BAHAN ILMU LINGKUNGAN TERNAK
Cekaman Panas (Heat Stress)
Å Ternak untuk dapat tumbuh dan
berkembang biak secara optimal diperlukan suhu lingkungan yang optimal.
Å Keadaan ini di alam berada pada
kisaran yang sangat sempit. Hal ini disebabkan adanya perubahan antara siang
dan malam, letak lintang dan perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut,
sehingga keadaan suhu berubah sesesuai dengan keadaan waktu, lintang dan
ketinggian tempat.
Å Suhu lingkungan optimal dikenal pula
dengan istilah suhu nyaman atau zone termo netral.
Å Sebagi contoh ayam petelur, suhu
optimumnya berada pada kisaran suhu lingkungan antara 12 s/d 22o C,
sedangkan DOC dibesarkan pada kisaran
suhu 380C selama
beberapa hari pertama.
Tanda-tanda ternak
menerima heat stress :
1. Ternak gelisah
2. Nafas cepat, banyak
berkeringat
3. Pertumbuhan terganggu
4. Banyak minum
5. Mudah terserang penyakit
6. Pada batas kisaran
toleransinya, kesadaran menurun à ternak akan mati.
Cekaman Dingin (Cold Stress)
à Apabila ternak berada pada lingkungan
yang dingin, produksi panas meningkat. Hal ini berarti laju metabolisme ternak
meningkat. Apabila keadaan ini tidak diimbangi pemberian pakan yang simbang
dengan kuantitas yang memadai, maka ternak akan kekurangan energi termetabolis,
akibatnya pertahanan tubuh ternak untuk melawan pengaruh lingkungan akan
semakin menurun.
à Dampak yang terjadi : Ternak tumbuh
terganggu, mudah diserang penyakit dan produksi – reproduksi menurun.
ÃGejala-gejala ternak
berada pada cekaman dingin (Cold Stress)
:
1. Ternak menggigil
2. Metabolisme terganggu
3. Pertumbuhan dan reproduksi
terganggu
4. Pada batas kisaran
toleransinya untuk menerima cekaman dingin à ternak akan mati.
Hubungan antara suhu
lingkungan - produksi ternak, pada tiga jenis ternak berbeda (Ayam petelur,
ternak babi (berat 70 kg) dan sapi perah (Frisien Holnstein), menurut Bond and
Kelly, sbb :
Kebisingan
Bising adalah bunyi atau
suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu kenymanan pada ternak. Apabila
ternak terpapar dengan suara bising secara terus-menerus, maka akan mengganggu
pertumbuhan, produksi serta reproduksinya dan bahkan sampai mematikan.
à Satuan bising dinyatakan dengan
decibel dB(A) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan dapat diukur tingkatannya
dengan alat desibelmeter.
Tingkat kebisingan di atas
80 dB(A) telah menggangu aktifitas dan menurunkan produktifitas à ternak berada pada tingkatan stress.
Polusi Udara
ß Polusi udara dapat didefinisikan sebagai
masuk atau dimasukkannya zat atau energi ke udara ambient sehingga
peruntukkannya akan berubah.
Berbagai zat / energi dan gas-gas polutan udara
ambient beserta dampak/efek negatif yang dapat terjadi apabila kualitas udara
telah tercemar adalah sebagai berikut :
· Efek negatif bahan pencemar udara (debu,
asap dan kabut) terhadap kondisi fisik udara antara lain timbulnya gangguan
jarak pandang (visibility), mengganggu pernafasan, memberikan warna
tertentu pada atmosfer, mempengaruhi struktur awan, mempengaruhi keasaman air
hujan, dan mempercepat pemanasan atmosfer.
· Efek negatif yang ditimbulkan bahan
pencemar udara terhadap vegetasi adalah perubahan morfologi, pigmen, kerusakan
fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun, pertumbuhan vegetasi, proses
reproduksi tanaman, komposisi komunitas tanaman, dan terjadinya akumulasi bahan
pencemar pada vegetasi tertentu.
· Efek pencemaran gas NO2 terhadap
kesehatan ternak dan juga manusia terutama karena kemampuannya membentuk
Meth-Hb (Meth hemoglobin) dalam darah sehingga mengganggu fungsi darah.
Terjadinya sembab dan fibrosis paru-paru terbukti diakibatkan oleh paparan gas
NO2 yang melebihi ambang batas.
