BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tugas
juri adalam menilai dan atau memilih ternak yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Pemilihan ternak sebenarnya adlah pelaksanaan seleksi, sebab dengan
seleksi akan dapat menghasilkan peningkatan mutu ternak yang dikaitkan dengan
efisiensi produksi dan nilai ekonomis tinggi. System seleksi yang didasarkan
atas tipe atau individualitas yang ideal, biasanya disebut pemilihan “judging”
yang biasa dilakukan oleh tim penilai atau juri.
Peternak
yang baik seyogyanya juga sebagi juri yang baik; sebab peternak sendiri harus
dapat menentukan secara tepat ternak yang akan digunakan sebagai bibit ataukah
bakalan.ternak bibit dimanfaatkan untuk tujuan perkembangbiakan atau
berreproduksi, sedangkan ternak bakalan untuk tujuan penggemukan. Jadi ternak
bibit jantan akan berfungsi sebagai pejantan dan ternak bibit betina berfungsi
sebagai induk dan penghasil susu.
Kaitan
antara umur, berat badan, dan ukuran tubuh bagian luar dapat dipakai untuk
menentukan tingkat pertumbuhan. Dalam menilai pertumbuhan lebih baik didasarkan
atas perubahan ukuran-ukuran tubuh linier, sebab fariasi atau penyimpangan
ukuran-ukuran tubuh linier lebih kecil bahkan bias diabaikan, bila dibandingkan
dengan fariasi yang terjadi pada berat badan, misalnya pada saat bunting,
sehabis makan atau pada saat kurang makan, dan pada saat masa laktasi khususnya
pada sapi perah yang akan lebih dikaji secara mendalam dalam makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1) Bagaimana teknis
menentukan kriteria-kriteria yang tergolong dalam diskriminasi ringan, sedang
ataupun diskriminasi berat akan penilaian cacat (defects)?
2) Bagaimanakah cara
menentukan bahwa ternak sapi perah tertentu harus digolongkan ke dalam kelompok
”diskualifikasi ternak”.?
3) Dalam situasi yang
bagaimanakah ternak-ternak sapi perah sering menjadi ter-diskualifikasi-kan
dalam kontes?
4) Bagaimanakah sapi perah
yang digolongkan dalam diskriminasi ringan namun dapat mampu menang dalam
kontes sapi perah tersebut?
1.3
Tujuan
1) Menunjukan
teknis
menentukan kriteria-kriteria yang tergolong dalam diskriminasi ringan, sedang ataupun
diskriminasi berat akan penilaian cacat (defects).
2) Menunjukan
ternak sapi perah yang harus digolongkan ke dalam kelompok ”diskualifikasi ternak”
3) Menunjukan
ternak-ternak
sapi perah yang sering menjadi ter-diskualifikasi-kan dalam kontes.
4) Menunjukan
sapi
perah yang digolongkan dalam diskriminasi ringan namun dapat mampu menang dalam
kontes sapi perah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Cara Penilaian
Penilaian dilakukan dengan melakukan perabaan, pengamatan, serta pengisian
kartu nilai jenjang; yang kesemuanya berdasarkan distribusi nilai yang telah
diuriaikan. Pada tahaan pertama seorang juri dalam kontes, memperhatikan sapi perah
yang akan dinilai. Selanjutnya memperhatikan dengan cermat keempat bagian utama
yang menunjukan tipe perah; dari bagian samping, depan, dan belakang. Pada
akhirnya menuliskan nilai pada kartu jenjang yang tersedia, untuk menetapkan
klasifiaksi tipe perah. Pengamatan dari depan meliputi, bentuk dan sifat – sifat
kepala, lebar dan dalam serta bentuk kaki.
Pengamatan dari samping meliputi keadan umum dan simetris bentuk badan,
profil kepala, panjang dan rampingnya leher, dalam tulang rusuk, depan dan
belakang, lingkar perut, kapsitas badan, kompormasi pundak, rataan punggung,
termasuk panjang dan tingginya pinggang dan panggul, besar ambing, bentuk dan
susunan ambing, letak kaki, dan lain – lain yang menunjang kompormasi badan.
Pengamatan dari belakang, meliputi terlihat tajamnya pundak, licin dan
titik dari pundak, lengkungan tulang rusuk depan dan belakang, lebar dan
tingginya pinggang, lebar dan datrnya panggul, terutama lebar antara tuber
coxae, daerah pelvis dan jarak antara tulang duduk, letak kaki, terutama jarak
antara persendian tarsus dan rampingnya paha.
Selanjutnya sapi perah dari bagian sebelahnya. Rangkai pekerjaan ini
hendaknya dapatdiselesaikan dalm waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu
para juri hendaknya melatih diri agar dapt memanfaatkan waktu relatif singkat
untuk mengamati segala – galanya.
2.2
Seleksi Calon Induk Dan Pejantan
Seleksi berarti pemilihan sapi-sapi yang
memenuhi keteria tertentu dan mengapkir sapi-sapi yang jelek. Keteroa yang di
magsud terutama yang berkenaan dengan karakter ekonomi yang menguntungkan. pada
umum nya sapi-sapi yang memiliki karakter ekonomis yang menguntungkan berpenampilan
tubuh dan genetis bagus, serta sifat-sifat dan kesehatan nya pun baik.atas
dasar hal tersebut,maka para ternak dalam melakukan seleksi selalu bertitik
tolak dari fakto-fakto genetis. Penampilan tubuh,sifat-sifatnya,dan kesehatan
sapi yang bersangkutan. Hal ini berlakuy untuk seleksi calon induk maupun calon
pejantan.
1.
Calon induk
Pada umumnya seleksi selalu di awali dengan
pemilihan bangsa sspi yang disenangi. Peternak sapin perah di Indonesia seperti
halnya para peternak di Negara-negara lain umumnya yang menyukain sapi Frien
Holland (FH) dan peranakannya. Sedangkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya
kurang di minati. Bangsa sapi tersebut diseleksi berdasarkan bentuk tubuh.
Genetik sapi,sifat-sifatnya dan kesehatannya.
A. Betuk
tubuh
Keadaan
tubuh secara umum
-
Bentuk tubuh menyudut atau
bentuk seperti pasak.
-
Tubuh kurus sehinga nampak
tonjolan-tonjolan tulang terutama pada kepala,leher,bahu dan anggota tubuh.
Namun, walaupun sapi itu kurus tetapi sehat. Sapi yang sehat selalu aktif,namsu
makan kuat,keadaan kuli halus mengkilat, dan matanya bersinar.
-
Kasitas tubuh besar
,kapasitas tubuh yanhg besar menumbuhkan ukuran dada dan perut yang besar,
panjang dan lebar,termasuk tulang rusuk berukuran panjang. Kapasitas ukuran
tubuh yang besar sungguh sangat penting karena hal ini sapi dapat menampung
sejumlah makanan berbagai jenis makanan berfolome tinggi yang diperlukan
sebagai bahan baku pembentrukan energy.
Kepala
-
Kerpala sesuai dengan
ukuran tubuh,panjang tetapi sempit.
-
Moncong berukuran besar
dengan lubang hidung yang tebuka lebar.
-
Tulang rahang kuat.
-
Telinga berukuran sedang.
-
Mata besar,bersinar terang.
-
Dahi lebar agak cekung.
Leher
-
Panjang,pipih,dengan
lipatan kulit yang halus dan bergelambir kecil,bersih.
Bahu
-
Letak bahu dalam posisi
baik,kuat dan halus
Punggung
-
Punggung lurus dan
lebar,mulai dari gumba,punggung,sampai kea rah pinggang merupakan garis lurus
yang rata dan panjang.
Kemudi
-
lebar, kemudi yang lebar
membutuhkan pingul yang lebar,hal ini akan mempermudah kelahiran.
Pinggang
-
Pendek dan lebar
Tulang
rusuk
-
Tulang rusuk pipih,panjang
dan lebar. Jarak antara tulang rusuk yang satu dengan lainnya lebar. Hal ini
akan memberikan jaminan bagi pernafasan yang baik.
Tunging
-
Lebar dan panjang
Dada
-
Lebar. Ruangan dada yang
lebar akan memberikan tempat yang lapang bagi perkembangan jantung dan
paru-paru.
-
Kaki
-
Kaki belakang, lurus dan
kuat. Jarak kedua kaki lebar,sehingga memberikan kemungkinan bagi perkembangan
ambing.
-
Kaki depan lurus dan kuat,
jarak kedua tersebut lebar dan membentuk segi empat.
-
Kuku, bentuknya
baik,letaknya rapat,kuat,keras dan rata.
Pangkal
ekor
-
Letak pangkal ekor sama
dengan garis punggung,halus,dan ramping.
Jadi tidak terlalu tinggi atau rendah. Letak ekor yang terlalu tiggi akan berakibat
di bawah panggkal ekor berbentuk scekung sehingga menjadi tempat lalat
berkumpul dan bertelur.
Kulit
dan bulu
-
Sapi yang baik keadaan
kulitnya lunak,tipis sampai mudah lepas tertapi kuat sehingga mudah dilipat.
Kehalusan kulit ini dapat dibuktikan dengan cara melipat dan menarik kulit
dibagian belakang rusuk yang paling akhir. lipatan kulit yang halus membuktikan keadaan kulit
yang halus pula.
System
alat penghasil susu
-
Ukuran ambing: simetris
-
Letak ambing: di bawah
perut, di antara ruang kaki yang lebar.
-
Ukuran ambing: bagian depan
cukup besar,ambing yang besar menunjukkan bahwa kapasitas produksi cukup
tinggi.
-
Kulit ambing: halus
lunak,mudah di lipat dengan jari,dan bulu halus.
-
Putting: bentuk dan ukuran
putting sama,penuh,bergantung dan letaknya simitris.
-
Vena susu: sapi-sapi muda
venanya kecil,sedangkan sapi yang berproduksi venanya besar.
-
Sumber susu: bagian atas
jalan masuknya vena susu ke dalam rongga perut cukup besar.
B. Kemampuan
Berproduksi
Pada
sapi perah, produksi yang dibutuhkan ialah produksi susu, mutu air susu, dan
keteraturan beranak. Kharakter produksi susu mempunyai sifat menurun mulai dari
produksi tinggi, sedang sampai rendah. Hal ini berarti seleksi berdasarkan sapi
yang berproduksi tinggi dapat dilaksanakan, walaupun pelaksanaan makan agak
panjang. Sapi induk terbaik didalam kelompoknya harus ditahan, dan pejantan
yang terbaik harus digunakan untuk mngawini. Sapi-sapi induk terbaik juga dapat
untuk memproduksi pejantan.
Kualitas
dan jumlah produksi susu yang mempunyai sifat menurun dapat diperbaiki melalui
seleksi. Yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam hal seleksi ialah masalah
yang sering timbul karena korelasi genetic antara produksi dan kualitas susu
yang negative, mutu produksi susu semakin meningkat tetapi presentase lemak
menurun.
Jadi
kemampuan berproduksi sapi perah erat hubungannya dengan factor genetic yang
terdapat pada setiap sapi yang berasal dari induknya. Oleh karena itu, untuk
melaksanakan seleksi yang baik dan cermat perlu mengetahui beberapa data,
antara lain:
o Waktu
lahir
-
Nomor anak dan tahun
kelahiran
-
Nomor induk
-
Hari dan bulan kelahiran
-
Berat waktu lahir
-
Jenis kelamin
-
Terjadi tidaknya kesulitan
dalam kelahiran
o Produksi
susu:
Hasil
produksi susu dinyatakan dengan (liter). Sedangkan komponen susu yang harus
diketahui dan dicatat adalah prsentase lemak, protein. Bj. Dan jumlah total
produksi permasa laktasi.
Untuk
memproleh data-data yang dimaksud diperlukan suatu pencatatan (rekording)
secara seksama. Setiap sapi harus memiliki kartu yang memuat data-data yang
diperlukan agar dapat dipakai sebagai dasar analisa.
o Tempramen
Dalam
seleksi sapi perah perlu dipilih sapi-sapi calon induk yang memiliki tempramen
(sifat-sifat) jinak dan tenang, menurut, aktif (makan) sehingga sapi mudah
dipelihara atau dikuasai. Sapi-sapi yang memiliki sifat gugup dan tidak dapat
beradaptasi dengan cara-cara yang dipergunakan dalam pengolahan dapat
mengakibatkan kurangnya ketenangan dalam klompoknya sehingga produksi susu
secara keseluruhan menurun.
o Kesehatan
Di
samping faktor genetik, eksterior dan terpramen yang baik, sapi-sapi tersebut
juga harus memiliki kesehatan yang baik pula. Sapi-sapi yang tidak sehat akan
mudah terkena ifeksi suatu penyakit, misalnya brucellosis. Beberapa jenis penyakit yang perlu diperhatikan dalam
sleksi ini antara lain adalah: kemandulan,
distochia mastitis (radang ambing), TBC, dan brucellosis.
2.
Seleksi
Calon Pejantan
Pejantan yang baik akan mengasilkan sifat yang baik pula
pada keturunanya. Sifat baik ini hanya dapat dilihat pada anak-anak yang diturunkan, sbab pejantan tidak
mengasilkan susu. Untuk menilai produksi susu anak-anaknya perlu
dilakukan”progency testing” (tes keturunan). Disamping itu, pejantan juga
dinilai kmampuan untuk membuahi sel telur dan bentuk tubuhnya.
a. Penilaian
bentuk tubuh (eksterior)
Bentuk
tubuh pejantan yang baik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
- ukuran tubuh : besar, kuat, dan sehat; ukuran
perut dan lingkar dada yang lebar.
- Kepala : besar, pendek, dan lebih
lebar dari pada betina.
- Punggung : lurus, lebar, dan kuat;
pinggangnya pun lebar.
- Tulang rusuk : jarak-antar rusuk lebar, ukuran
rusuk lebar, dan panjang.
- Paha : rata dan antara
kedua paha tersebut cukup terpisah.
- Kaki :kuat, terlebih kaki
belakang.
- Leher : besar dan kuat
b. Penilaian kesuburan (fertilisasi)
Pejantan yang pertilitasny tinggi adalah pejantan yang
mampu membuahi sel-sel telur dengan baik. Cara mengetahui pejantan yang
fertilitasnya tinggi ialah dengan mengawinkan pejantan dengan berpuluh-puluh
ekor betina, kemudian dihitung berapa persentase betina yang bunting. Apa bila
persentase kebuntingan itu tinggi berarti fertilitas pejantan tersebut baik.
c. Penilaian
pejantan dengan ”progeny testing”
Untuk menilai kemampuan pejantan dapat
menurunkan sifat baik dalam memproduksi susu, perlu dilakukan uji keturunan (progeny testing). Progeny testing yang
baik harus dilakukan performance testing, yakni bagi setiap calon pejantan yang
akan ditest harus mendapatkan perlakuan yang sama, misalnya volume dan mutu
makanan, lingkungan kandang, suasana, iklim, dan lain sebagainya. Progeny
testing dapat dilakukan dengan cara memilih calon-calon pejantan muda, umur
sekitar dua tahun. Calon-calon pejantan muda yang telah mendapatkan pelakuan
(fermonce testing) tadi, kemudian dikawinkan dengan beberapa induk asil seleksi
yang berproduksi tinggi. Anak sapi asil keturunan dari perkawinan dengan
pejantan tersebut diamati bagai mana mutu atau produksi susu yang mereka
hasilkan.
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara
perah dengan produksi susu dari anak sapi dari pejantan yang akan dinilai
keunggulanya. Anak-anak sapi hasil keturunan pejantan tadi juga harus
dipelihara dalam keadaan yang sama seperti klompok-klompok kawanan sapi perah
tadi.
Bila produksi dari
anak pejantan diatas rata-rata produksi sapi yang lain, maka berarti pejantan
tersebut berkulitas baik atau ungul. Kualitas seekor pejantan baru dapat
diketahui paling awal mencapai umur lima tahun. Karena pada saat pejantan
dikawinkan umur dua tahun, kemudian ditambah tiga tahun. Waktu dikawini pertama
ditambah 18 bulan (umur anak hasil perkawinan mulai dapat dikawinkan ditambah
sembilan bulan kebuntingan anak sama dengan 36 bulan (3 tahun) pada saat berarti pejantan telah mencapi umur lima
tahun. Oleh karna itu, dianjurkan kepada para peternak agar selalu menggunakan
pejantan-pejantan yang berkualitas baik atau pejantan unggul.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Ciri Umum Sapi Perah Unggul
Pada
dasarnya setiap sapi betina dari jenis apapun dapat menghasilkan susu. Hanya
saja jumlah susu yang dihasilkannya berbeda-beda. Jenis sapi yang mampu
menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik
digolongkan ke dalam kategori sapi perahan, yaitu sapi betina yang dipelihara
dengan tujuan diambil air susunya.
Ada
beberapa jenis sapi yang dapat digolongkan ke dalam kategori sapi perah yang
baik, diantaranya:
o Fries
Holland, Asal : Holland
o
Ciri umum :
- warna bulu belang hitam putih
- umumnya pada dahi terdapat warna putih
berbentuk segitiga
- kaki bagian bawah dan buntut berwarna putih
- kaki bagian bawah dan buntut berwarna putih
- tanduk pendek mengarah ke depan
Keunggulan :
-
sifatnya tenang dan jinak mudah
beradaptasi
-
bobot tubuh betina dapat
mencapai ± 700 kg
-
produksi susu dapat
mencapai ± 5.500 lt/masa laktasi (20 lt/hari)
o Yersey, Asal : Inggris
Ciri umum :
- warna bulu coklat
muda dan atau kombinasi putih, kekuningan dan kemerahan
-
tanduk sedang mengarah agak
keatas
Keunggulan :
- tahan panas
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina
dapat mencapai ± 450 kg
- produksi susu
dapat mencapai ± 2.500 lt/masa laktasi (9,2 lt/hari)
o Guernsey, Asal : Inggris
Ciri umum :
- warna bulu kuning
tua dengan belang-belang putih
- tanduk sedang
mengarah ke atas agak condong ke depan
Keunggulan :
- sifatnya agak
tenang walau tidak setenang FH
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina
dapat mencapai ± 500 kg
- produksi susu
dapat mencapai ± 2.750 lt/masa laktasi (10 lt/hari)
o Ayrshire, Asal : Scotlandia
Ciri umum :
- warna bulu belang
merah dan belang coklat dengan putih
- tanduk panjang
mengarah ke atas
Keunggulan :
- sifatnya agak
tenang walau tidak setenang FH
- pertumbuhan cepat
- bobot tubuh betina
dapat mencapai ± 550 kg
- produksi susu
dapat mencapai ± 3.500 lt/masa laktasi (13 lt/hari)
o Brown
Swiss, Asal : Switzerland
Ciri umum :
- warna bulu coklat
abu-abu muda atau tua
- bulu hidung dan
ekor berwarna hitam
Keunggulan :
- sifatnya tenang
dan jinak
- ukuran tubuh
hampir sebesar FH
- bobot tubuh betina
dapat mencapai ± 650 kg
- produksi susu
dapat mencapai ± 4.500 lt/masa laktasi (16,6 lt/hari)
Di atas adalah sebagian jenis sapi
perah unggul didunia. Kebanyakan dari jenis sapi-sapi tersebut sudah banyak
tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Namun dar kesemua jenis sapi tersebut, jenis sapi Friesh Holland atau yang lebih dikenal dengan FH dan peranakannyalah yang paling digemari oleh para peternak. Kondisi tersebut didukung oleh banyaknya keunggulan yang dimiliki FH dibanding dengan jenis sapi perah lainnya.
Namun dar kesemua jenis sapi tersebut, jenis sapi Friesh Holland atau yang lebih dikenal dengan FH dan peranakannyalah yang paling digemari oleh para peternak. Kondisi tersebut didukung oleh banyaknya keunggulan yang dimiliki FH dibanding dengan jenis sapi perah lainnya.
Sifat yang jinak, tenang dan jumlah
susunya yang banyak adalah alasan mengapa FH menjadi sapi perah yang paling
digemari. Postur tubuh yang besar pun menjadi nilai tambah lainnya. Bila sapi
sudah menurun produktifitasnya dapat dijadikan sapi potong. Demikian pula
dengan sapi FH jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan dapat digemukkan
untuk dijadikan sapi pedaging.
3.2
Kriteria-Kriteria
yang Tergolong Dalam Diskriminasi Ringan, Sedang Ataupun Diskriminasi Berat
Akan Penilaian Cacat (defects)
Dalam penilikan
sapi perah betina harus diteliti ada atau tidaknya cacat pada ternak tersebut.
Apabila cacat itu berat, maka ternak tersebut harus didiskualifikasi. Jadi ciri
tersebut harus dipertimbangkan diantara bagian lainya.
Suatu cacat sesungguhnya harus dibatasi sebagai suatu kesalahan besar, yang
merugikan performance produktif dan sangat penting apabila ditinjau dari dari
sifat yang herediter, oleh karena itu juri dalam penilikan harus kritis dalam
penilaian.
Beberapa pertimbangan yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk menentukan
diskualifikasi, ini berarti bahwa ternak itu tidak boleh menang dan tidak
dipertunjukan dalam kelompok. Kelemahan dan cacat itu beragam dari yang ringan
sampai berat. Ini adalah wewenang juri untuk menentukan derajat diskriminasi.
Penilaian cacat pada sapi oerah betina adalah sebagai
berikut:
No
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
Mata
|
buta,
diskualifikasi; buta pada satu mata,sedikit diskualifikasi mata juling
sedikit diskriminasi
|
2
|
Muka
|
yang
berputar, diskriminasi ringan sampai berat
|
3
|
Telinga
|
yang
berputar, diskriminasi ringan
|
4
|
Rahang
|
yang
pendek sekali, diskriminasi rinngan sampai berat
|
5
|
Pundak
|
yang
berbentuk sayap(scapula tidak melekat kuat pada badan)
diskriminasi
ringan sampai berat sampai berat tergantung derajatnya
|
6
|
titik
pinggang
|
lemah
diskriminasi ringan
|
7
|
letak
pangkal ekor
|
kekiri
atau ke kanan diskriminasi ringan sampai berat
|
8
|
Kaki
|
1.
pincang permanen,diskualifikasi
|
2.
lutut menonjol, diskriminasi ringan sampai berat
|
||
3.
arthiritis/radang sendi,kaki belakang kejang, diskriminasi ringan sampai
berat
|
||
4.
persendian tarsus menjendol, diskriminasi ringan sampai berat
|
||
9
|
tak
ada tanduk
|
tidak
ada diskriminasi
|
10
|
besar
badan kurang
|
diskriminasi
ringan sampai berat
|
11
|
Ambing
|
1.
satu atau lebih kuarternya mati ( tidak berfungsi) diskualifikasi
|
2.
air susu yang dihasilkan tidak normal (berdarah, pekat,atau cair sekali)
kemungkina didiskualifikasi
|
||
3.
ambing pertautanya yang berantakan diskriminasi berat
|
||
4.
pertautan ambing lemah, diskriminasi ringan sampai berat
|
||
5.
satu atau kuarternya ringan, keras, puting tersumbat, diskriminasi ringan
sampai
Berat
|
||
6.
bocor sedikit, diskriminasi ringan
|
12. pada sapi yang tidak
berproduksi : apa bila diperoleh score sama, maka perlu dinilai pada saat sapi
sedang berproduksi.
13. sapi dar yang fermatin, jika
tidak mau membuktikan mau bunting didiskualifikasi. Kondisi yanng gemuk sekali
diskriminasi ringan sampai berat.
14. luka sementara, yang tidak
mempengaruhi penggunaan sapi, diskriminasi ringan
15. bukti adanya perbaikan, karena:
a. operasi yang menghilakngkan
sifat cacat dengan maksud agar sapi terlihat lebih baik, diskualifikasi
b. sapi dara yang tidak beranak dan memperlihatkan menghasilkan susu ( karena
diberikan hormon) diskriminasi berat
Penilaian cacat pada sapi perah jantan pada umumnya sama
dengan sapi betina, kecuali mengenai keadaan testis. Sapi jantan dengan satu
testis atau testisnya abnormal
didiskualifikasi.
3.3
Ternak Sapi Perah yang Harus Digolongkan ke Dalam Kelompok ”Diskualifikasi
Ternak”
Pada
suatu kontes ternak, ternak perah akan digolongkan kedalam kelompok
”Diskualifikasi Ternak” apabila jika ada beberapa criteria mutlak standar mutu
ternak perah yang tidak terpenuhi. Beberapa criteria yang menyebabkan
terjadinya diskualifikasi yaitu:
-
Misalnya sapi dara yang
freemartin, jika tidak membuktikan mau bunting maka ternak tersebut akan
didiskualifikasi.
-
Ketika pada tubuh ternak
sapi perah tersebut terdapat bukti adanya perbaikan karna operasi yang
menghilangakan sifat cacat dengan maksud supaya sapi terlihat tipe baik, maka
sapi tersebut akan langsung didiskualifikasi.
Ternak akan juga
tergolong menjadi “diskualifikasi ternak”
jika tidak memenuhi sayarat utama dari ketentuan suatu kontes. Misalnya
pada kontes ternak 2009 oleh Dinas Peternakan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat
yang ketentuan utama untuk ternak perah agar dapat mengikuti kontes tersebut
yaitu: memiliki umur (minimal 2 pasang gigi susu telah menjadi gigi
permanen),dll.
3.4
Ternak-Ternak Sapi
Perah yang Sering Menjadi Terdiskualifikasikan Dalam Kontes
Ternak
sapi perah akan terdiskualifikasi dalam
sebuah kontes apabila terjadi accident atau kejadian yang secara tidak sengaja
di alami oleh ternak sapi perah tersebut.
Contoh:
-
seekor tenak sapi perah
yang akan mengikuti suatu kontes, mengalami patah kaki akibat jatuh dari mobil
pengiriman saat menuju ke tempat kontes,
maka ternak tersebut akan langsung terdiskualifikasi.
-
Seekor ternak yang sedang
mengikuti kontes, terkena benda tajam pada bagian perut yang menyebabkan cacat
permanen pada ternak bersangkutan, maka ternak itu pun akan terdiskualifikasi.
3.5
Sapi Perah yang
Pigolongkan Dalam Diskriminasi Ringan Namun Dapat Mampu menang Dalam Kontes
Sapi Perah
Setiap kontes ternak perah pasti
kadang-kadang ditemukan beberapa hal
yang menyulitakan para juri untuk mengambil keputusan, salah satu diantaranya adalah ketika sapi
perah yang didiskriminasi ringan namun memiliki beberapa kereteria yang
mendukung sapi perah tersebut untuk menjadi pemenang.
Contoh:
-
Seekor sapi perah yang
mengalami luka sobek pada telinga akibat pemberian kartu nomor pada telinganya, dan hal tersebut tidak
mempengaruhi produktivitas sapi perah tersebut, maka ia bisa dijadikan pemenang
karena ia memiliki kreteria sapi perah bermutu dari aspek lainnya.
-
Sapi perah yang memiliki
luka bakar akibat penomoran dan tidak mempengaruhi produktivitas sapi tersebut,
maka ia pun bisa dijadikan pemenang akibat ada beberapa segi kualitas sapi
perah yang terpenuhi .
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
diatas maka dapat disimpulakan bahwa berbagai diskriminasi dan diskualifikasi
ternak sapi perah didalam suatu kontes atau penilaian ternak sangatlah penting untuk
dipahami, mengingat hal tersebut sangatlah menunjang dalam penilaian dan
keberhasilan dari suatu kontes ternak didalam tujuannya untuk menghasilkan
ternak sapi perah unggul yang berkualitas.
Daftar Pustaka
http://duniasapi.com/id/pra-produksi-perah/91-ciri-sapi-perah-unggul.html
diakses tanggal 17 Oktober 2010
http://yuari.wordpress.com/2008/01/10/penilaian
-eksterior-tubuh-ternak/ diakses tanggal 17 Oktober 2010
anonimos,
2004. Ilmu Ternak Perah, cet.3, gajah mada university press.
Jogjakarta
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus