1993) ovulasi didefinisikan sebagai
pelepasan ovum dari folikel de Graaf dan secara umum dikenal bahwa ovulasi
disimulir oleh LH, tetapi mekanisme yang sebenarnya tidak diketahui, mungkin LH
menyebabkan pengendoran dinding folikel sehingga lapisan-lapisan pecah dan
melepaskan ovum dan cairan folikel.
Apabila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum
berregresi yang disebut korpus albican. Korpus albican ini dimulai regresi
14-15 hari sesudah estrus. Namun jika terjadi fertilisasi lalu kebuntingan
korpus luteum akan terus bertahan selama kebuntingan sebagai korpus luteum
kebuntingan yanga menghasilkan hormon progesteron untuk mempertahankan
kebuntingan (Toelihere, 1993).
2.3.
Siklus Estrus Pada Sapi
Pada sapi pubertas bervariasi tergantung bangsa dan
tingkat nutrisi. Sapi-sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur
rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisinya baik dan 49 minggu bila
nutrisinya sedang, 72 minggu bila tingkat nutrisinya rendah. Periode estrus
pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi beina tetap siap sedia dinaiki oleh
betina lain atau pejantan. Periode itu rata-rata 18 jam, kisaran normalnya
12-24 jam. Ovulasi normalnya terjadi kira-kira 10-15 jam setelah berakhirnya
estrus. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34
jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam setelah ovulasi. Untuk kepentingan
IB, sapi-sapi yang nampak birahi pada pagi hari, sebaiknya diinseminasi siang
itu juga dan sapi yang nampak birahi sore, hendaknya dikawinkan besok pagi
hari.
2.4. Fungsi Dan
Melanisme Hormon Reproduksi Betina
Dua
kelas hormon yang dihasilkan oleh ovarium adalah estrogen dan progestin. Secara
kimia estrogen dan progestin diklasifikasikan sebagai steroid dan memiliki
kolesterol sebagai suatu bahan pembentuknya (Bearden,1984).
Estrogen
yang memiliki suatu kelompok steroid dengan aktivitas fisiologis yang serupa,
diproduksi oleh sel-sel spesifik dalam folikel graf. Kerja utama estrogen
adalah menifestasi tingkah laku waktu kawin pada waktu estrus,
perubahan-perubahan siklik pada alat reproduksi betina, perkembangan saluran
pada kelenjar mammae, dan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder
(Bearden,1984).
Progestrin
terutama progesteron, adalah kelompok hormon lain dengan aktivita fisiologis
yang serupa. Hormon-hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Fungsi utamanya
adalah menghambat tingkah laku seksual, merawat kebuntingan dengan menghambat
kontraksi uterus dan meningkatkan perkembangan kelenjar dalam endometrium, dan
meningkatkan perkembangan alveoli kelenjar mammae ((Bearden, 1984)
Kedua
estrogen dan progesteron membantu mengatur pelepasan gonadotrophin, ang bekerja
lewat hypotalamus dan hipofisis anterior. Kadar progesteron yang tinggi atau
suatu kombinasi progesteron dan estrogen menghambat pelepasan FSH dan LH dari
hypofisis anterior suatu kontrol umpan balik negatif ( negative feedback
control ) (Bearden, 1984).
a.
GnRH dari hypotalamus merangsang pelepasan
FSH dan LH dari hypofisis anterior
b.
FSH merangsang produksi estradiol dan
inhibin oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium.
c.
Inhibin secara selectif menghambat
pelepasan FSH
d.
Ketika progesteron rendah, konsentrasi
estradiol yang tinggi merangsang suatu lonjakan GnRH, FSH, LH yang lebih besar,
suatu kontrol umpan balik positive.
e.
Lh merangsang produksi dan pelepasan
progesteron oleh sel-sel granulosa dalam corpus luteum.
f.
Konsentrassi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasan GnRH, FSH, LH suatu kontrol umpan balik negative (Bearden,
1984)
Gonadrofin
hipofisis, follicle- stimulating hormone ( FSH ) dan luteinizing
hormone ( LH ) dihasilkan di bawah pengawasan “ releasing factor “ yang
dikeluarkan oleh hipotalamus. FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan
pembentukan estrogen. LH mempermudah pembentukan korpus luteum melalui
diferensiasi sel sel granulosa yang tetap ada dalam folikel setelah
mengeluarkan oosit. LH juga mempermudah ovulasi dan pematangan oosit.Estrogen
menghambat sekresi FSH dan merangsang sekresi LH. Progesteron menghambat
pembentukan LH. ( Junqueira, 1992 ).
Hormon – hormon reproduksi betina
:
-
FSH (folikel stimulating hormone)
dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua
hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari
folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH
-Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen,merangsang
endometrium untuk menebal, merangsang perkembangan cirri seks sekunder wanita,
menekan pengeluaran FSH dan merangsang pengeluaran LH dari pituitary depan.
-
LH
Hormone
yang bertanggungjawab terhadap pemasakan folikel dapat berkembang secara
sempurna. Di bawah pengaruh LH, sisa folikel dalam ovarium diubah menjadi badan
kuning atau korpus luteum yang setelah beberapa hari akan menghasilkan
progesterone
-
Progesteron,
Hormon
ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk
hormon HCG.
