Sabtu, 21 Januari 2012

TINGKAH LAKU SEKSUAL PADA TERNAK

 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen Mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan ataupun sumber lain yang berkaitan dengan Ilmu Reproduksi Ternak., tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Ilmu Reproduksi Ternak.atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai tingkah laku seksual pada ternak yang dikaitkan dengan siklus birahi dan hormon reproduksi. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
                                                                    



Denpasar,  Oktober 2010
                                                                                           
                                                                                                                        Penulis
BAB I
PENDHULAUAN
1.1.Latar Belakang.
                  Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya.Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
                  Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
                  Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual

1.2.Rumusan Masalah
ð  Bagaimana Tingkah Laku Seksual Pada Ternak Yang Dikaitkan Dengan Siklus Birahi Dan Hormon Reproduksi ?
1.3.Tujuan
ð  Mengetahui Tingkah Laku Seksual Pada Ternak Yang Dikaitkan Dengan Siklus Birahi Dan Hormon Reproduksi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Berahi
Berahi adalah istilah dalam seksualitas yang menunjukkan keadaan kesiapan fisik dan mental suatu individu untuk melakukan hubungan seksual/persanggamaan. Keadaan ini ditunjukkan oleh banyak hewan, termasuk manusia. Berahi dapat didorong oleh siklus fisik (muncul secara alami) maupun dimanipulasi untuk muncul.
Terdapat keadaan berahi yang sedikit berbeda antara manusia dan hewan lainnya. Pada manusia, berahi diketahui lebih banyak dikendalikan oleh kondisi kejiwaan, yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada beberapa organ. Dengan kata lain, seseorang yang sehat dapat secara relatif mengatur sendiri kesiapannya untuk mencapai kondisi berahi. Percumbuan adalah perilaku yang paling umum dilakukan untuk mencapai taraf itu.Pada hewan, khususnya berkelamin betina, berahi dikendalikan oleh suatu siklus hormonal (siklus estrus, yang berbeda dengan siklus haid pada manusia). Hewan betina tidak dapat dirangsang atau merangsang diri untuk siap bersanggama apabila tubuhnya tidak berada pada kondisi yang memungkinkan. Sebaliknya, pada manusia orang dapat kapan saja melakukan hubungan persanggamaan, namun biasanya pada saat haid, perempuan kehilangan keinginan untuk melakukannya.
Secara fisik, berahi ditunjukkan oleh meningkatnya aliran peredaran darah dan meningkatnya suhu beberapa bagian tubuh, terutama bagian reproduksi. Pada hewan jantan yang memiliki penis, terjadi peningkatan aliran darah ke bagian ini dan penis akan menegang dan mengeras (disebut sebagai ereksi). Rangsangan terhadap pejantan ini bersifat kemofisik. Khusus pada manusia juga bersifat psikis. Pada betina, berahi ditunjukkan oleh peningkatan suhu di bagian sekitar vagina. Pada manusia, selain perubahan pada vagina, juga terjadi pengerasan di bagian puting susu (juga terjadi pada laki-laki).
Dalam peternakan sapi dikenal istilah "3A" yang merupakan singkatan tiga pertanda dalam bahasa Jawa untuk menunjukkan keadaan berahi: abang, abuh, anget (merah, membengkak, hangat).
2.2. Periode Siklus Berahi
Lamanya waktu yang digunakan dalam sertiap periode berbeda-beda dalam setiap spesies.Tabel.Karakteristik lamanya Periode dari Setiap Bagian Siklus Berahi pada Beberapa Spesies Hewan Ternak (Bearden dan Fuquqy,1980).
Sapi Domba Kambing Babi Kuda
Siklus berahi (hari) 21 17 20 20 22
Metestrus (hari) 3-4 2-3 - - 2-3
Diestrus (hari) 10-14 10-12 - - 10-12
Proestrus (hari) 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3
Estrus (jam) 12-18 24-36 24-36 34-38 96-192
A. Estrus
Periode ini dapat ditandai dari tingkah laku hewan yang bersangkutan,seperti:
           Berusaha menunggangi sapi lain Vulva membengkak dan dari vulva keluar lendir yang jernih yang biasanya melekat pada bagian pantat atau flanks Aktivitas fisik meningkat pada hari berahi, sapi keliatan gelisah ingin keluar kandang Melenguh-lenguh dan pangkal ekor terlihat sedikit terangkat Pada sapi betina dara, pada waktu berahi sering terlihat vulvanya bewarna sedikit kemerah-merahan
           Pada sore hari lama berahinya lebih lebih panjang sekitar 2-4 jam. Saat terjadinya ovulasi bila dihubungkan dengan berahi, pada sapi adalah 10-12 jam sesudah akhir berahi,pada doba pada pertengahan akhir berahi, pada babi sekitar pertengahan berahidan pada kuda satu sampai dua hari sebelum berahi berakhir.

B.  Metestrus (Postestrus)
           Periode ini ditandai dengan tidak terlihat tau telah terhentinyaberahi.Sel-sel granulosa folikel dibagian bekas ovum yang berevolusi betrtumbuh dengan cepat membentuk corpus luteum (corpora klutea pada hewan yang multipel ovulasi) dibawah pengaruh LH dari Adenohypophysa. Corpus luteum yang terbentuk menghasilkan progesteron, yang menghambatsekresi FSH. Akibatnya pematangan folikel tertier menjadi folikal de Graaf terhenti. Pada saat ini terjadi perubahan pada uterus untuk menyiapkan diri memelihara perkembangan embrio. Pada sapi selama awal metestrus kadang-kadang terlihat pendarahan (haemorrhagi). Pendarahan ini disebabkan karena pecahnya kapiler yang sangat hiperhaemis pada lapisan epitel dinding uterus akibat penurunan estrogen.

C.  Diestrus
           Periode dietrus adalah periode terpanjang diantara keempat periode siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.

D. Proestrus
           Periode ini dimulai dari saat beregrasinya corpus luteum sampai hewan benar-benar berahi. Pada saat ini hewan telah memperlihatkan tanda-tanda berahi,tetapi belum bersedia untuk melakukan kopulasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel belum cukup untuk memalingkan kehendak betina untuk menerima hewan jantan. Perubahan alat kelamin bagian dalam, terlihan pada ovariumnya, dimana terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sekali dari folekel terties menjadi folikel de Graaf. Uterus dan oviductebih banyak mengandung pembuluh darah dari pada biasanya. Kelenjer-kelenjer endo metrium tumbuh memanjang, cervix mulai merilex dan kelenjer-kelenjer lendir mulai bereaksi.
        Berdasarkan kadar hormon yang dihasilkan oleh ovarium, beberapa ahli reproduksi membagi siklus berahi atas 2 fase yaitu:
1.Fase Estrogenik (fase folikel)
Ø  Fase ini menggabungkan fase proestrus dan estrus
2.Fase Prostegenik (fase luteal)
Ø  Fase ini menggabungkan fase Etestrus dan diestrus
Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001; Sonjaya, 2005). Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
Ovulasi
Proses ovulasi dapat didefinisikan terlemparnya cairan folikel serta ovum ke rongga peritoneal disekitar inpendibullum oviduk atau tuba uterin. Kebanyakan hewan mamalia, ovulasi sangat berkaitan dengan birahi (estrus) karena absorbsi sejumlah besar estrogen ke dalam aliran darah terjadi sesaat sebelum ovulasi (Frandson, 1996).
Menurut Toelihere (1993) ovulasi didefinisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de Graaf dan secara umum dikenal bahwa ovulasi disimulir oleh LH, tetapi mekanisme yang sebenarnya tidak diketahui, mungkin LH menyebabkan pengendoran dinding folikel sehingga lapisan-lapisan pecah dan melepaskan ovum dan cairan folikel.
Apabila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum berregresi yang disebut korpus albican. Korpus albican ini dimulai regresi 14-15 hari sesudah estrus. Namun jika terjadi fertilisasi lalu kebuntingan korpus luteum akan terus bertahan selama kebuntingan sebagai korpus luteum kebuntingan yanga menghasilkan hormon progesteron untuk mempertahankan kebuntingan (Toelihere, 1993).

2.3. Siklus Estrus Pada Sapi
Pada sapi pubertas bervariasi tergantung bangsa dan tingkat nutrisi. Sapi-sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisinya baik dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, 72 minggu bila tingkat nutrisinya rendah. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi beina tetap siap sedia dinaiki oleh betina lain atau pejantan. Periode itu rata-rata 18 jam, kisaran normalnya 12-24 jam. Ovulasi normalnya terjadi kira-kira 10-15 jam setelah berakhirnya estrus. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam setelah ovulasi. Untuk kepentingan IB, sapi-sapi yang nampak birahi pada pagi hari, sebaiknya diinseminasi siang itu juga dan sapi yang nampak birahi sore, hendaknya dikawinkan besok pagi hari.
2.4. Fungsi Dan Melanisme Hormon Reproduksi Betina
Dua kelas hormon yang dihasilkan oleh ovarium adalah estrogen dan progestin. Secara kimia estrogen dan progestin diklasifikasikan sebagai steroid dan memiliki kolesterol sebagai suatu bahan pembentuknya (Bearden,1984).
Estrogen yang memiliki suatu kelompok steroid dengan aktivitas fisiologis yang serupa, diproduksi oleh sel-sel spesifik dalam folikel graf. Kerja utama estrogen adalah menifestasi tingkah laku waktu kawin pada waktu estrus, perubahan-perubahan siklik pada alat reproduksi betina, perkembangan saluran pada kelenjar mammae, dan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder (Bearden,1984).
Progestrin terutama progesteron, adalah kelompok hormon lain dengan aktivita fisiologis yang serupa. Hormon-hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Fungsi utamanya adalah menghambat tingkah laku seksual, merawat kebuntingan dengan menghambat kontraksi uterus dan meningkatkan perkembangan kelenjar dalam endometrium, dan meningkatkan perkembangan alveoli kelenjar mammae ((Bearden, 1984)
Kedua estrogen dan progesteron membantu mengatur pelepasan gonadotrophin, ang bekerja lewat hypotalamus dan hipofisis anterior. Kadar progesteron yang tinggi atau suatu kombinasi progesteron dan estrogen menghambat pelepasan FSH dan LH dari hypofisis anterior suatu kontrol umpan balik negatif ( negative feedback control ) (Bearden, 1984).
a. GnRH dari hypotalamus merangsang pelepasan FSH dan LH dari hypofisis anterior
b. FSH merangsang produksi estradiol dan inhibin oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium.
c. Inhibin secara selectif menghambat pelepasan FSH
d. Ketika progesteron rendah, konsentrasi estradiol yang tinggi merangsang suatu lonjakan GnRH, FSH, LH yang lebih besar, suatu kontrol umpan balik positive.
e. Lh merangsang produksi dan pelepasan progesteron oleh sel-sel granulosa dalam corpus luteum.
f. Konsentrassi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan GnRH, FSH, LH suatu kontrol umpan balik negative (Bearden, 1984)
Gonadrofin hipofisis, follicle- stimulating hormone ( FSH ) dan luteinizing hormone ( LH ) dihasilkan di bawah pengawasan “ releasing factor “ yang dikeluarkan oleh hipotalamus. FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan pembentukan estrogen. LH mempermudah pembentukan korpus luteum melalui diferensiasi sel sel granulosa yang tetap ada dalam folikel setelah mengeluarkan oosit. LH juga mempermudah ovulasi dan pematangan oosit.Estrogen menghambat sekresi FSH dan merangsang sekresi LH. Progesteron menghambat pembentukan LH. ( Junqueira, 1992 ).
Hormon – hormon reproduksi betina :
- FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH
-Estrogen
            Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen,merangsang endometrium untuk menebal, merangsang perkembangan cirri seks sekunder wanita, menekan pengeluaran FSH dan merangsang pengeluaran LH dari pituitary depan.
- LH
Hormone yang bertanggungjawab terhadap pemasakan folikel dapat berkembang secara sempurna. Di bawah pengaruh LH, sisa folikel dalam ovarium diubah menjadi badan kuning atau korpus luteum yang setelah beberapa hari akan menghasilkan progesterone
- Progesteron,
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
-     Relaxin
Suatu hormon polipeptid yang diproduksi oleh corpus luteum. Sedikit diketahui tentang mekanisme yang mengontrol produksinya, tetapi konsentrasi yang tinggi terlihat selama kebuntingan. Relaxin menyebabkan relaksasi ligamentum pelvis dan memperlunak jaringan ikat otot-otot uterus untuk menyediakan perluasan yang diperlukan untuk menampung fetus yang sedang tumbuh. Bekerja sama dengan estrogen, relaxin menyebabkan relaksasi pelvis dan pelunakan jaringat ikat servic lebih lanjut agar fetus dapat dikeluarkan pada waktu kelahiran (Bearden, 1984)


-     Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

2.5. Pengaturan Siklus Berahi Oleh Hormon
Pada dasrnya siklus berahi diatur oleh oleh keseimbangan antara hormon-hormon steroid dan protein dari ovarium dan hormonp-hormon gonadotropin dari hipopisa anterior. Progesteron mempunyai suatu pengaruih dominan terhadap siklus berahi. Selama periode diestrus, ketika konsentrasi progesteron tinggi, konsentrasi FSH, LH dan sisa total Estrogen relatif rendah. Saat ini pada beberapa spesies dapat dideteksi adanya pertubuhan folikel, tetapi sangat lambat bila dibandingkan bila yang terjadi 2 atau3 hari menjelang terjadinya ovulasi. Demikian juga selama kebuntingan, konsentrasi progesteron yang tinggi menahan pelepasan hormon-hormon gonadotropin ytanng dapat menyebabkan munculnya tingkah laku berahi. Kejadian ini merupakan kontrol dari progesteron terhadap hormon gonadotropin, dengan mekanisme kerja umpan balik negatif.
Pada akhir diestrus, PGF 2-alpha dari uterus menyebabkan tejadinya regresi corpus luteum. Bersamaan dengan ini terlihat konsentrasi progesteron dalam dalah menurun dengan tajam. Penurunan yang tiba-tiba ini menyebabkan timbulnya rangsangan pada hipofisis anteerior, ditambah deangan hilangnya blokade dari progesteron menyebabkan terjadinya pelepasan FSH,LH dan LTH. Dengan bertumbuhnya folikel, terjadi suatu gelombang estrogen yang menyebabkan munculnya keinginan dan tingkah laku berahi,dan merupakan picu terhadap pelepasan LH oleh hipopisis anterior melalui mekanisme umpan balik positif. Setelah terjadinya ovulasi, di bekas tempat ovum yang berevolusi terbentuk corpus luteum. Menjelang hari ke 4 atau 5 siklus, peningkatan progesteron sudah dapat dideteksi, yang merupakan petunjuk dimulainya periode diestrus. LH dengan LTH merawat corpus luteum untuk berfungsi pada hewan ternak. Lh bekerja untuk mempertahankan funsi ini dengan peningkatan aliran darah melalui corpus luteum. Sebaliknya PGF 2-alpha menutup aliran darah ke corpus luteum yang menyebabkan tidak terjadinya sintesis progestin oleh corpus luteum, dan regresi corpus luteum.

2.6.   Tingkah Laku Sapi
Ø Tanda  tanda birahi pada sapi betina adalah :
- ternak gelisah
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
- dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
- nafsu makan berkurangGejala
 - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.

          Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas. Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembab, lender bening seringkali nampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi.
         Jika seekor betina memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya.
Waktu terbaik unatu menginseminasi dalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum terjadi ovulasi.
           Satu hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi adalah denga cara menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang penggembalaan deteksi berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas, memungkinkan betina-betina bisa kesana-kemasi dan bebas merumput, namun juga tidak terlalu luas, sehingga operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan mudah.
           Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi operator meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada waktu-waktu yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda berahi dan mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci suksesnya satu program IB.
           Catatan . Khususnya bagi peternakan sapi berskala kecil, sebagaimana yang ada di Jawa Timur pada umumnya, maka detksi berahi secara visual efektif setiap hari pada pagi dan sore hari bersamaan dengan waktu pemerahan susu atau kegiatan rutin lainnya.
















BAB III
KESIMPULAN

Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies. Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
Dan juga Tingkah laku seksual pada ternak misalnya sapi terlihat apabila sapi tersebut sedang dalam masa berahi maka sapi tersebut akan tampak :
-  gelisah
- sering berteriak
- suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
- dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
- nafsu makan berkurangGejala

                 Apabila hewan ternak tersebut pada saat berahi harus diperhatikan secra khusus karena pada saat berahi ternak mengalami tingkah laku yang berbeda dari biasanya dan harus segera dikawinkan.Berahi juga dipengarui oleh hormon reproduksi,apabila hormon-hormon yang ada dalam hewan ternak tidak normal maka hewan ternak tersebut berahinya akan mengalami gangguan sehingga berahinya terhambat atau agak lama.




DAFTAR PUSTAKA

http://yuntaq3.wordpress.com/2009/02/07/hormon-reproduksi-wanita/

http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi

http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/05/tingkah-laku-ternak.html

booksbloghq.com/posts/perilaku-birahi-pada-kambing.html

nurahmadhan.blogspot.com/.../siklus-birahi-pada-ternak.html

www.hdrfarm.com/?p=234

1 komentar:

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...