Selasa, 31 Januari 2012

standar ternak perah untuk kontes



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Tugas juri adalam menilai dan atau memilih ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pemilihan ternak sebenarnya adlah pelaksanaan seleksi, sebab dengan seleksi akan dapat menghasilkan peningkatan mutu ternak yang dikaitkan dengan efisiensi produksi dan nilai ekonomis tinggi. System seleksi yang didasarkan atas tipe atau individualitas yang ideal, biasanya disebut pemilihan “judging” yang biasa dilakukan oleh tim penilai atau juri.
Peternak yang baik seyogyanya juga sebagi juri yang baik; sebab peternak sendiri harus dapat menentukan secara tepat ternak yang akan digunakan sebagai bibit ataukah bakalan.ternak bibit dimanfaatkan untuk tujuan perkembangbiakan atau berreproduksi, sedangkan ternak bakalan untuk tujuan penggemukan. Jadi ternak bibit jantan akan berfungsi sebagai pejantan dan ternak bibit betina berfungsi sebagai induk dan penghasil susu.
Kaitan antara umur, berat badan, dan ukuran tubuh bagian luar dapat dipakai untuk menentukan tingkat pertumbuhan. Dalam menilai pertumbuhan lebih baik didasarkan atas perubahan ukuran-ukuran tubuh linier, sebab fariasi atau penyimpangan ukuran-ukuran tubuh linier lebih kecil bahkan bias diabaikan, bila dibandingkan dengan fariasi yang terjadi pada berat badan, misalnya pada saat bunting, sehabis makan atau pada saat kurang makan, dan pada saat masa laktasi khususnya pada sapi perah yang akan lebih dikaji secara mendalam dalam makalah ini.

1.2    Rumusan Masalah
1)    Bagaimana teknis menentukan kriteria-kriteria yang tergolong dalam diskriminasi ringan, sedang ataupun diskriminasi berat akan penilaian cacat (defects)?
2)    Bagaimanakah cara menentukan bahwa ternak sapi perah tertentu harus digolongkan ke dalam kelompok ”diskualifikasi ternak”.?
3)    Dalam situasi yang bagaimanakah ternak-ternak sapi perah sering menjadi ter-diskualifikasi-kan dalam kontes? 
4)    Bagaimanakah sapi perah yang digolongkan dalam diskriminasi ringan namun dapat mampu menang dalam kontes sapi perah tersebut?

1.3    Tujuan
1)    Menunjukan teknis menentukan kriteria-kriteria yang tergolong dalam diskriminasi ringan, sedang ataupun diskriminasi berat akan penilaian cacat (defects).
2)    Menunjukan ternak sapi perah yang harus digolongkan ke dalam kelompok ”diskualifikasi ternak”
3)    Menunjukan ternak-ternak sapi perah yang sering menjadi ter-diskualifikasi-kan dalam kontes.
4)    Menunjukan sapi perah yang digolongkan dalam diskriminasi ringan namun dapat mampu menang dalam kontes sapi perah.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Cara Penilaian
       Penilaian dilakukan dengan melakukan perabaan, pengamatan, serta pengisian kartu nilai jenjang; yang kesemuanya berdasarkan distribusi nilai yang telah diuriaikan. Pada tahaan pertama seorang juri dalam kontes, memperhatikan sapi perah yang akan dinilai. Selanjutnya memperhatikan dengan cermat keempat bagian utama yang menunjukan tipe perah; dari bagian samping, depan, dan belakang. Pada akhirnya menuliskan nilai pada kartu jenjang yang tersedia, untuk menetapkan klasifiaksi tipe perah. Pengamatan dari depan meliputi, bentuk dan sifat – sifat kepala, lebar dan dalam serta bentuk kaki.
       Pengamatan dari samping meliputi keadan umum dan simetris bentuk badan, profil kepala, panjang dan rampingnya leher, dalam tulang rusuk, depan dan belakang, lingkar perut, kapsitas badan, kompormasi pundak, rataan punggung, termasuk panjang dan tingginya pinggang dan panggul, besar ambing, bentuk dan susunan ambing, letak kaki, dan lain – lain yang menunjang  kompormasi badan.
       Pengamatan dari belakang, meliputi terlihat tajamnya pundak, licin dan titik dari pundak, lengkungan tulang rusuk depan dan belakang, lebar dan tingginya pinggang, lebar dan datrnya panggul, terutama lebar antara tuber coxae, daerah pelvis dan jarak antara tulang duduk, letak kaki, terutama jarak antara persendian tarsus dan rampingnya paha.
       Selanjutnya sapi perah dari bagian sebelahnya. Rangkai pekerjaan ini hendaknya dapatdiselesaikan dalm waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu para juri hendaknya melatih diri agar dapt memanfaatkan waktu relatif singkat untuk mengamati segala – galanya.

2.2    Seleksi Calon Induk Dan Pejantan
       Seleksi berarti pemilihan sapi-sapi yang memenuhi keteria tertentu dan mengapkir sapi-sapi yang jelek. Keteroa yang di magsud terutama yang berkenaan dengan karakter ekonomi yang menguntungkan. pada umum nya sapi-sapi yang memiliki karakter ekonomis yang menguntungkan berpenampilan tubuh dan genetis bagus, serta sifat-sifat dan kesehatan nya pun baik.atas dasar hal tersebut,maka para ternak dalam melakukan seleksi selalu bertitik tolak dari fakto-fakto genetis. Penampilan tubuh,sifat-sifatnya,dan kesehatan sapi yang bersangkutan. Hal ini berlakuy untuk seleksi calon induk maupun calon pejantan.
1.  Calon induk
Pada umumnya seleksi selalu di awali dengan pemilihan bangsa sspi yang disenangi. Peternak sapin perah di Indonesia seperti halnya para peternak di Negara-negara lain umumnya yang menyukain sapi Frien Holland (FH) dan peranakannya. Sedangkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya kurang di minati. Bangsa sapi tersebut diseleksi berdasarkan bentuk tubuh. Genetik sapi,sifat-sifatnya dan kesehatannya.
A.    Betuk tubuh
*     Keadaan tubuh secara umum
-          Bentuk tubuh menyudut atau bentuk seperti pasak.
-          Tubuh kurus sehinga nampak tonjolan-tonjolan tulang terutama pada kepala,leher,bahu dan anggota tubuh. Namun, walaupun sapi itu kurus tetapi sehat. Sapi yang sehat selalu aktif,namsu makan kuat,keadaan kuli halus mengkilat, dan matanya bersinar.
-          Kasitas tubuh besar ,kapasitas tubuh yanhg besar menumbuhkan ukuran dada dan perut yang besar, panjang dan lebar,termasuk tulang rusuk berukuran panjang. Kapasitas ukuran tubuh yang besar sungguh sangat penting karena hal ini sapi dapat menampung sejumlah makanan berbagai jenis makanan berfolome tinggi yang diperlukan sebagai bahan baku pembentrukan energy.
*     Kepala
-          Kerpala sesuai dengan ukuran tubuh,panjang tetapi sempit.
-          Moncong berukuran besar dengan lubang hidung yang tebuka lebar.
-          Tulang rahang kuat.
-          Telinga berukuran sedang.
-          Mata besar,bersinar terang.
-          Dahi lebar agak cekung.

*     Leher
-          Panjang,pipih,dengan lipatan kulit yang halus dan bergelambir kecil,bersih.

*     Bahu
-          Letak bahu dalam posisi baik,kuat dan halus

*     Punggung
-          Punggung lurus dan lebar,mulai dari gumba,punggung,sampai kea rah pinggang merupakan garis lurus yang rata dan panjang.

*     Kemudi
-          lebar, kemudi yang lebar membutuhkan pingul yang lebar,hal ini akan mempermudah kelahiran.

*     Pinggang
-          Pendek dan lebar

*     Tulang rusuk
-          Tulang rusuk pipih,panjang dan lebar. Jarak antara tulang rusuk yang satu dengan lainnya lebar. Hal ini akan memberikan jaminan bagi pernafasan yang baik.

*     Tunging
-          Lebar dan panjang

*     Dada
-          Lebar. Ruangan dada yang lebar akan memberikan tempat yang lapang bagi perkembangan jantung dan paru-paru.
-           
*     Kaki
-          Kaki belakang, lurus dan kuat. Jarak kedua kaki lebar,sehingga memberikan kemungkinan bagi perkembangan ambing.
-          Kaki depan lurus dan kuat, jarak kedua tersebut lebar dan membentuk segi empat.
-          Kuku, bentuknya baik,letaknya rapat,kuat,keras dan rata.



*     Pangkal ekor
-          Letak pangkal ekor sama dengan garis  punggung,halus,dan ramping. Jadi tidak terlalu tinggi atau rendah.  Letak ekor yang terlalu tiggi akan berakibat di bawah panggkal ekor berbentuk scekung sehingga menjadi tempat lalat berkumpul dan bertelur.

*     Kulit dan bulu
-          Sapi yang baik keadaan kulitnya lunak,tipis sampai mudah lepas tertapi kuat sehingga mudah dilipat. Kehalusan kulit ini dapat dibuktikan dengan cara melipat dan menarik kulit dibagian belakang rusuk yang paling akhir. lipatan  kulit yang halus membuktikan keadaan kulit yang halus pula.

*     System alat penghasil susu
-          Ukuran ambing: simetris
-          Letak ambing: di bawah perut, di antara ruang kaki yang lebar.
-          Ukuran ambing: bagian depan cukup besar,ambing yang besar menunjukkan bahwa kapasitas produksi cukup tinggi.
-          Kulit ambing: halus lunak,mudah di lipat dengan jari,dan bulu halus.
-          Putting: bentuk dan ukuran putting sama,penuh,bergantung dan letaknya simitris.
-          Vena susu: sapi-sapi muda venanya kecil,sedangkan sapi yang berproduksi venanya besar.
-          Sumber susu: bagian atas jalan masuknya vena susu ke dalam rongga perut cukup besar.

B.    Kemampuan Berproduksi
Pada sapi perah, produksi yang dibutuhkan ialah produksi susu, mutu air susu, dan keteraturan beranak. Kharakter produksi susu mempunyai sifat menurun mulai dari produksi tinggi, sedang sampai rendah. Hal ini berarti seleksi berdasarkan sapi yang berproduksi tinggi dapat dilaksanakan, walaupun pelaksanaan makan agak panjang. Sapi induk terbaik didalam kelompoknya harus ditahan, dan pejantan yang terbaik harus digunakan untuk mngawini. Sapi-sapi induk terbaik juga dapat untuk memproduksi pejantan.
Kualitas dan jumlah produksi susu yang mempunyai sifat menurun dapat diperbaiki melalui seleksi. Yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam hal seleksi ialah masalah yang sering timbul karena korelasi genetic antara produksi dan kualitas susu yang negative, mutu produksi susu semakin meningkat tetapi presentase lemak menurun.
Jadi kemampuan berproduksi sapi perah erat hubungannya dengan factor genetic yang terdapat pada setiap sapi yang berasal dari induknya. Oleh karena itu, untuk melaksanakan seleksi yang baik dan cermat perlu mengetahui beberapa data, antara lain:
o   Waktu lahir
-        Nomor anak dan tahun kelahiran
-        Nomor induk
-        Hari dan bulan kelahiran
-        Berat waktu lahir
-         Jenis kelamin
-        Terjadi tidaknya kesulitan dalam kelahiran
o   Produksi susu:
Hasil produksi susu dinyatakan dengan (liter). Sedangkan komponen susu yang harus diketahui dan dicatat adalah prsentase lemak, protein. Bj. Dan jumlah total produksi permasa laktasi.
Untuk memproleh data-data yang dimaksud diperlukan suatu pencatatan (rekording) secara seksama. Setiap sapi harus memiliki kartu yang memuat data-data yang diperlukan agar dapat dipakai sebagai dasar analisa.
o   Tempramen
Dalam seleksi sapi perah perlu dipilih sapi-sapi calon induk yang memiliki tempramen (sifat-sifat) jinak dan tenang, menurut, aktif (makan) sehingga sapi mudah dipelihara atau dikuasai. Sapi-sapi yang memiliki sifat gugup dan tidak dapat beradaptasi dengan cara-cara yang dipergunakan dalam pengolahan dapat mengakibatkan kurangnya ketenangan dalam klompoknya sehingga produksi susu secara keseluruhan menurun.
o   Kesehatan
Di samping faktor genetik, eksterior dan terpramen yang baik, sapi-sapi tersebut juga harus memiliki kesehatan yang baik pula. Sapi-sapi yang tidak sehat akan mudah terkena ifeksi suatu penyakit, misalnya brucellosis. Beberapa jenis penyakit yang perlu diperhatikan dalam sleksi ini antara lain adalah: kemandulan, distochia mastitis (radang ambing), TBC, dan brucellosis.

2.  Seleksi Calon Pejantan
Pejantan yang baik akan mengasilkan sifat yang baik pula pada keturunanya. Sifat baik ini hanya dapat dilihat pada anak-anak  yang diturunkan, sbab pejantan tidak mengasilkan susu. Untuk menilai produksi susu anak-anaknya perlu dilakukan”progency testing” (tes keturunan). Disamping itu, pejantan juga dinilai kmampuan untuk membuahi sel telur dan bentuk tubuhnya.
a.    Penilaian bentuk tubuh (eksterior)
Bentuk tubuh pejantan yang baik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
    • ukuran tubuh     : besar, kuat, dan sehat; ukuran perut dan lingkar dada yang lebar.
    • Kepala               : besar, pendek, dan lebih lebar dari pada betina.
    • Punggung          : lurus, lebar, dan kuat; pinggangnya pun lebar.
    • Tulang rusuk     : jarak-antar rusuk lebar, ukuran rusuk lebar, dan panjang.
    • Paha                   : rata dan antara kedua paha tersebut cukup terpisah.
    • Kaki                   :kuat, terlebih kaki belakang.
    • Leher                 : besar dan kuat
b.    Penilaian kesuburan (fertilisasi)
Pejantan yang pertilitasny tinggi adalah pejantan yang mampu membuahi sel-sel telur dengan baik. Cara mengetahui pejantan yang fertilitasnya tinggi ialah dengan mengawinkan pejantan dengan berpuluh-puluh ekor betina, kemudian dihitung berapa persentase betina yang bunting. Apa bila persentase kebuntingan itu tinggi berarti fertilitas pejantan tersebut baik.
c.    Penilaian pejantan dengan ”progeny testing”
Untuk menilai kemampuan pejantan dapat menurunkan sifat baik dalam memproduksi susu, perlu dilakukan uji keturunan (progeny testing). Progeny testing yang baik harus dilakukan performance testing, yakni bagi setiap calon pejantan yang akan ditest harus mendapatkan perlakuan yang sama, misalnya volume dan mutu makanan, lingkungan kandang, suasana, iklim, dan lain sebagainya. Progeny testing dapat dilakukan dengan cara memilih calon-calon pejantan muda, umur sekitar dua tahun. Calon-calon pejantan muda yang telah mendapatkan pelakuan (fermonce testing) tadi, kemudian dikawinkan dengan beberapa induk asil seleksi yang berproduksi tinggi. Anak sapi asil keturunan dari perkawinan dengan pejantan tersebut diamati bagai mana mutu atau produksi susu yang mereka hasilkan.
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara perah dengan produksi susu dari anak sapi dari pejantan yang akan dinilai keunggulanya. Anak-anak sapi hasil keturunan pejantan tadi juga harus dipelihara dalam keadaan yang sama seperti klompok-klompok kawanan sapi perah tadi.
Bila produksi dari anak pejantan diatas rata-rata produksi sapi yang lain, maka berarti pejantan tersebut berkulitas baik atau ungul. Kualitas seekor pejantan baru dapat diketahui paling awal mencapai umur lima tahun. Karena pada saat pejantan dikawinkan umur dua tahun, kemudian ditambah tiga tahun. Waktu dikawini pertama ditambah 18 bulan (umur anak hasil perkawinan mulai dapat dikawinkan ditambah sembilan bulan kebuntingan anak sama dengan 36 bulan (3 tahun) pada saat  berarti pejantan telah mencapi umur lima tahun. Oleh karna itu, dianjurkan kepada para peternak agar selalu menggunakan pejantan-pejantan yang berkualitas baik atau pejantan unggul.













BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Ciri Umum Sapi Perah Unggul
Pada dasarnya setiap sapi betina dari jenis apapun dapat menghasilkan susu. Hanya saja jumlah susu yang dihasilkannya berbeda-beda. Jenis sapi yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik digolongkan ke dalam kategori sapi perahan, yaitu sapi betina yang dipelihara dengan tujuan diambil air susunya.  
Ada beberapa jenis sapi yang dapat digolongkan ke dalam kategori sapi perah yang baik, diantaranya:
o   Fries Holland,            Asal : Holland
o     Ciri umum :
-    warna bulu belang hitam putih
-  umumnya pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga
-    kaki bagian bawah dan buntut berwarna putih
-    tanduk pendek mengarah ke depan
  Keunggulan :
-          sifatnya tenang dan jinak mudah beradaptasi
-          bobot tubuh betina dapat mencapai ± 700 kg
-          produksi susu dapat mencapai ± 5.500 lt/masa laktasi (20 lt/hari)
o   Yersey,         Asal : Inggris
Ciri umum : 
- warna bulu coklat muda dan atau kombinasi putih, kekuningan dan kemerahan
-          tanduk sedang mengarah agak keatas
Keunggulan : 
- tahan panas
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina dapat mencapai ± 450 kg
- produksi susu dapat mencapai ± 2.500 lt/masa laktasi (9,2 lt/hari)
o   Guernsey,      Asal : Inggris
Ciri umum :
- warna bulu kuning tua dengan belang-belang putih
- tanduk sedang mengarah ke atas agak condong ke depan
  Keunggulan :  
- sifatnya agak tenang walau tidak setenang FH
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina dapat mencapai ± 500 kg
- produksi susu dapat mencapai ± 2.750 lt/masa laktasi (10 lt/hari)
o   Ayrshire,        Asal : Scotlandia
Ciri umum :
- warna bulu belang merah dan belang coklat dengan putih
- tanduk panjang mengarah ke atas
  Keunggulan :
- sifatnya agak tenang walau tidak setenang FH
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina dapat mencapai ± 550 kg
- produksi susu dapat mencapai ± 3.500 lt/masa laktasi (13 lt/hari)
o   Brown Swiss,  Asal : Switzerland
Ciri umum :
- warna bulu coklat abu-abu muda atau tua
- bulu hidung dan ekor berwarna hitam
  Keunggulan :
- sifatnya tenang dan jinak
- ukuran tubuh hampir sebesar FH
- bobot tubuh betina dapat mencapai ± 650 kg
- produksi susu dapat mencapai ± 4.500 lt/masa laktasi (16,6 lt/hari)
Di atas adalah sebagian jenis sapi perah unggul didunia. Kebanyakan dari jenis sapi-sapi tersebut sudah banyak tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Namun dar kesemua jenis sapi tersebut, jenis sapi Friesh Holland atau yang lebih dikenal dengan FH dan peranakannyalah yang paling digemari oleh para peternak. Kondisi tersebut didukung oleh banyaknya keunggulan yang dimiliki FH dibanding dengan jenis sapi perah lainnya.
Sifat yang jinak, tenang dan jumlah susunya yang banyak adalah alasan mengapa FH menjadi sapi perah yang paling digemari. Postur tubuh yang besar pun menjadi nilai tambah lainnya. Bila sapi sudah menurun produktifitasnya dapat dijadikan sapi potong. Demikian pula dengan sapi FH jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan dapat digemukkan untuk dijadikan sapi pedaging.


3.2        Kriteria-Kriteria yang Tergolong Dalam Diskriminasi Ringan, Sedang Ataupun Diskriminasi Berat Akan Penilaian Cacat (defects)
         Dalam penilikan sapi perah betina harus diteliti ada atau tidaknya cacat pada ternak tersebut. Apabila cacat itu berat, maka ternak tersebut harus didiskualifikasi. Jadi ciri tersebut harus dipertimbangkan diantara bagian lainya.
       Suatu cacat sesungguhnya harus dibatasi sebagai suatu kesalahan besar, yang merugikan performance produktif dan sangat penting apabila ditinjau dari dari sifat yang herediter, oleh karena itu juri dalam penilikan harus kritis dalam penilaian.
       Beberapa pertimbangan yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk menentukan diskualifikasi, ini berarti bahwa ternak itu tidak boleh menang dan tidak dipertunjukan dalam kelompok. Kelemahan dan cacat itu beragam dari yang ringan sampai berat. Ini adalah wewenang juri untuk menentukan derajat diskriminasi.
Penilaian cacat pada sapi oerah betina adalah sebagai berikut:

No
Penilaian
Keterangan
1
Mata
buta, diskualifikasi; buta pada satu mata,sedikit diskualifikasi mata juling
 sedikit diskriminasi
2
Muka
yang berputar, diskriminasi ringan sampai berat
3
Telinga
yang berputar, diskriminasi ringan
4
Rahang
yang pendek sekali, diskriminasi rinngan sampai berat
5
Pundak
yang berbentuk sayap(scapula tidak melekat kuat pada badan)
diskriminasi ringan sampai berat sampai berat tergantung derajatnya
6
titik pinggang
lemah diskriminasi ringan
7
letak pangkal ekor
kekiri atau ke kanan diskriminasi ringan sampai berat
8
Kaki
1. pincang permanen,diskualifikasi


2. lutut menonjol, diskriminasi ringan sampai berat


3. arthiritis/radang sendi,kaki belakang kejang, diskriminasi ringan sampai berat


4. persendian tarsus menjendol, diskriminasi ringan sampai berat
9
tak ada tanduk
tidak ada diskriminasi
10
besar badan kurang
diskriminasi ringan sampai berat
11
Ambing
1. satu atau lebih kuarternya mati ( tidak berfungsi) diskualifikasi


2. air susu yang dihasilkan tidak normal (berdarah, pekat,atau cair sekali)
 kemungkina didiskualifikasi


3. ambing pertautanya yang berantakan diskriminasi berat


4. pertautan ambing lemah, diskriminasi ringan sampai berat


5. satu atau kuarternya ringan, keras, puting tersumbat, diskriminasi ringan sampai
Berat


6. bocor sedikit, diskriminasi ringan

12. pada sapi yang tidak berproduksi : apa bila diperoleh score sama, maka perlu dinilai pada saat sapi sedang berproduksi.
13. sapi dar yang fermatin, jika tidak mau membuktikan mau bunting didiskualifikasi. Kondisi yanng gemuk sekali diskriminasi ringan sampai berat.
14. luka sementara, yang tidak mempengaruhi penggunaan sapi, diskriminasi ringan
15. bukti adanya perbaikan, karena:
a. operasi yang menghilakngkan sifat cacat dengan maksud agar sapi terlihat lebih baik, diskualifikasi
b. sapi dara yang tidak beranak dan memperlihatkan menghasilkan susu ( karena diberikan hormon) diskriminasi berat
Penilaian cacat pada sapi perah jantan pada umumnya sama dengan sapi betina, kecuali mengenai keadaan testis. Sapi jantan dengan satu testis  atau testisnya abnormal didiskualifikasi.

3.3        Ternak Sapi Perah yang Harus Digolongkan ke Dalam Kelompok ”Diskualifikasi Ternak”
Pada suatu kontes ternak, ternak perah akan digolongkan kedalam kelompok ”Diskualifikasi Ternak” apabila jika ada beberapa criteria mutlak standar mutu ternak perah yang tidak terpenuhi. Beberapa criteria yang menyebabkan terjadinya diskualifikasi yaitu:
-          Misalnya sapi dara yang freemartin, jika tidak membuktikan mau bunting maka ternak tersebut akan didiskualifikasi.
-          Ketika pada tubuh ternak sapi perah tersebut terdapat bukti adanya perbaikan karna operasi yang menghilangakan sifat cacat dengan maksud supaya sapi terlihat tipe baik, maka sapi tersebut akan langsung didiskualifikasi.
Ternak akan juga tergolong menjadi “diskualifikasi ternak”  jika tidak memenuhi sayarat utama dari ketentuan suatu kontes. Misalnya pada kontes ternak 2009 oleh Dinas Peternakan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang ketentuan utama untuk ternak perah agar dapat mengikuti kontes tersebut yaitu: memiliki umur (minimal 2 pasang gigi susu telah menjadi gigi permanen),dll.


3.4        Ternak-Ternak Sapi Perah yang Sering Menjadi Terdiskualifikasikan Dalam Kontes
Ternak sapi perah  akan terdiskualifikasi dalam sebuah kontes apabila terjadi accident atau kejadian yang secara tidak sengaja di alami oleh ternak sapi perah tersebut.
Contoh:
-          seekor tenak sapi perah yang akan mengikuti suatu kontes, mengalami patah kaki akibat jatuh dari mobil pengiriman saat  menuju ke tempat kontes, maka ternak tersebut akan langsung terdiskualifikasi.
-          Seekor ternak yang sedang mengikuti kontes, terkena benda tajam pada bagian perut yang menyebabkan cacat permanen pada ternak bersangkutan, maka ternak itu pun akan terdiskualifikasi.




3.5        Sapi Perah yang Pigolongkan Dalam Diskriminasi Ringan Namun Dapat Mampu menang Dalam Kontes Sapi Perah
Setiap kontes ternak perah pasti kadang-kadang  ditemukan beberapa hal yang menyulitakan para juri untuk mengambil keputusan,  salah satu diantaranya adalah ketika sapi perah yang didiskriminasi ringan namun memiliki beberapa kereteria yang mendukung sapi perah tersebut untuk menjadi pemenang.


Contoh:
-          Seekor sapi perah yang mengalami luka sobek pada telinga akibat pemberian kartu nomor pada  telinganya, dan hal tersebut tidak mempengaruhi produktivitas sapi perah tersebut, maka ia bisa dijadikan pemenang karena ia memiliki kreteria sapi perah bermutu dari aspek lainnya.
-          Sapi perah yang memiliki luka bakar akibat penomoran dan tidak mempengaruhi produktivitas sapi tersebut, maka ia pun bisa dijadikan pemenang akibat ada beberapa segi kualitas sapi perah yang terpenuhi .






BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulakan bahwa berbagai diskriminasi dan diskualifikasi ternak sapi perah didalam suatu kontes atau penilaian ternak sangatlah penting untuk dipahami, mengingat hal tersebut sangatlah menunjang dalam penilaian dan keberhasilan dari suatu kontes ternak didalam tujuannya untuk menghasilkan ternak sapi perah unggul yang berkualitas.


Daftar Pustaka

http://duniasapi.com/id/pra-produksi-perah/91-ciri-sapi-perah-unggul.html diakses tanggal 17 Oktober 2010
http://yuari.wordpress.com/2008/01/10/penilaian -eksterior-tubuh-ternak/ diakses tanggal 17 Oktober 2010
anonimos, 2004. Ilmu Ternak Perah, cet.3, gajah mada university press. Jogjakarta

1 komentar:

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...