- Relaxin
Suatu hormon polipeptid yang diproduksi oleh corpus
luteum. Sedikit diketahui tentang mekanisme yang mengontrol produksinya, tetapi
konsentrasi yang tinggi terlihat selama kebuntingan. Relaxin menyebabkan
relaksasi ligamentum pelvis dan memperlunak jaringan ikat otot-otot uterus
untuk menyediakan perluasan yang diperlukan untuk menampung fetus yang sedang
tumbuh. Bekerja sama dengan estrogen, relaxin menyebabkan relaksasi pelvis dan
pelunakan jaringat ikat servic lebih lanjut agar fetus dapat dikeluarkan pada
waktu kelahiran (Bearden, 1984)
- Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH
merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang
pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar
GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
2.5. Pengaturan Siklus Berahi Oleh Hormon
Pada dasrnya siklus berahi diatur oleh oleh keseimbangan antara
hormon-hormon steroid dan protein dari ovarium dan hormonp-hormon gonadotropin
dari hipopisa anterior. Progesteron mempunyai suatu pengaruih dominan terhadap
siklus berahi. Selama periode diestrus, ketika konsentrasi progesteron tinggi,
konsentrasi FSH, LH dan sisa total Estrogen relatif rendah. Saat ini pada
beberapa spesies dapat dideteksi adanya pertubuhan folikel, tetapi sangat
lambat bila dibandingkan bila yang terjadi 2 atau3 hari menjelang terjadinya
ovulasi. Demikian juga selama kebuntingan, konsentrasi progesteron yang tinggi
menahan pelepasan hormon-hormon gonadotropin ytanng dapat menyebabkan munculnya
tingkah laku berahi. Kejadian ini merupakan kontrol dari progesteron terhadap
hormon gonadotropin, dengan mekanisme kerja umpan balik negatif.
Pada akhir diestrus, PGF 2-alpha dari uterus menyebabkan tejadinya
regresi corpus luteum. Bersamaan dengan ini terlihat konsentrasi progesteron
dalam dalah menurun dengan tajam. Penurunan yang tiba-tiba ini menyebabkan
timbulnya rangsangan pada hipofisis anteerior, ditambah deangan hilangnya
blokade dari progesteron menyebabkan terjadinya pelepasan FSH,LH dan LTH.
Dengan bertumbuhnya folikel, terjadi suatu gelombang estrogen yang menyebabkan
munculnya keinginan dan tingkah laku berahi,dan merupakan picu terhadap
pelepasan LH oleh hipopisis anterior melalui mekanisme umpan balik positif.
Setelah terjadinya ovulasi, di bekas tempat ovum yang berevolusi terbentuk
corpus luteum. Menjelang hari ke 4 atau 5 siklus, peningkatan progesteron sudah
dapat dideteksi, yang merupakan petunjuk dimulainya periode diestrus. LH dengan
LTH merawat corpus luteum untuk berfungsi pada hewan ternak. Lh bekerja untuk
mempertahankan funsi ini dengan peningkatan aliran darah melalui corpus luteum.
Sebaliknya PGF 2-alpha menutup aliran darah ke corpus luteum yang menyebabkan
tidak terjadinya sintesis progestin oleh corpus luteum, dan regresi corpus
luteum.
2.6. Tingkah
Laku Sapi
Ø Tanda tanda birahi pada sapi betina adalah :
- ternak gelisah
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
- ternak gelisah
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
-
dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
-
nafsu makan berkurangGejala
- gejala birahi ini memang harus diperhatikan
minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.
Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas. Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembab, lender bening seringkali nampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi.
Jika seekor betina memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya.
Waktu terbaik unatu menginseminasi dalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum terjadi ovulasi.
Satu
hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi adalah denga cara
menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang penggembalaan deteksi
berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas, memungkinkan betina-betina
bisa kesana-kemasi dan bebas merumput, namun juga tidak terlalu luas, sehingga
operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan mudah.
Satu
kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati
betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi operator
meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore
hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada waktu-waktu
yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda berahi dan
mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci suksesnya satu
program IB.
Catatan
. Khususnya bagi peternakan sapi berskala kecil, sebagaimana yang ada di Jawa
Timur pada umumnya, maka detksi berahi secara visual efektif setiap hari pada
pagi dan sore hari bersamaan dengan waktu pemerahan susu atau kegiatan rutin
lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung
dari bangsa, umur, dan spesies. Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode
berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya
dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
Dan
juga Tingkah laku seksual pada ternak misalnya sapi terlihat apabila sapi
tersebut sedang dalam masa berahi maka sapi tersebut akan tampak :
- gelisah
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
-
dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
-
nafsu makan berkurangGejala
Apabila
hewan ternak tersebut pada saat berahi harus diperhatikan secra khusus karena
pada saat berahi ternak mengalami tingkah laku yang berbeda dari biasanya dan
harus segera dikawinkan.Berahi juga dipengarui oleh hormon reproduksi,apabila
hormon-hormon yang ada dalam hewan ternak tidak normal maka hewan ternak
tersebut berahinya akan mengalami gangguan sehingga berahinya terhambat atau
agak lama.
DAFTAR PUSTAKA
http://yuntaq3.wordpress.com/2009/02/07/hormon-reproduksi-wanita/
http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/05/tingkah-laku-ternak.html
booksbloghq.com/posts/perilaku-birahi-pada-kambing.html
nurahmadhan.blogspot.com/.../siklus-birahi-pada-ternak.html
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus