Jumat, 16 Maret 2012

Kebutuhan daging di indonesia sekarang dan masa depan

Bab 1
Pendahuluan
1.1  Latar belakang
Konsumsi daging di Indonesia masih rendah,sedangkan kebutuhan tinggi sehingga terdapat peluang untuk usaha peternakan ruminansia. Ternak ruminansia besar yang utama adalahsapi perah, potong dan kerbau. Produk ternak ruminansia umumnya terdiri atas daging, susu, kulit, dan bulu. Kontribusi peternakan sebagai sumber protein hewani, sumber tenaga, pemanfaatan hasil limbah pertanian, hasil ikutan pertanian, dan menyerap tenaga kerja.Untuk dapat mengelola usaha peternakan perlu menguasai dasar budidaya. Pengetahuan tentang identifikasi ternak, pemberian pakan,fasilitas, pemcegahan penyakit dan pengelolaan dengan peinsip good management practices .
karena kebutuhan daging makin tahun meningkat dan kebutuhan daging selalu di cari untuk memenuhi kebutuhan pangan.maka peranan petrnakan untuk melakukan suatu aspek untuk membuat peternakan yang berproduktifitas untuk kebutuhan hidup.

1.2  Maksud dan tujuan
Untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mengkonsumsi daging. Agar
manusia dapat meningkatkan gizi.

1.3  manfaat
agar dapat mengetahui peranan peternakan untuk meningkatkan produktifitas ternak potong.


Bab II
Kebutuhan daging di indonesia sekarang dan masa depan

Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selau meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selau negative, artinya jumlah permintaan lebih tinggi daripada peningkatan sebagai konsumen.
Di Indonesia dan juga di negar-negara berkembang lainya,sebagian besar ternak potong berada dimasyarakat peternak.
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja produksi ternak potong, faktor tersebut adalah :
·         Faktor luar, meliputi : pengelolaan (manusia), efek langsung iklim, pakan ternak (manusia), kesehatan dan penyakit hewan (manusia)
·         Faktor dalam, meliputi : genetik, jenis kelamin dan asal usul (pedigree) ternak tersebut.
Sehingga yang diharapkan disini adalah bagaimana peranan dari kualitas manusia itu sendiri untuk meminimalisir pengaruh alam yang berdampak negatif untuk dapat meningkatkan produksi ternak potong.
Rata-rata produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia selama periode 1990 – 1999 masing-masing 193,7 ribu ton dan 202,4 ribu ton, sehingga terjadi excess demand sebesar 8,7 ribu ton per tahun (4,13% dari total konsumsi) yang didatangkan dengan cara mengimpor dari beberapa negara seperti Australia,Selandia Baru, dan lain sebagainya.Produksi tertinggi dicapai pada tahun 1997 yaitu sebanyak 214 ribu ton, dan pada tahun yang sama juga terjadi tingkat konsumsi dan impor paling tinggi yaitu berturut-turut 237 ribu ton dan 23 ribu ton (9,70% dari total konsumsi).Selama periode 1990 – 1999, produksi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,41 persen per tahun. Demikian juga pada periode yang sama jumlah konsumsi baik per kapita maupun total meningkat masing-masing 2,08 persen dan 2,66 persen per tahun. Peningkatan konsumsi yang relatif lebih tinggi dari peningkatan produksi menyebabkan jumlah impor daging mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 21,94 persen per tahun.Kondisi di atas menunjukkan bahwa tanpa adanya upaya untuk memacu produksi daging sapi dalam negeri, maka ketergantungan Indonesia akan daging impor semakiin tinggi. Apalagi setelah krisis ekonomi (tahun 1997) produksi daging sapi Indonesia terus menurun. Pada tahun 1997 produksi daging sapi Indonesia 214 ribu ton dan pada tahun 1998 turun menjadi 208 ribu ton dan terus menurun pada tahun 1999 hanya sebesar 188 ribu ton. Walaupun sebenarnya di sisi konsumsi pun mengalami penurunan juga, akan tetapi adanya gejala semakin membaiknya perekonomian Indonesia akan menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat,sehingga pada akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan/konsumsi terhadap komoditas tersebut.
Setiap tahun, Indonesia memerlukan sebanyak 700 hinggga 800 ribu ekor sapi yang didatangkan dari Australia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Sekitar 350 ribu ekor dalan bentuk sapi hidup, selebihnya dalam bentuk daging. Demikian yang diungkapkan Direktur Budidaya Ternak Ruminansia dari Direktorat Jenderal Peternakaan Departemen Pertanian RI Ir Fauzi Luthan, usai menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional ‘Peternakan dan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan. Menurut Fauzi Luthan, saat ini Indonesia belum swasembada daging sapi karena 28 persen kebutuhan daging sapi masih impor dari Australia. Dirinya mengatakan, paling tidak untuk swasembada daging sapai minimal kebutuhan impor hanya 10 persen. Pemerintah sudah menargetkan tahun 2010 kita sudah swasembada daging sapi, dan program ini sudah dicanangkan sejak dua tahun lalu, dimulai dengan program reguler. Diakui Fauzan, kendala yang dihadapi dalam mencapai target swasembada daging sapi tersebut, kecilnya peningkatan kelahiran sapi induk. Di Indonesia menurut Fauzan tingkat kelahiran ternak sapi induk relatif masih sangat kecil, sekitar 15,8 persen dari 3, 1 juta ekor sapi induk yang ada Jika ini bisa kita tingkatkan sekitar 60-70 persen maka kebutuhan akan swasembada daging sapi akan segera tercapai. Salah satu upaya yang akan dilakukan, kata Fauzan, diantaranya melakukan penyuluhan dan pembimbingan kepada peternak, menyiapkan inseminasi buatan yang lebih baik dan melakukana penangangan kesehatan terhadap gangguan reproduksi ternak. Yang terjadi selama ini, program inseminasi buatan yang dianggap kurang berhasil, padahal ternaknya yang kurang siap dengan adanya gangguan reproduksi. Maka dari itu, kata Fauzan, Deptan setidaknya masih membutuhkan sebanyak 10 ribu tenaga penyuluh pertanian kontrak termasuk di dalamnya tenaga peternakan yang difokuskan pada daerah sentra sapi potong dan sapi perah.
Biar kebutuhan daging di indonesia tidak lagi impor karena untuk kemajuan gizi di masa sekarang dan masa depan di indonesia.ada 18 provinsi yang difokuskan, diantaranya Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Sulteng, Kalsel dan Kalbar.
Mulai tahun 2008 kita akan menerapkan program percepatan di daerah–daerah yang memiliki induk populasi ternak dalam jumlah besar, ini yang kita push (dorong) peningkatan kelahirannya dengan cara meningkatakan jumlah bantuan pejantan unggul, inseminasi buatan, dan penanganan kesehatan reproduksi.
Menuju Swasembada Daging 2010
Rencana pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging di tahun 2010 terlihat sebagai sebuah perencanaan yang mungkin sulit dicapai. Hal ini terlihat dari masih besarnya tingkat impor daging sekarang ini yang dilakukan pemerintah dan belum siapnya masyarakat kita yang berkonsentrasi dalam peternakan.
Namun, meningkatnya pertumbuhan peternakan-peternakan feedlot dewasa ini memberi secercah harapan untuk terpenuhinya rencana swasembada daging 2010 tersebut. Usaha feedlot yang tumbuh sebagai sebuah peternakan rakyat adalah merupakan jalan yang sangat tepat, karena apabila konsep peternakan digagas dan dibangun dari pondasi di lingkup masyarakat maka secara tidak langsung akan ikut memperkokoh peternakan-peternakan besar dan ekonomi Indonesia secara umum.
Ekonomi rakyat akan terangkat, segala permasalahan akan dapat diselesaikan secara mudah dengan kerjasama dalam sebuah kelompok, dan peternak akan lebih mudah mencari dan mendapatkan bantuan modal bagi penguatan usaha peternakannya.
Tentu saja kemudian pelaksanaan dari ini semua harus dibarengi dengan tersedianya bibit ternak yang berkualitas. Inilah kemudian yang menjadi tugas para peternak pembibitan. Peternakan pembibitan dalam lingkup ini hendaknya juga harus dibangun dari kalangan masyarakat kecil dan menengah dahulu. Saat ini telah bermunculan di berbagai tempat suatu pusat kelompok peternakan pembibitan milik rakyat atau lebih dikenal dengan istilah Village Breeding Center (VBC).
Dengan adanya VBC ini peternak-peternak yang mempunyai indukan akan lebih mudah dalam mendapatkan straw dari pejantan berkualitas, terjamin mutunya. Kemudian apabila menurunkan anakm secara langsung akan mudah dilakukan recording sehingga akan mendukung program pemerintah dalam hal kontrol dan pengawasan perkembangan populasi bangsa suatu ternak. Peternak pun kemudian akan mudah memasarkan bibit yang dihasilkan dalam peternakannya.
Kedua program, yaitu peternakan potong rakyat dan peternakan pembibitan rakyat inilah yang kemudian dapat mendorong tercapainya program pemerintah untuk swasembada daging di tahun 2010 apabila dalam pelaksanaannya dilakukan secara sinkron dan kontinyu.


Bab III
Berbagai jenis ternak sebagai sumber daging


Sapi
Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah satu komoditi unggulan yang memilki pasar domestik yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara ASEAN lainnya.
Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan.
Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor (72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10 %).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor (18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok

Babi
Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan. Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua.

Kerbau
Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir sama dengan ternak sapi.Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada di pulau Sumbawa).
Kuda
Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong. Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit sekitar 5.200 ekor per tahun.Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima.

Kambing

           
Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering, umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss. Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun. Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun.


Bab IV
Upaya peningkatan produksi ternak potong melelui peningkaran kualitas sumber daya manusia
Meningkatkan kualitas produksi ternak
Isu yang selalu berkembang pada masyarakat bahwa ternak potong lokal selalu kualitasnya lebih jelek daripada yang impor seperti tingkat pertumbuhan rendah kulaitas karkas atau daging jelek dan sebagainya sehingga ketika merebus selalu kalah saing.penilaian ini mungkin ada benarnya jika diperhatikan dari sejarah pemeliharan ternak potong yang masih cara tradisional di indonesia. Akan tetapi isu itu hendaknya jadi tantangan bahwa kualitas produk menjadi sangat penting untuk menjadikan peternakan suatu industri.dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produksi selayaknya menjadi perhatian seperti genetik, pakan dan menejemen baik sebelum di sembelih ataupun setelah ternak tersebut di sembeleh.
 perbaikan potensi Genetik
Meningkatkan potensi genetik dilakukan dengan:
·         Memasukan gen-gen baru
·         Merancang program breeding sedemikian rupa sesuai dengan harapan sifat produksi yang di inginkan.
Kedua cara ini sudah harang tentu harus diikuti oleh program seleksi yang sangat ketat, pada proses seleksi para pemulia ternak akan mengambil keputusan tentang ternak-ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua untuk generasinya berikutnya dan mana yang di pisahkan agar tidak memberikan keturunan.
            Semua aktifitas yang berhubungan dengan perbaikan kelompok atau populasi paa ternak bibit,dapat di kelompokan menjadi dua yaitu:
·         Menetapkan sasarannya
·         Mengembangkan program seleksi yang dimaksudkan untuk mengubah rata-rata populasi atau kelompok kearah sasaran yang di kehendaki.seleksi dapat diangap suatu proses yang terdiri atas dua tahap.
Sungguh seleksi merupakan pekerjaan rumit,karena sifat-sifat kuantitatif yang berkaitan dengan produksi tidaklah berdiri sendiri,namun berkaitan dengan sifat-sifat lainya.korelasi tersebut dapat berupa positif, artinya bila sifat suatu di naikan sifat yang lain ikut naik. Sebaliknya ada sifat-sifat berkorelasi negatif bila suatu sifat di naikan satu sifat yang lain justru menurun.contoh:berat lahir berkorelasi positip dengan berap sapih, berkorelasi positif dengan laju tambahan bobot badan, litter size pada babi berkorelasi negatif degnan bobot lahir, laju  kenaikan bobot setelah sapih berkorelasi negatif dengan tebal lemak punggung.
            Salah satu penyebab menurunya kualitas produksi ternak potong di indonesia adalah sejarah pemeliaraan yang sangat memungkinkan terjadinya perkawinan silang dalam. Silang dalam hampir selalu menurunkan produksi sehinga para pemuliah hendaknya menjaga agar silang dalam pada kelompok atau populasi ternak bibit sekecil mungkin. Namun dalam kenyataan silang dalam sulit dihindari pada populasi terbatas. Efek yang ditimbulkan akibat perkawinan silang  yaitu:
·         Efek fenotip
·         Laju pertumbuhan
·         Kemampuan reproduksi
Untuk mempercepat perubahan genetik kearah sifat-sifat yang diinginkan maka penerapan inseminasi buatan sangat dianjurkan terutama pada sapi.
menagemen (pengelolaan)
            Yang dimaksudkan di sini adalah pengelolahan ternak sebelum pemotongan. Yakni dari pemeliharaan, pengangkutan kerumah potong dan penyembelihan serta pasca penyembelihan setelah berupa karkas atau daging.
            Selama dalam perawatan ternak-ternak harus mendapatkan perawatan yang sesuai dan memadai,tanpa mengalami tekanan yang berlebihan bai karena faktor alam atau faktor buatan. Selanjutnya selama pengangkutan ternak-ternak harus nyaman,karena kesalahan penanganan akan sangat merugikan seperti penurunan bobot badan yang tinggi, patah tulang, lecet malah kematian . oleh karena itu hal-hal yang perlu di lakukan adalah
·         Pilihan jenis alat transportasi yang tepat
·         Berikan makanan dan minuman secukupnya sebelum di angkut
·         Jagalah ternak agaar tetap tenang selama dalam perjalanan
·         Lengkapi ternak dengan dokumen yang berlaku
·         Untuk perjalanan jauh seabiknya ternak diistirahtkan selama beberapa jam ditengah perjalanan untuk melepas lelah dahaga dan lapar
·         Lengkapi alat transportasi dengan sekat pemisah untuk memisahkan perbedaan umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.
·         Hindari pengiriman ternak pada cuaca ekstrim
perbaikan pakan
            Ternak dalam industri ibarat sebua mesin yang mengubah rumput-rumputan atau hijauan atau biji-bijian menjadi produksi peternakan seperti susu, daging dan sebagainya, akan tetapi kualitas output sangat tergantung dari bahan baku yang masuk. Oleh karena itu ada 3 tahap dalam perbaikan pakan yaitu:
·         Tahapan pemilihan bahan
·         Tahapan penyiapan,pengolahan atau peramuan
·         Tahapan penyajian
Sesungguhnya sekecil apapun usaha peternakan tersebut hendaknya tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efesiensi  selain produktivitas.oleh karena itu pembinaan sumber daya manusia sungguh sangat dibuthkan terutama dalam hal- hal sebagai berikut :
1.      Kemampuan memperhatikan kehiduan peternak dan ternak secara layak
2.      Peningkatan daya intelegensia dan selalu mau belajar
3.      Menumbuh kembangkan motifasi yang tinggi
4.      Meningkatkan kemampuan melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan.
5.      Selalu berusaha meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi
6.      Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kemampuan menegerial dalam mengambil keputusan

Dalam rangka pembinaan tersebut langakah- langkah yang dapat ditempuh adalah dengan pendidikan baik formal ataupun non formal. Secara formal yakni belajar pada lembaga- lembaga pendidikan seperti sekolah peternakan, program- program diploma peternakan. Sedangkan non formal, yaitu :
1.      Mengikuti kursus- kursus singkat yang diselenggarakan olehh lembaga- lembaga baik pemerintah maupun swasta.
2.      Menyelenggarakan pelatihan tentang pengelolaan usha dan kewiraan usahaan.
3.      Menyelenggaran pelatihan dengan metode job training.
4.      Magang pada perusahaan peternakan dimana peserta pelatihan belajar dari seseorang yang telah berhasil.
5.      Menyelenggarakan temu karya petai peternak atau sareshan sesama peternak.

Sudah barang tentu tingkat keberhasilan yang dicapai sangat tergantung dari :
1.      Metode yang digunakan
2.      Intelegensi peserta peeternakan serta kesungguhannya
3.      Media yang digunakan
4.      Sarana dan prasarana penunjang
5.      Pembimbing atau tutornya sendiri
Dalam rangka pembinaan tersebut langakah- langkah yang dapat ditempuh adalah dengan pendidikan baik formal ataupun non formal. Secara formal yakni belajar pada lembaga- lembaga pendidikan seperti sekolah peternakan, program- program diploma peternakan. Sedangkan non formal, yaitu :
6.      Mengikuti kursus- kursus singkat yang diselenggarakan olehh lembaga- lembaga baik pemerintah maupun swasta.
7.      Menyelenggarakan pelatihan tentang pengelolaan usha dan kewiraan usahaan.
8.      Menyelenggaran pelatihan dengan metode job training.
9.      Magang pada perusahaan peternakan dimana peserta pelatihan belajar dari seseorang yang telah berhasil.
10.  Menyelenggarakan temu karya petai peternak atau sareshan sesama peternak.

Sudah barang tentu tingkat keberhasilan yang dicapai sangat tergantung dari :
6.      Metode yang digunakan
7.      Intelegensi peserta peeternakan serta kesungguhannya
8.      Media yang digunakan
9.      Sarana dan prasarana penunjang
10.  Pembimbing atau tutornya sendiri


Simpulan
Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selau meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selau negative, artinya jumlah permintaan lebih tinggi daripada peningkatan sebagai konsumen.
Di Indonesia dan juga di negar-negara berkembang lainya,sebagian besar ternak potong berada dimasyarakat peternak.
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja produksi ternak potong, faktor tersebut adalah :
·         Faktor luar, meliputi : pengelolaan (manusia), efek langsung iklim, pakan ternak (manusia), kesehatan dan penyakit hewan (manusia)
·         Faktor dalam, meliputi : genetik, jenis kelamin dan asal usul (pedigree) ternak tersebut.
Sesungguhnya sekecil apapun usaha peternakan tersebut hendaknya tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efesiensi  selain produktivitas.oleh karena itu pembinaan sumber daya manusia sungguh sangat dibuthkan terutama dalam hal- hal sebagai berikut :
7.      Kemampuan memperhatikan kehiduan peternak dan ternak secara layak
8.      Peningkatan daya intelegensia dan selalu mau belajar
9.      Menumbuh kembangkan motifasi yang tinggi
10.  Meningkatkan kemampuan melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan.
11.  Selalu berusaha meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi
12.  Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kemampuan menegerial dalam mengambil keputusan






DAFTAR PUSTAKA

BUKU AJAR TERNAK POTONG
http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_daging.php
http://www.detiknusantara.com/index.
IPB SOCIAL POLITIK CENTER

Kamis, 01 Maret 2012

cara menguji keefektifan vaksin SE


Bagaimana cara menguji keefektifan vaksin SE ?

Ada 5 cara yang bisa dilakukan untuk menguji kepekaan atau keefektivitasan vaksin yaitu :


1. Melakukan vaksinasi pada sapi dan dilanjutkan dengan uji tantangan langsung (direct challenge) atau dengan passive mouse protection test.

2. Melakukan vaksinasi pada kelinci dan diikuti dengan uji tantangan langsung (direct challenge) atau passive mouse protection test dengan menggunakan kelinci
3. Melakukan tes potensi (potency test) pada tikus metode ini merupakan metode yang paling efektif dari ketiga metode yang ada. Pada metode ini digunakan 50 ekor tikus yang masing-masing akan divaksin secara intramuscular dengan 02 ml vaksin dan dilakukan pemberian vaksin kembali pada hari ke-14 Pada hari ke-21, tikus dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing berisi 5 ekor tikus. Masing-masing kelompok dilakukan uji tantangan (challenge) dengan pengenceran masing-masing 6-8 jam broth culture strain lapangan di kisaran 10-1-10-10 ; 50 Semua tikus kemudian akan diamati selama 5 hari dosis letal median (LD50) dapat dihitung untuk mendapatkan indikasi dosis yang cukup untuk melindungi ternak.

4. Melakukan beberapa Jenis Uji coba:
a. Uji Kandungan Virus
Prinsip : Menentukan kandungan virus per vial

b. Uji Keamanan/Toksisitas abnormal
Prinsip : Pemberian/inokulasi dengan dosis tinggi, hewan yang diuji masih sehat/aman.
c. Uji Potensi
Prinsip : Untuk mengetahui potensi vaksin yang diuji
d. Uji Inaktivasi
Prinsip : AI : Inokulasi vaksin tidak menimbulkan kematian embrio dan HA

Rabies : Inokulasi vaksin tidak menimbulkan kematian/gejala klinis
e. Uji Identifikasi
Prinsip : Untuk mengidentifikasi homolog virus vaksin dengan serum yang dihasilkan,Vaksin harus >90% homolog dengan master seed

5. Uji Serologis:
a. Agar Gel Precipitation Test
b. Haemagglutination Inhibition Test
c. Indirect Fluorescence Antibody Test
d. Enzyme Link Immunosorbent Assay Test
e. Serum Neutralization Test

ANTHRAX





1. Bagaimana cara penularan Anthrax dari hewan ke manusia dan manusia ke hewan?


Anthrax tidak lazim ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung. Wabah Anthrax pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang alkalis yang menjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi pertumbuhannya, ialah tersedianya makanan, suhu dan kelembaban tanah, serta dapat mengatasi persaingan biologik. Bila keadaan lingkungan tetap menguntungkan, kuman akan berkembang biak dan membentuk spora lebih banyak.

Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia. Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :

a. inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Infeksi melalui pernafasan mungkin terjadi pada pekerja-pekerja penyortir bulu domba (wool-sorter disease), sedangkan infeksi melalui saluran pencernaan terjadi pada orang-orang yang makan daging asal hewan penderita Anthrax.

b. cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus).

c. gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

2. Jelaskan Uji as Coli ?
Uji termopresipitasi Ascoli sangat berguna untuk menentukan jaringan tercemar Anthrax. Untuk uji Ascoli diperlukan serum presipitasi bertiter tinggi. Jaringan tersangka di-ekstrasi dengan air dengan cara perebusan, atau dengan penambahan kloroform. Cairan jernih yang diperoleh mengandung protein Anthrax, jika jaringan tersebut mengandung kuman Anthrax. Cairan tersebut disebut presiptinogen yang dipertemukan secara pelan-pelan dengan serum presipitasi (presipitin) dalam tabung sempit. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya cincin putih pada batas pertemuan antara kedua cairan tersebut.

Uji Ascoli digunakan untuk mendeteksi adanya antigen yang terdapat dalam sampel . Prinsip teknik ini reaksi antara antibodi (serum Ascoli) dengan antigen, di mana hasil positif akan terbentuk cincin warna putih di antara serum dan ekstrak sampel . Uji ini hanya baik digunakan untuk sampel dari hewan yang tersangka antraks dan tidak balk digunakan untuk sampel lingkungan, sebab terjadi reaksi silang dengan Bacillus lain .
Keterangan

B. anthracis mempunyai bentuk batang berantai wama biru dengan ujung siku-siku dengan kapsul berwama merah muda B. anthracis mempunyai bentuk koloni kasar, liat, warna abu-abu . non hemolisis, non motil dan membentuk spora Koloni B. Anthracis akan lisis jika ditetesi gamma-phage, pada umumnya B. anthracis sensitif terhadap penisilin Uji ELISA untuk deteksi antibodi anti-PA yang ada dalam sampel
serum . Jarang digunakan untuk diagnosis Untuk deteksi antigen B. anthracis . Pada uji ascoli terbentuk cincin putih diantara serum dan ekstrak sampel . Uji DFA untuk deteksi dinding sel dan kapsul (berwarna hijau jika dilihat di bawah

3. Bagaimana cara pencegahan dan penegndalian Anthrax
Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin. Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel. Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang). Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun. Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.

1) Pencegahan
a. Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yangdisiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS dari“Bioport corporation”, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing MI48909). Terbukti bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan pernapasan.;direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani bahan industri mentahyang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang biologis

b. Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensialterkontaminasi anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulitagar tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.

c. Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja padaindustri berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukansupervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada lukadikulit. Pekerja sebaiknya menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik untuk mencuci tangan dan pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkanruang makan jauh dari tempat kerja. Uap formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax.

d. Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulangatau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelumdiproses.

e. Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajananthrax jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak

f. Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut.Jika ingin mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindarikontaminasi tempat pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan alat yang dipakai dengan otoklaf, insinerator ataudilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan bahan kimia Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur,maka teknik pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatangtersebut dengan suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau denganmengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadikontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan,kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu mati; jangandibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous (quicklime).Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan quicklime.

g. Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang- binatang yang potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yangmenghasilkan produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.

h. Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepadasemua hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah sembuh.Pengobatan sebagai pengganti imunisasi dapat diberikan kepada hewan yang terpajansumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan ternak komersiil yangterkontaminas

2) Pengendalian
a. Hewan-hewan yang menderita Anthrax harus diasingkan sedemikian rupa sehingga tidak dapat kontak dengan hewan-hewan lain. Pengasingan tersebut sedapat mungkin dikandang atau ditempat di mana hewan tersebut didapati sakit. Di dekat tempat itu digali lubang sedalam 2-2 ¾Âmeter, untuk menampung sisa makanan dan tinja dari kandang hewan yang sakit.

b. Setelah penderita mati, sembuh atau setelah lubang itu terisi sampai 60 cm, lubang itu dipenuhi dengan tanah yang segar.

c. Dilarang menyembelih hewan-hewan yang sakit, terutama pada hewan yang dicurigai terkena Anthrax.

d. Hewan-hewan tersangka tidak boleh meninggalkan halaman di mana ia berdiam sedangkan hewan-hewan yang lain tidak boleh dibawa ke tempat itu.

e. ika diantara hewan-hewan yang tersangka tersebut timbul gejala-gejala penyakit, maka hewan-hewan yang tersangka tersebut timbul gejala-gejala penyakit, maka hewan-hewan yang sakit tersebut diasingkan menurut cara seperti ditentukan di dalam a.

f. Jika diantara hewan-hewan yang tersangka dalam waktu 14 hari tidak ada yang sakit, hewan-hewan tersebut dibebaskan kembali.

g. Di pintu-pintu yang menuju halaman, dimana hewan-hewan yang sakit atau tersangka sakit diasingkan dipasang papan bertuliskan űenyakit Hewan Menular Anthrax¡¦disertai nama penyakit yang dimengerti daerah itu.

h. Bangkai hewan yang mati karena Anthrax harus segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam.

i. Setelah penderita mati atau sembuh kandang dan semua perlengkapan yang tercemar harus dihapus hamakan.

j. Kandang dari bambu atau alang-alang dan semua alat-alat yang tidak dapat didesinfeksi, harus dibakar.

k. Dalam suatu daerah, penyakit dianggap telah berlalu setelah lewat masa 14 hari sejak matinya atau sembuhnya penderita terakhir.

l. Hewan yang mati karena Anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai.

m. Tindakan sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.









Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...