· Efek yang ditimbulkan oleh pencemaran CO
bagi manusia dan ternak adalah kemampuannya memblokir fungsi transport HbO2
dan meningkatkan HbCO dalam darah. Selanjutnya kemampuan tersebut akan
berdampak pada kerusakan otot jantung dan susunan syaraf pusat.
· Gas SO2 merupakan gas yang
terbentuk dalam pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara atau kegiatan
pembakaran lainnya. Adanya gas SO2 dalam konsentrsi tinggi di Atm
dapat membahayakan kesehatan.
· Gas NH3 (amoniak) merupakan gas yang
terbentuk dari dekomposisi bahan organic yang terdapat dalam urine ternak dan
juga manusia. Kandang yang terpolusi gas NH3 mengibatkan ternak terserang
penyakit snot (radang sinus dan paru-paru sehingga ternak menderita sesak nafas
dan keadaan yang paling fatal adalah mengakibatkan kematian.
· Gas CH4 (Methan) merupakan gas yang dihasilkan
dari dekomposisi bahan organic/timbunan sampah. Konsentrasi gas yang tinggi dan
bila terjadi gesekan atau penyulutan dengan api, sangat mudah meledak dan
terbakar dan merupakan gas beracun terhadap sistem pernafasan.
ILMU LINGKUNGAN TERNAK
---------------------------------------------------------------------------------
MODIFIKASI LINGKUNGAN
Modifikasi lingkungan ternak adalah segala upaya manusia untuk
menciptakan lingkungan buatan untuk ternak peliharaannya. Hal ini dimaksudkan
agar tercipta kondisi lingkungan ternak
agar ternak menjadi lebih aman, nyaman, sehat dan produktif.
Upaya-upaya yang dilakukan manusia untuk memodifikasi lingkungan
ternak adalah dengan membuat kandang untuk ternak dengan berbagai model, tipe,
ukuran dengan tujuan akhir adalah meningkatkan produktifitas ternak. Fokus
pengkajian untuk lingkungan ternak disamping pada kandang, juga lingkungan
kandangpun dimodifikasi, yaitu dengan menanam, tanaman pelindung, membuat kolam
ikan agar tercipta sebuah peternakan terpadu dari segala aspek, baik ekonomis,
social budaya, agama, kesehatan masyarakat, estetika dan lingkungan tetap
lestari tanpa dirusak.
Modifikasi lingkungan ternak dengan :
1.
Tanaman pelindung.
Berbagai jenis tanaman telah diupayakan untuk ditanaman
di sekitar kandang ternak. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dan
kenyamanan kandang ternak. Tanaman yang ditaman adalah tanaman – tanaman yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber hijauan makanan ternak samapai
dengan tanaman yang hanya berfungsi sebagai perindang/penyejuk kandang.
Tanaman-tanaman
yang umum dijumpai di sekitar kandang ternak adalah
a.
Tanaman gamal (Glyricidia cepium).
b.
Lamtoro (Gliricydia, sp.).
c.
Turi (Sesbania grandiflora)
d.
Nangka (Arthocarpus, sp.)
e.
Kelapa (Cocos nusifera)
f.
Bambu hias (Bambusa, sp), dll.
Fungsi tanaman
pelindung :
1.
Meningkatkan kesuburan tanah.
2.
Mempertahankan kadar air tanah.
3.
Sumber hijauan makanan ternak
terutama di musim kemarau (ingat Sistem 3 strata).
4.
Mencegah erosi.
5.
Serasah dan pangkasan tanaman
dapat digunakan sebagai kompos.
2. Kolam ikan di pinggir kandang
Modifikasi lingkungan ternak dengan
membuat kolam ikan di pinggir kandang ternak dimaksudkan untuk memanfaatkan
ruang secara optimal yang ada di sekitar kandang ternak. Dengan demikian dalam
korun waktu yang bersamaan didapatkan manfaat ganda disamping hasil ternak
(utama) juga hasil budidaya ikan sebagai tambahan juga diperoleh.
Kolam ikan di
pinggir kandang ternak berfungsi sebagai
:
1.
Menambah penghasilan bagi
peternak.
2.
Penyejuk lingkungan kandang.
3.
Kotoran ternak dan ceceran/sisa
pakan ternak dapat diberikan langsung pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam
ikan.
