BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan produk peternakan yang mengandung nilai asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia. Kendati memiliki kandungan gizi tinggi, Telur mudah rusak akibat bakteri, antara lain Salmonella, bahan kimia dari limbah, dan benturan atau gesekan.
Telur adalah salah satu sumber
protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi.
Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan
sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain
sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan
mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur
mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi,
fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur.
Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh
bulatan
telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu
memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan
akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha
pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus
matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena
protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun.
Macam-macam telur adalah : telur ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh dan
lain-lain. Kualitas telur ditentukan oleh : 1) kualitas bagian dalam
(kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda
atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan 2) kualitas bagian luar
(bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit
telur).
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan paper ini adalah :
- Bagaimanakah
Komposisi kimia dari telur.
- Bagaimanakah
komposisi fisik dari telur.
- Apa yang
dapat dilakukan untuk mengawetkan telur agar dapat disimpan lebih lama.
- Pengolahan
apa saja yang dapat dilakukan untuk telur.
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut
:
- Untuk
mengetahui komposisi kimia dari telur.
- Untuk
mengetahui komposisi fisik dari telur.
- Untuk
mengetahui yang dapat dilakukan untuk mengawetkan telur agar dapat
disimpan lebih lama.
- Untuk mengetahui
pengolahan yang dapat dilakukan untuk telur.
1.4
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan
paper ini adalah metode kepustakaan yaitu dengan mencari data – data yang
mendukung dalam penulisan paper ini dalam sumber bacaan yang berupa buku dan
jurnal, seta media elektronik berupa internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komposisi Kimia Telur
Telur adalah sumber protein bermutu
tinggi, kaya akan vitamin dan mineral. Protein telur termasuk sempurna, karena
mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang. Asam
amino esensial sangat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak dapat dibuat
sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan yang dimakan.
Telur
mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung delapan
asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tubuh.
Selain itu, telur juga mengandung mineral selenium (Se). Pria membutuhkan
asupan selenium untuk pembentukan kualitas dan kuantitas sperma. Satu butir
telur dapat menghasilkan 10% dari total kebutuhan tubuh terhadap selenium.
Telur juga mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium untuk
pembentukan tulang. Selain itu, telur juga mengandung vitamin E. Kombinasi
antara selenium dan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang dapat
mengurangi risiko kerusakan sel tubuh akibat radikal bebas. Telur juga
diketahui sebagai sumber vitamin B12, vitamin B6, dan folat yang dibutuhkan
untuk kesehatan tubuh dan melindungi sel-sel saraf. Kekurangan vitamin B12 dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel saraf. Wanita hamil yang kekurangan
vitamin B12 mempunyai risiko anaknya akan mengalami kerusakan pada sistem
saraf. Namun, terkadang telur juga mengandung bakteri Salmonella sehingga tidak
dianjurkan untuk dimakan dalam keadaan mentah, khususnya bagi orang yang
memiliki risiko tinggi seperti wanita hamil, orang lanjut usia, dan anak-anak.
Telur sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak terlebih dahulu hingga matang.
Di samping itu telur juga mengandung vitamin
B kompleks dan sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium, dan
magnesium dalam jumlah yang cukup. Semua unsur ini sangat penting guna
meningkatkan pertumbuhan tubuh pada anak-anak dan remaja. Anak balita setiap
hari membutuhkan kurang lebih 15 gram protein hewani. Kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi apabila anak balita mengkonsumsi 2 butir telur ayam perhari. Protein
sangat dibutuhkan untuk membangun sel tubuh dan memperbaiki sel tubuh yang
rusak. Itulah sebabnya telur sering diberikan kepada anak kecil untuk membantu
pertumbuhan badan, dan kepada orang yang dalam proses penyembuhan guna mengganti
sel tubuh yang rusak.
Komposisi zat gizi telur ayam dalam 100
gram
1. Kalori (kal) : 162,0
2. Protein (g) : 12,8
3. Lemak (g) :11,5
4. Karbohodrat (g) : 0,7
5. Kalsium (mg) : 54,0
6. Fosfor (mg) : 180,0
7. Besi (mg) : 2,7
8. Vitamin A : 900,0
9. Vitamin B : 0,1
10. Air (g) : 72
Sumber: Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI, 1979
Nutrisi per 100 gr telur rebus :
Protein
dan asam amino :
|
|
Total Protein 12.6 g 25%
|
|
Tryptophan 153 mg
Threonine 604 mg
Isoleucine 686 mg
Leucine 1075 mg
Lysine 904
mg
Methionine 392 mg
Cystine 292
mg
Phenylalanine 668 mg
Tyrosine 513 mg
Valine 767
mg
Arginine 755 mg
Histidine 298 mg
Alanine 700 mg
Aspartic acid 1264 mg
Glutamic acid 1644 mg
Glycine 423 mg
Proline 501
mg
Serine 936
mg
|
|
Vitamin
:
|
|
Vitamin A
586 IU 12%
Vitamin D
belum ditentukan
Vitamin E
1.0 mg
5%
Thiamin 0.1 mg 4%
Riboflavin
0.5 mg 30%
Vitamin
B6 0.1 mg
6%
Folate 44.0 mcg 11%
Vitamin
B12 1.1 mcg 19%
Pantothenic
Acid 1.4 mg 14%
|
Mineral
:
|
Calcium 50.0 mg 5%
Iron 1.2
mg 7%
Magnesium
10.0 mg 2%
Phosphorus
172 mg 17%
Potassium
126 mg 4%
Sodium 124 mg 5%
Zinc 1.1
mg 7%
Selenium 30.8 mcg 44%
Fluoride 4.8 mcg
|
Lain-lain :
|
Total asam lemak Omega-3 78.0 mg
Total asam lemak Omega-6 1188 mg
Air 74.6 g
|
Semua gambaran di atas amat penting
dijelaskan, betapa telur memiliki banyak elemen penting yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan penggantian sel tubuh manusia.
2.2 Komposisi Fisik Telur
Telur mempunyai struktur yang sangat
khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah
dibuahi menjadi seekor anak, baik itu anak ayam, anak itik dll. Ketiga komponen
pokok telur adalah kerabang telur , putih telur, albumin dan kuning telur.
Telur ayam pada umumnya memiliki berat sekitar
50-57 gram perbutirnya, yang terdiri dari 11% bagian kulit telur, 50% bagian
putih telur, 31% bagian kuning telur.
Secara lebih teperinci struktur telur dapat
dibagi menjadi 9 bagian yaitu :
- Kerabang telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik
- Membran kulit luar dan dalam yang tipis, berpisah pada ujung yang tumpul dan membentuk ruang udara
- Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan
- Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk kantung albumen
- Putih telur bagian dalam yang tipis dan berupa cairan
- Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur. Ini dikenal sebagai khalaza dan berfungsi memantapkan posisi kuning telur
- Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur dan disebut membrane fitelin
- Benih atau bastodisc yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan kuning telur. Dalam telur yang terbuahi, benih ini berkembang menjadi anak ayam atau itik dll
- Kuning telur yang terbagi menjadi kuning telur berwarna putih berbenatuk vas, bermula dari benih ke pusat kuning telur dan kuning telur yang berlapis yang merupakan bagian terbesar
2.3 Pengawetan Telur
Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur
mengalami penurunan mutu. Semakin lama disimpan, penurunan mutu semakin besar,
yang akirnya mengalami kerusakan atau menjadi busuk. Penurunan mutu ini tidak
dapat dicegah, hanya dapat diperlambat kecepatannya dengan berbagai perlakuan,
yang dimaksud dengan pengawetan telur segar.
Penurunan tersebut antara lain turunnya berat
telur yang disebabkan penguapan gas seperti uap air, karbondioksida, amoniak,
nitrogen dan H2S. Karena penguapan tersebut juga menyebabkan
terjadinya pembesaran katung uadara. Juga menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi telur akibat terlepasnya CO2 , yang jika tidak dilakukan
penyimpanan yang baik akan menyebabkan telur tidk dapat dikonsumsi bahkan
menjadi busuk.
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu
di ruang terbuka. Kerusakkan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar
dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama
berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam
isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena
keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih
telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula
disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur
masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh
kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur
sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor
akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan.
Perubahan-perubahan
yang terjadi selama penyimpanan telur utuh :
- Berkurangnya berat, terutama
disebabkan karena hilangnya air, dari albumin tetapi sebagian juga karena
kehilangan CO2, NH3, NH2 dan H2S
- Pertambahan ukuran ruang udara.
Karena air hilang, volume ruang udara bertambah
- Penurunan berat jenis karena
bertambah besarnya ruang udara
- Bercak-bercak pada permukaan kulit
telur karena penyebaran air yang tidak merata
- Penurunan jumlah putih telur tebal
karena serat glikoprotein ovomucin pecah
- Penambahan ukuran kuning telur karena
perpindahan air dari albumin ke kuning telur sebagai akibat perbedaan
tekanan osmose
- Perubahan cita rasa
- Kehilangan karbondioksida
- Kenaikan pH, terutama dalam albumin yang meningkat dari pH 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya CO2
Pengawetan telur utuh bertujuan untuk
mempertahankan mutu telur segar. Prinsip dari pengawetan telur segar adalah
mencegah penguapan air dan terlepasnya gas – gas lain dari dalam telur, serta
mencegah mikroba masuk ke dalam telur selama mungkin.
Hal – hal tersebut diatas dapat dlakukan
dengan cara menutup pori – pori kulit telura atau mengatur kelembaban dan
kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan. Penutupen pori – pori kulit telur
dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati
(minyak sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air mndidih dan lain –
lain. Sedangkan mengatur kecapatan aliran udara dan kelembaban udara dapat
dilakukan dengan penyimpanan pada ruangan khusus.
Sebelum dilakukan pengawetan, penting
diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini meskipun mutunya sangat baik,
tetapi jika kulitnya kotor, telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih
pembeli. Pembersihan kulit telur dapat dilakukan dengan cara :
1
Merendam
telur dalam air bersih, dapt diberi sedikit ditegen atau natrium hidroksida
(soda api). Kemudian dicuci bersih hingga kotora yang menempel hilang.
2
Mencuci
telur dengan menggunakan air hangat suam – suam kuku (60oC) yang
mengalir. Untuk mempercepat hilangnya kotoran dapat dilakukan dengan
menggunakan kain.
Setelah kulit telur bersih, dapat
dilakukan pengawetan telur segar, dengan metode antara lain pengemasan kering,
perendaman dalam bebagai jenis cairan, penutupan pori – pori kulit telur dan
penyimpanan dingin.
1. Pengemasan Kering
Pengemasan telur dapat dilakukan secara
kering dengan menggunakan bahan – bahan seperti sekam, pasir dan serbuk
gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan memperlambat hilangnya air dan CO2.
kelemahan cara ini adalah menambah berat dan volume, yang dapat menaikkan
ongkos pengangkutan dan penyimpanan. Disamping itu, pengemasan kring tiak
banyak memberikan perlindungan dari mikroorganisme selama penyimpanan.
2. Peradaman Dalam Cairan
Metode ini merupakan suatu cara pengawetan
telur yang terutama bertujuan mencegah penguapan air, serta umumya
dikombinasikan dengan penyimpanan dingin. Beberapa yang dapat digunakan adalh
sebagai berikut :
Peredaman telur dalam larutan kapur
Larutan kapur dapat dibuat dengan cara
melarutkan 100 gr batu kapur (CaO) dalam
1,5 liter air, lalu dibiarkan sampai dingin. Daya pengawet dari kapur karena
mempunyai sifat basa, sehingga mencegah tumbuhnya mikroba. Kapur (CaO) akan
bereaksi dengan udara membentuk lapisan tipis kalsim karbonat (CaCO3)
di atas permukaan cairan peredam. Kemudian kalsium karbonat yang terbentuk akan
mengendap diatas permukaan telur. Pori – pori yang tertutup ini menyebabkan
mikroba tidak dapat masuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dan gas -
gas lain dari dalam isi telur. Kapur juga menybabkan kenaikan pH pada permukaan
kulit telur yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Perendaman dalam minyak parafin
Telur direndam atau dicelupkan dalam
minyak parafin selama beberapa menit. Selajutnya dikeringkan dengan membiarkan
di udara terbuka (dikering anginkan) sehingga minyak parafin menjadi kering dan
menutupi pori – pori kulit telur.
Perendaman dalam air kaca
Air kaca adalah larutan natrium
silikat (Na2SiO4), berbentuk cairan kental, tidak
berwarna, tidak berbau dan jernih seperti kaca. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan 100 g
larutan silikat ke dalam 900 ml akuades, kemudian dapat digunakan untuk
merendam telur.
Pencelupan telur dalam air mendidih
Pencelupan telur dapat dilakukan kurang
lebih 5 detik dalam air mendidih. Hal
ini menyebabkan permukaan dalam kulit telur akan menggumpal dan menutupi pori –
pori kulit telur dari dalam.
3. Pengawetan Telur dengan Mengunakan Bahan Penyamak Nabati
Prinsip dasarnya adalah terjadinya reaksi
penyamakan pada bagian luar kulit telur oleh zat penyamak (tanin). Akibatnya
kulit telur menjadi impermiable (tidak dapat bersatu atau bercampur) terhadap air dan gas. Dengan demikian keluarnya
air dan gas dapat dicegah sekecil mungkin.
Bahan penyamak nabati yang banyak
digunakan adalah daun akasia. (Acasia decurrena) atau daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang telah dikeringkan. Daun kering tersebut
dapat direndam selama semalam dan direbus satu jam, kemudain air disaring dan
digunakan untuk merendam telur.
Tanin
akan bereaksi dengan protein yang terdapat dalam kulit telur yang mempunyai
sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga terjadi proses penyamakan kulit
berupa endapan berwarna coklat yang dapat menutup pori-pori kulit telur dan
kulit telur tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan
udara dan pengawetan telur ayam ras dengan memanfaatkan daun jambu (Psidium guajava L.) mempunyai biaya
pengolahan yang murah dan mutu telur ayam ras bertahan selama kurang lebih satu
bulan.
4. Penutupan Pori – pori Kulit Telur
Penutupan pori – pori kulit telur dapat
dilakukan dengan menggunakan agar – agar, getah karet, sabun, gelatin, minyak
nabati, dan bahkan getah kaktus. Bahan yang paling banyak digunakan adalah
berbagai minyak nabati atau minyak sayur karena mudah disediakan dan murah.
Minyak nabati dilakukan dengan pencelupan adalah berbagai minyak nabati atau
minyak sayur karena mudah disediakan dan murah. Minyak nabati dapat digunakan
dengan cara pencelupan atau penyemprotan. Minyak nabati yang dapat digunakan
antara lain : minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kacang, minyak jagung,
atau kombinasi atau campuran minyak – minyak di atas.
Teknik penyemprotan akan menghasilkan
sekitar 50 mg minyak yang menutupi pori – pori sebutir telur. Jika cara ini
dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu dingin (sekitar 1oC)
dapat mengawetkan telur selama 6 bulan, dengan hampir tidak akan ada perubahan
dibandingkan keadaan segarnya.
5. Penyimpanan Dingin
Telur segar dapat dipertahankan mutunya
dalam waktu relatif lama bisa disimpan dalam ruangan dingin dengan kelembaban
udara antara 80 – 90 % dan kecepatan aliran udara 1 – 1,5 m/detik. Dalam hal
ini telur disimpan sedekat mungkin diatas titik beku telur yaitu -2oC.
Suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya CO2 dan air dari
dalam telur serta penyebaran air dari putih ke kuning telur. Untuk lebih
menghambat hilangnya CO2 di dalam ruang penyimpanan dapat
ditingkatkan sampai 3 persen.
Untuk pengawetan telur tanpa kulit dapat
diakukan dengan jalan melakukan pembekuan dan pengeringan.
2.4 Pengolahan Telur
Secara tradisional pengolahan telur dapat
dilakukan dengan membuat telur menjadi telur asin, telur bekasem, telur
pindang, telur lablabnyah dll.
Salah satu pengolahan telur adalah telur asin. Telur asin adalah telur utuh
yang diawetkan dengan adonan yang dibubuhi garam. Ada 3 cara pembuatan telur
asin yaitu :
1) Telur
asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering;
2) Telur
asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh;
3) Telur
asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan teh.
Bahan :
1) Telur bebek
yang bermutu baik 30 butir
2) Abu
gosok atau bubuk batu bata merah 1 ½ liter
3) Garam dapur
½ kg
4) Larutan daun
teh (bila perlu) 50 gram teh / 3 liter air
5) Air bersih
secukupnya
Alat :
1)
Ember plastik
2) Kuali tanah
atau panci
3) Kompor atau
alat pemanas
4) Alat
pengaduk
5) Stoples atau alat penyimpan telur
Cara Membuatnya :
1) Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau
busuk);
2)
Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian
keringkan;
3) Amplas
seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka;
4) Buat
adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan
sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk bata
merah dengan garam;
5)
Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk
pasta;
6) Bungkus
telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur,
kira-kira setebal 1~2 mm;
7) Simpan
telur dalam kuali atanah atau ember plastik selama 15 ~ 20 hari. Usahakan agar
telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka;
8) Setelah
selesai bersihkan telur dari adonan kemudian rendam dalam larutan teh selama 8
hari (bila perlu).
Keuntungan dari telur asin antara lain :
1) Telur
yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses perusakan;
2) Dengan
pengasinan rasa amis telur akan berkurang tidak berbau busuk, dan rasanya enak.
Catatan:
1) Asin
tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada kadar garam yang
diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin awet telur yang diasinkan,
tetapi rasanya akan semakin asin.
2) Telur
asin matang tahan selama 2~3 minggu, sedangkan pembubuhan larutan teh dalam
adonan pengasin dapat meningkatkan ketahanan telur asin sampai 6 minggu.
3)
Penggunaan ekstrak daun teh bertujuan agar zat tanin yang terkandung dalam daun
teh dapat menutupi pori-pori kulit telur sertamemberikan warna coklat muda yang
menarik dan bau telur asin yang dihasilkan lebih disukai.
4)
Komposisi kimia telur segar dan telur asin
Jenis telur
|
Kalori (kal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
Hidrat arang
(g)
|
Kalsium (mg)
|
Fosfor (mg)
|
Besi (mg)
|
Vit A S.I
|
Vit B–1 (mg)
|
Vit C (mg)
|
Air (g)
|
b.d.d (%)
|
Telur Ayam
|
162
|
12,8
|
11,5
|
0,7
|
54
|
180
|
2,7
|
900
|
0,10
|
0
|
74
|
90
|
Telur Bebek
(itik)
|
189
|
13,1
|
14,3
|
0,8
|
56
|
175
|
2,8
|
1230
|
0,18
|
0
|
70,8
|
90
|
Telur Bebek
Asin
|
195
|
13,6
|
13,6
|
1,4
|
120
|
157
|
1,8
|
841
|
0,28
|
0
|
66,5
|
83
|
Sumber :
tentang pengolahan pangan Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telur merupakan produk hasil peternakan
sebagai sumber protein heawani yang memiliki kandungan nutrisi lengkap. Namun
telur memiliki daya simpan yang tidak terlalu panjang. Sehingga telur
memerlukan pengawetan dan pengolahan.
3.2 Saran
Diperlukan inovasi – inovasi dalam pengawetan dan pengolahan
telur sehingga tidak mengurangi dan merusak kandungan nutrisi telur.
DAFTAR PUSTAKA
Anon. -------. Cara Mengawetkan Telur. Diakses dari http://id.shvoong.com/ pada tanggal 6 April 2010
Anon. --------. Tekno
Pangan dan Agroindustri Vol.1 No. 2. Jurnal Teknologi Pangan dan gizi. Institut Pertanian Bogor. Diakses dari www.google.com pada tanggal 6 April 2010.
Anon. ------.
Telur (Makanan) Kamus Bebas Wikipedia. Diakses dari www.wikipedia.com pada tanggal 6 April 2010
Direktorat Gizi.
Departemen RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara.
Jakarta
Fajar. 2006.
Sekilas Tentang Manfaat Telur. Diakses dari www.infosehat.com pada tanggal 6 April 2010
Maryati,
Jusmawati, dan M. Kartika. 2009. Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium guajava
L.) Sebagai Alternatif Pengawet Telur Ayam Ras. FMIPA UNM
Rashaf, Muhammad.
1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta: Kanisius.
Riyanto, Antonius.
2001. Sukseskan Menetaskan Telur Ayam. Jakarta: Andromedia Pustaka
Santoso. D. 2007. Telur
: Sumber Protein Termurah. Diakses dari DenySantoso.com pada tanggal 6 April
2010.