Senin, 23 Januari 2012

PERANAN PETERNAKAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERRNAK POTONG





KATA PENGANTAR





Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan lancar. Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen Mata kuliah Ilmu Ternak Potong.

Paper ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan ataupun sumber lain yang berkaitan dengan Ilmu Ternak Potong., tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Ilmu Ternak Potong, atas bimbingan dan arahan dalam penulisan paper ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya paper ini.

Penulis harap, dengan membaca paper ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Peranan Peternakan dalam Meningkatkan Produktivitas Terrnak Potong Memang paper ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.









Denpasar, November 2010







Penulis



BAB I

PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang



Dalam dunia peternakan saat ini banyak sekali dijumpai peternak-peternak yang hanya memelihara sapi sebagai ternak potong begitu saja, tidak memperhatikan keadaan pasar bagaimana nantinya sapi tersebut untung tidaknya pada saat penjualan. Hal ini disebabkan karena kurangnya kecerdasan spiritual, emosional dan berfikir sehingga sumber Daya Manusia yang ada di Indonesia ini sangatlah kurang baik. Mengapa dalam paper ini mengambil judul Peranan Manusia Peternakan Dalam Meningkatkan Produktifitas Ternak Potong, karena saat ini pengembangan ternak potong yang ada di Indonesia masih secara tradisional sehingga belum bisa semaksimal mungkin dalam menghasilkan daging yang baik. Maka dari itu agar produktifitas ternak potong bisa menjadi lebih baik maka diperlukan SDM yang berkualitas.



1.2. Maksud dan Tujuan



Agar peternak peternak yang ada di Indonesia ini lebih meningkatkan kemampuannya dalam pengembangan usaha ternak potong sehingga dapat menghasilkan ternak potong yang dapat Meningkatkan Produktivitas Terrnak Potong dan menghasilkan kualitas daging yang baik.



1.3. Manfaat

Agar dapat mengetahui peranan peternakan untuk meningkatkan produktifitas ternak potong.













BAB II

KEBUTUHAN DAGING DI INDONESIA SEKARANG DAN MASA AKAN DATANG



Ternak potong merupakan salah satu penghasil pangan yang berupa daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa telah adanya kesadaran dari mereka untuk mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup. Hal ini didukung juga dengan kondisi masyarakat mengenai angka pertumbuhan penduduk dan meningkatnya rata-rata kualitas hidupnya.

Lebih mendalam ternyata terjadi fenomena yang sama terhadap angka permintaan sapi potong. Akan tetapi peningkatan tersebut kemudian diikuti dengan naiknya harga daging sapi yang belum dan sudah dipotong.

Permintaan daging yang kuat tersebut kemudian menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan populasi sapi di Indonesia terutama sapi potong lokal. Hal ini dapat terjadi ditengarai disebabkan oleh adanya pengurasan sapi di sentra-sentra produksi untuk dipotong. Selain itu penyebab lanjutannya adalah penurunan kualitas sapi potong dari waktu ke waktu akibat sapi berkualitas baik telah habis dipotong untuk memenuhi permintaan pasar sebelumnya.


Walaupun sampai demikian, ternyata permintaan daging sapi di Indonesia tersebut belum juga terpenuhi. Oleh karena itu, Pemerintah kemudian melaksanakan kebijakan impor daging dan sapi bakalan. Dari data yang dipaparkan oleh Kuswaryan et al. (2004) bahwa impor daging tahun 1996 mencapai 4,2 metric tonnes senilai 32.433.900 US Dolar, meningkat tahun 2000 mencapai 26,1 metric tonnes senilai 41.047.000 US Dolar. Kuswaryan et al. (2004) juga menyebutkan mengenai meningkatnya impor sapi bakalan yaitu bila tahun 1990 masih di bawah angka 10.000 ekor, sepuluh tahun kemudian: tahun 2000 telah mencapai sekitar 275.000 ekor, kemudian tahun 2002 mencapai 429.615 ekor. Sungguh peningkatan yang drastis dan luar biasa, yang semakin menunjukkan ketidakmampuan kita sebagai bangsa mencukupi kebutuhan pangan rakyat sendiri dan terjadinya ketergantungan kepada luar negeri yang semakin besar.

Hasilnya, dampak dari ini semua adalah dikorbankannya anggaran negara untuk mencukupi kebutuhan tersebut, terlihat dengan semakin menggelembungnya anggaran yang disediakan sebagai devisa negara untuk impor.



Berbagai permasalahan di atas harusnya menjadi bahan renungan bagi kita, kemudian kita tergerak untuk melakukan usaha di dunia pengembangan peternakan sapi potong sehingga permasalahan yang muncul hari ini tidak lagi berkelanjutan di masa yang akan datang. Kita seharusnya dapat melihat potensi-potensi di bidang ini yang secara khusus belum tergali dan berkembang, apalagi kita hidup di Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang berlebih sebagai pendukung utama usaha ini. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Kuswaryan et al. (2004) bahwa besarnya potensi sumber daya lokal, khususnya rerumputan dan limbah pertanian sebagai sumber pakan yang murah, serta tingginya angka pengangguran dapat menjadi faktor keunggulan bagi pengembangan peternakan sapi potong rakyat.



Pengembangan peternakan sapi potong rakyat tersebut harus juga kemudian memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1) Produk peternakan sapi potong (daging sapi) harus mampu dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau, 2) Peternak sapi potong di dalam negeri (peternakan rakyat) secara finansial harus meraih keuntungan untuk perbaikan hidupnya sekaligus dapat merangsang peningkatan produksi yang berkesinambungan, 3) Pada struktur perekonomian nasional, usaha ternak sapi potong rakyat harus memberikan kontribusinya, artinya proses produksi secara ekonomi harus efisien dan bukan merupakan usaha produksi yang memboroskan sumber daya nasional, 4) Karena melimpahnya sumber daya lokal yang harus dimanfaatkan usaha ternak sapi potong rakyat harus mempunyai keunggulan sehingga kesinambungan usahanya tetap dapat dipertahankan (Kuswaryan et al., 2004).

Agar usaha pengembangan peternakan sapi potong rakyat memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian nasional, maka keempat arah pengembangan usaha peternakan rakyat di atas harus dilaksanakan dan dicapai secara bersama dan berkesinambungan dari masa ke masa, tidak kemudian hanya diusahakan dalam satu waktu saja. Sehingga kemudian ada dua keuntungan secara khusus dari usaha ini, yaitu peternak yang mendapatkan tambahan penghasilan dan konsumen dapat mengkonsumsi daging dengan harga yang terjangkau.


Di Indonesia, proses produksi sapi potong rakyat dilakukan melalui dua tahapan, yaitu kegiatan usaha ternak pembibtan yang kemudian dilanjutkan dengan usaha penggemukan sapi sampai siap dipotong. Pada kedua jenis usaha peternakan sapi potong rakyat ini seluruh biaya ekonomi sebagian besar merupakan komponen biaya dari penyediaan pakan hijauan dan biaya tenaga kerja untuk memelihara ternak di kandang, selain juga kemudian pembelian bibit ternaknya sebagai investasi. Sehingga, mulai dari pemilihan bibit/bakalan, kemudian kualitas tenaga kerja, sampai kemudian formulasi ransumnya harus benar-benar diperhatikan juga untuk mencapai produksi yang optimal.


Informasi mengenai besarnya manfaat ekonomi, serta besarnya devisa yang dapat dihemat untuk setiap satuan ternak yang diproduksi oleh peternakan sapi potong rakyat di dalam negeri masih sangat jarang diperoleh, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai hal ini.

Menurut Kuswaryan et al. (2004) bahwa jumlah devisa yang dapat dihemat dari kegiatan usaha ternak sapi potong rakyat untuk setiap sapi potong dengan berat hidup 371,24 kilogram adalah sebesar Rp.3.191.179,34. Besarnya nilai devisa yang dapat dihemat ini erat kaitannya dengan melimpahnya sumber daya lokal untuk kegiatan usaha ternak sapi potong di dalam negeri (Putri, 2001). Gonarsyah (2001) menambahkan bahwa sumber daya lokal yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap penghematan devisa impor adalah pemanfaatan sumber pakan (hijauan pakan dan limbah pertanian) serta penyerapan tenaga kerja. Melihat keragaan ekonomi usaha ternak sapi potong rakyat seperti ini, membuktikan bahwa faktor sumber daya alam yang melimpah harus dijadikan dasar bagi pembangunan, bukan didasarkan pada bahan baku impor yang terbukti sangat rentan terhadap goncangan moneter.


Seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya impor daging juga akan mengakibatkan kerugian yang besar terhadap peternak lokal di Indonesia. Kondisinya akan sama dengan kasus impor beras yang kini terus-menerus dilakukan pemerintah. Peternak lokal akan kalah bersaing sewaktu akan menjualnya di pasar. Konsumen akan lebih cenderung memilih daging impor yang lebih murah dengan kemasan yang meyakinkan, sehingga mau tidak mau peternak lokal terpaksa menyesuaikan harga sesuai permintaan konsumen agar ternak/dagingnya pun laku terjual.
Dilihat dari segi kehalalan maka sesungguhnya kita patut berhati-hati terhadap daging impor. Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim seharusnya kurang sesuai apabila kemudian gemar sekali mencari daging impor yang lebih murah. Lihat saja kebanyakan sistem pemotongan ternak di luar negeri yang tidak sesuai tuntunan agama Islam.


Dilihat dari segi kesehatan, maka kita juga perlu berhati-hati terhadap maraknya kasus sapi gila yang kerap melanda peternakan di luar negeri terutama Eropa dan Amerika. Ada juga kemungkinan menyebarnya penyakit tersebut ke Indonesia apabila pemerintah kita tidak berhati-hati.

Dilihat dari sisi harga diri kita sebagai sebuah bangsa, maka dengan adanya impor sesungguhnya kita telah dijajah dan tidak dihargai. Bagaimana tidak, ternyata daging yang banyak diimpor di Indonesia adalah daging sampah, artinya daging sisa/buangan yang tidak dimanfaatkan oleh penduduk di negeri asalnya, karena daging tersebut banyak kandungan kolesterolnya dan sedikit gizi yang terkandung.






















BAB III

BERBAGAI JENS TERNAK SEBAGAI SUMBER DAGING DAN POPULASINYA.



Ø Sapi

Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah satu komoditi unggulan yang memilki pasar domestik yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara ASEAN lainnya.

Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan.

Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor (72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10 %).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor (18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok



Ø Babi

Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan. Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua.



Ø Kerbau

Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir sama dengan ternak sapi.Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada di pulau Sumbawa).

Ø Kuda

Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong. Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit sekitar 5.200 ekor per tahun.Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima.

Ø Kambing

Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering, umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss. Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun. Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun.





















BAB IV

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK POTONG MELALUI PEENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA



Sumber daya manusia (SDM) adalah kemampuan manusia baik potensial maupun efektifitas yang dimiliki manusia yang terdiri atas kecerdasan spiritual, kecerdasan berpikir, kecerdasan emosional dan keterampialan fisik (Gorda, 2004).Sumber daya manusia yang berkualitas sangatlah dibutuhkan dalam rangka pengembangan usaha ternak potong karena dia harus mampu merumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicari,menyusun langkah langkah untuk mencapai tujuan dalam membuat keputusan.

Yang dimaksud dengan sumber daya manusia berkualitas adal;ah tangguh, mandiri kreatif dan dinamis

Secara umum daya manusia peternak di Indonesia sampai dewasa sekarang masih sangat tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara maju.salah satu penyebabnya adalah budaya beternak yang hanya selalu berorientasi pada masalah produksi dan produktifitas tanpa mau dan mampu memahami pasar, padahal suatu usaha tanpa berorientasi pada pasar, nampaknya sangat sulit berkembang karena merubah pola beternak tradisional kearah industry peternakan yang harus mengikuti dinamika pasar.

Dalam pola peternakan tradisional peternakan sekaligus sebagai manejer dan pekerja,serta melakukan usaha sendiri.walaupun telah ada peternak yang melibatkan anggota keluarga namun tidak ada pembagian yang jelas dan tenaga kerja ini selalu tidak di hitung dalam proses poduksi.

Sesungguhnya sekecil apapun usaha peternak tersebut hendaknya tetap berpegang pada prinsip efektipitas dan efisiensi selain produktipitas.oleh karena itu pembinaan sumber daya manusia sungguh sangat dibutuhkan terutama dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Kemampuan memperhatikan kehidupan peternak dan ternak secara layak

2. Peningkatan gaya intelegensia dan selalu mau belajar

3. Menumbuh kembangkan motifasi yang tinggi

4. Meningkatkan kemampuan melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan (biaya miniml mendapatkan hasil maksimal)

5. Selalu berusaha dalam meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi

6. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kemamapuan menejerial dalam mengambil keputusan





Dalam rangka pembinaan tersebut langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah dengan pemdidikan baik formal maupun informal.Secara normal yakni belajar pada lembga-lembaga pendidikan seperti Sekolah peternakan,program-program diploma (D1,D2 dan D3) peternakan,sedangkan secara non-formal antara lain :

a.Mengikuti kursus-kursus singkat yangdiselenggarakan tanpa lembaga baik pemerintah maupuan swasta.

b. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tengtang pengelolaan usaha dan kewirausahaan.

c. Menyelenggarakan pelatihan dengan metode on the job training.yakni peserta pelatihan langsung dihadapkan pada pekerjaan namun tetap dibimbing oleh pelatih.

d. Magang pada perusahaan-perusahaan peternakan diman peserta latihan blajar dari seseorang yang telah berpengalaman.

e.Menyelengarakan study banding kepertekan yang telah berhasil

f. Menylengarakan temu karya petani peternak atau sasarasehan sesama peternak

Sudah barang tentu tingkat keberhasilan yang dicapai sanagat tergantung dari :

a. Metode yang di gunakan

b. Intelegensi peserta peternakan serta kesunguhannya

c. Media yang digunakan

d. Sarana dan prasarana penunjang

e. Pembimbing atau tutornya sendiri ]



Ø Meningkatkan kualitas produksi ternak

Isu yang selalu berkembang pada masyarakat bahwa ternak potong lokal selalu kualitasnya lebih jelek daripada yang impor seperti tingkat pertumbuhan rendah kulaitas karkas atau daging jelek dan sebagainya sehingga ketika merebus selalu kalah saing.penilaian ini mungkin ada benarnya jika diperhatikan dari sejarah pemeliharan ternak potong yang masih cara tradisional di indonesia. Akan tetapi isu itu hendaknya jadi tantangan bahwa kualitas produk menjadi sangat penting untuk menjadikan peternakan suatu industri.dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produksi selayaknya menjadi perhatian seperti genetik, pakan dan menejemen baik sebelum di sembelih ataupun setelah ternak tersebut di sembeleh.

Ø perbaikan potensi Genetik

Meningkatkan potensi genetik dilakukan dengan:

· Memasukan gen-gen baru

· Merancang program breeding sedemikian rupa sesuai dengan harapan sifat produksi yang di inginkan.

Kedua cara ini sudah harang tentu harus diikuti oleh program seleksi yang sangat ketat, pada proses seleksi para pemulia ternak akan mengambil keputusan tentang ternak-ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua untuk generasinya berikutnya dan mana yang di pisahkan agar tidak memberikan keturunan.

Semua aktifitas yang berhubungan dengan perbaikan kelompok atau populasi paa ternak bibit,dapat di kelompokan menjadi dua yaitu:

· Menetapkan sasarannya

· Mengembangkan program seleksi yang dimaksudkan untuk mengubah rata-rata populasi atau kelompok kearah sasaran yang di kehendaki.seleksi dapat diangap suatu proses yang terdiri atas dua tahap.

Sungguh seleksi merupakan pekerjaan rumit,karena sifat-sifat kuantitatif yang berkaitan dengan produksi tidaklah berdiri sendiri,namun berkaitan dengan sifat-sifat lainya.korelasi tersebut dapat berupa positif, artinya bila sifat suatu di naikan sifat yang lain ikut naik. Sebaliknya ada sifat-sifat berkorelasi negatif bila suatu sifat di naikan satu sifat yang lain justru menurun.contoh:berat lahir berkorelasi positip dengan berap sapih, berkorelasi positif dengan laju tambahan bobot badan, litter size pada babi berkorelasi negatif degnan bobot lahir, laju kenaikan bobot setelah sapih berkorelasi negatif dengan tebal lemak punggung.

Salah satu penyebab menurunya kualitas produksi ternak potong di indonesia adalah sejarah pemeliaraan yang sangat memungkinkan terjadinya perkawinan silang dalam. Silang dalam hampir selalu menurunkan produksi sehinga para pemuliah hendaknya menjaga agar silang dalam pada kelompok atau populasi ternak bibit sekecil mungkin. Namun dalam kenyataan silang dalam sulit dihindari pada populasi terbatas. Efek yang ditimbulkan akibat perkawinan silang yaitu:

· Efek fenotip

· Laju pertumbuhan

· Kemampuan reproduksi

Untuk mempercepat perubahan genetik kearah sifat-sifat yang diinginkan maka penerapan inseminasi buatan sangat dianjurkan terutama pada sapi.

Ø Menagemen (pengelolaan)

Yang dimaksudkan di sini adalah pengelolahan ternak sebelum pemotongan. Yakni dari pemeliharaan, pengangkutan kerumah potong dan penyembelihan serta pasca penyembelihan setelah berupa karkas atau daging.

Selama dalam perawatan ternak-ternak harus mendapatkan perawatan yang sesuai dan memadai,tanpa mengalami tekanan yang berlebihan bai karena faktor alam atau faktor buatan. Selanjutnya selama pengangkutan ternak-ternak harus nyaman,karena kesalahan penanganan akan sangat merugikan seperti penurunan bobot badan yang tinggi, patah tulang, lecet malah kematian . oleh karena itu hal-hal yang perlu di lakukan adalah

· Pilihan jenis alat transportasi yang tepat

· Berikan makanan dan minuman secukupnya sebelum di angkut

· Jagalah ternak agaar tetap tenang selama dalam perjalanan

· Lengkapi ternak dengan dokumen yang berlaku

· Untuk perjalanan jauh seabiknya ternak diistirahtkan selama beberapa jam ditengah perjalanan untuk melepas lelah dahaga dan lapar

· Lengkapi alat transportasi dengan sekat pemisah untuk memisahkan perbedaan umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

· Hindari pengiriman ternak pada cuaca ekstrim



Ø Perbaikan pakan

Ternak dalam industri ibarat sebua mesin yang mengubah rumput-rumputan atau hijauan atau biji-bijian menjadi produksi peternakan seperti susu, daging dan sebagainya, akan tetapi kualitas output sangat tergantung dari bahan baku yang masuk. Oleh karena itu ada 3 tahap dalam perbaikan pakan yaitu:

· Tahapan pemilihan bahan

· Tahapan penyiapan,pengolahan atau peramuan

· Tahapan penyajian

Sesungguhnya sekecil apapun usaha peternakan tersebut hendaknya tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efesiensi selain produktivitas.oleh karena itu pembinaan sumber daya manusia sungguh sangat dibuthkan terutama dalam hal- hal sebagai berikut :

1. Kemampuan memperhatikan kehiduan peternak dan ternak secara layak

2. Peningkatan daya intelegensia dan selalu mau belajar

3. Menumbuh kembangkan motifasi yang tinggi

4. Meningkatkan kemampuan melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan.

5. Selalu berusaha meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi

6. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kemampuan menegerial dalam mengambil keputusan



















BAB V

SIMPULAN



Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selau meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selau negative, artinya jumlah permintaan lebih tinggi daripada peningkatan sebagai konsumen.

Di Indonesia dan juga di negar-negara berkembang lainya,sebagian besar ternak potong berada dimasyarakat peternak.

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja produksi ternak potong, faktor tersebut adalah :

· Faktor luar, meliputi : pengelolaan (manusia), efek langsung iklim, pakan ternak (manusia), kesehatan dan penyakit hewan (manusia)

· Faktor dalam, meliputi : genetik, jenis kelamin dan asal usul (pedigree) ternak tersebut.

Sesungguhnya sekecil apapun usaha peternakan tersebut hendaknya tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efesiensi selain produktivitas.oleh karena itu pembinaan sumber daya manusia sungguh sangat dibuthkan terutama dalam hal- hal sebagai berikut :

7. Kemampuan memperhatikan kehiduan peternak dan ternak secara layak

8. Peningkatan daya intelegensia dan selalu mau belajar

9. Menumbuh kembangkan motifasi yang tinggi

10. Meningkatkan kemampuan melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan.

11. Selalu berusaha meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi

12. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kemampuan menegerial dalam mengambil keputusan











DAFTAR PUSTAKA

http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_daging.php

http://www.detiknusantara.com/index.

IPB SOCIAL POLITIK CENTER

Mantra ida bagus.2008.Ilmu Ternak Potong Bagian III.Lab ternak potong dan kerja fakultas peternakan Universitas udayana Denpasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...