4.
Sebagai sumber air untuk
menyiram tanaman/hijauan makanan ternak, terutama di musim kemarau.
Pemeliharaan ternak bersama-sama
dengan pemeliharaan ikan di dekat kandang ternak sering diistilahkan dengan
sistem tumpang sari antara ternak dan ikan.
3.
Atap kandang
Masalah perkandangan perlu mendapat perhatian yang
serius dalam manajemen peternakan (North, 1972). Hal ini diperlukan untuk
memberikan rasa nyaman (comfort) pada
ternak dan pertumbuhan ternak tidak terganggu. Pembuatan kandang akan lebih
baik bila telah mempertimbangkan bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan
dalam pembuatan kandang (Primault, 1979).
Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai bahan atap
kandang adalah : genteng, seng, daun
kelapa dan alang-alang. Pertimbangan – pertimbangan pemilihan bahan atap ini
tergantung pertimbangn peternak maupun usaha peternakan yang kan menggunakan bahan tersebut sebagai bahan
atap kandang.
Sifat fisik bahan atap
kandang
Radiasi gelombang pendek dan panjang akan direfleksi,
ditransmisi dan diabsorbsi oleh semua bahan dengan proporsi masing-masing
berbeda tergantung pada jenis bahan. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan
suhu, keadaan fisik dan kimia serta panjang gelombang radiasi (Charles, 1981).
Absorbsi adalah daya serap bahan terhadap radiasi
gelombang pendek dan panjang yang
datang. Nilai absorbsi bahan terhadap radiasi gelombang pendek untuk seng yang
baru, genteng dan alang-alang adalah : 0,65; 0,55 dan 0,68. Sedangkan nilai
pantulan kembali “emisivitas” terhadap gelombang panjang untuk bahan yang sama
berturut-turut : 0,13; 0,93 dan 0,90
(Esmay, 1978).
Bahan atap kandang yang umum digunakan oleh peternak
atau usaha peternakan adalah : genteng, seng, daun kelapa dan alang-alang.
Masing-masing bahan atap kandang memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri.
Atap genteng dan seng, keunggulannya :
1. Tahan lebih
lama
2. Mudah
diperoleh di pasaran
Kelemahannya :
1. Harga relative lebih mahal
Atap daun kelapa dan alang-alang, keunggulannya :
1. Kandang
menjadi lebih sejuk
2. Harga relative
lebih murah.
Kelemahannya :
1. Lebih cepat
rusak / lapuk.
4. Lantai
Kandang
Pada ternak ayam, secara umum dikenal 2 macam sistem
lantai kandang yaitu sistem litter dan sistem slat. Lantai slat ini terbuat
dari belahan-belahan bamboo yang disebut “bamboo
slats” selebar 2 cm untuk alas kandang (Gapuz, 1973). Alas kandang dari
bamboo ini lebih tahan lama dan lebih mudah membersihkannya. Harganyapun lebih
mudah dari bahan lain misalnya kawat. Dari ke dua sistem lantai tersebut
mempunyai perbedaan yaitu lantai litter akan dapat menambah panas dari
vermentasi litter. Sedangkan pada lantai slat mempunyai ventilasi yang datang
dari dua arah yaitu arah bawah dan samping.
Untuk mendapat pertumbuhan yang baik, sistem lantai
kandang yang tepat sangat penting. Sebagai contoh anak ayam harus mendapat
luasan lantai yang cukup (Parnell, 1957, Winter dan Funk, 1962), anak ayam akan
tumbuh dengan cepat. Berat badannya dapat mencapai 2 kali lipat setiap 2 minggu
sampai anak-anak ayam tersebut mencapai umur 6 minggu.
5. Kecepatan
Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang kecepatannya
sangat tergantung dari perbedaan / gradient tekanan udara antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Semakin besar perbedaan tekanan udara antara satu tempat
dengan tempat lainnya semakin cepat pula kecepatan anginnya.
Di dalam bidang peternakan maka kecepatan angin yaitu
pergerakan udara dalam kandang sangat memegang peranan penting untuk menentukan
keberhasilan sebuah peternakan.
Pergerakan angin dalam kandang dengan pengaturan
ventilasi ataupun dengan menggunakan kipas angin telah banyak diteliti para
ahli. Modifikasi kecepatan angin dengan menggunakan kipas angin di dalam
kandang didefinisikan sebagai pengaturan pergerakan udara dalam kandang dengan
arah dan kecepatan tertentu, sehingga dalam kandang dapat diatur pertukaran
udara dengan baik. Gas-gas dan uap air yang dikeluarkan oleh ternak dapat
dikeluarkan dari kandang sehingga tidak membahayakan ternak. Pada cuaca dingin
ventilasi haruslah mempertahankan panas yang dihasilkan oleh ternak, sedangkan
Pada cuaca panas sebagai pelengkap untuk mengeluarkan panas lingkungan kandang.
Pengaruh kecepatan
angin pada ternak.
Pergerakan angin dalam kandang yang sesuai akan
mendukung pertumbuhan dan produksi ternak. Kurangnya sirkulasi udara pada
kandang ternak, dapat menyebabkan terjadinya :
1.
Peningkatan panas lingkungan
karena panas yang dikelurkan oleh ayam sendiri tidak dapat dikeluarkan.
2.
Pernimbunan Gas carbon dioksida
(CO2) dan amoniak (NH3).
3.
Penimbunan uap air yang
dikelurakan oleh ternak meallui penguapan pada pernafasan.
Sebagai akibat dari
kurangnya pergerakan angin dalam kandang akan menyebabkan :
1.
Secara umum menyebabkan
berkurangnya jumlah makanan yang dimakan.
2.
Pertambahan berat badannya
berkurang.
3.
Mudah diserang penyakit.
Dengan adanya pergerakan uadara dalam kandang dapat memperluas
tingkat suhu kritis untuk ternak. Pada negara-negara yang mengalami musim panas
dan musim dingin, kecepatan pergerakan udara yang tinggi dibutuhkan oleh ternak
selama bulan-bulan musim panas, dibandingkan bulan-bulan musim dingin.
Tabel berikut menunjukkan kecepatan pergerakan udara yang dibutuhkan
oleh ayam petelur dan ayam pedaging sebagai berikut :
Jenis Ayam
|
Musim dingin M3/menit
|
Musim panas m3/menit
|
1. Petelur
|
2,2
|
2,75
|
2. Pedaging
|
1,65
|
2,75
|
Kecepatan pergerakan udara yang lebih tinggi dari 18 – 21 m/menit
pada suhu udara 15,5 o C akan menyebabkan ayam pedaging
berdesak-desakan (kedinginan). Pada suhu 21,1 o C dengan kecepatan
udara 30,5 m / menit tidak memberikan pengaruh yang negative pada ayam. Tehadap
suhu rectal ternak ayam, dapat diturunkan dengan memberikan pergerakan udara 75
– 150 m / menit.
Pergerakan udara dalam kandang dapat diatur dengan ventilasi atau
dengan kipas angin sehingga gas-gas dan uap air yang dikeluarkan ternak segera
dapat dibuang ke luar kandang (Stanley ,
1951). Selanjutnya kecepatan angin optimum yang dapat memberikan ventilasi
terbaik bagi ayam pedaging sangat tergantung pada suhu kandang. Makin tinggi
suhu kandang kecepatan angina optimum juga makain tinggi atau sebaliknya. Drury
dan Siegel (1966), menyatakan bahwa ayam masih bisa toleran pada suhu 40,6 o C
apabila kecepatan angin berkisar antara 2,5 – 3,9 m/dt. Sirkulasi udara dalam
kandang yang terlalu lambat akan menyebakkan suplay oksigen ke dalam kandang
rendah (Subagyo, 1981). Suplay oksigen yang rendah diutamakan untuk
mempertahankan hidup, sehingga pembakaran zat makanan kurang, yang akhirnya
mengakibatkan efisiensi penggunaan makanan rendah.
6. Evaporatif cooling
Adalah suatu usaha pada ternak untuk menurunkan suhu tubuh ternak
dengan cara berkeringat, penting (terengah-engah), berbaring dilantai kandang,
berkubang atau dengan cara merontokkan bulu. Modifikasi lingkungan yang dapat
dilakukan adalah dengan cara pemberian kipas angina dengan kecepatan tertentu,
penyemprotan air ke kandang ternak (Biasa dilakukan pada peternakan babi, sapi
perah maupun pedaging) dan mengatur ventilasi kandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar