Minggu, 29 April 2018

Sifat kimia dan fisik telur

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan produk peternakan yang mengandung nilai asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia. Kendati memiliki kandungan gizi tinggi, Telur mudah rusak akibat bakteri, antara lain Salmonella, bahan kimia dari limbah, dan benturan atau gesekan.
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh
bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah : telur ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh dan lain-lain. Kualitas telur ditentukan oleh : 1) kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan 2) kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur).

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan paper ini adalah :
  1. Bagaimanakah Komposisi kimia dari telur.
  2. Bagaimanakah komposisi fisik dari telur.
  3. Apa yang dapat dilakukan untuk mengawetkan telur agar dapat disimpan lebih lama.
  4. Pengolahan apa saja yang dapat dilakukan untuk telur.

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui komposisi kimia dari telur.
  2. Untuk mengetahui komposisi fisik dari telur.
  3. Untuk mengetahui yang dapat dilakukan untuk mengawetkan telur agar dapat disimpan lebih lama.
  4. Untuk mengetahui pengolahan yang dapat dilakukan untuk telur.

1.4  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah metode kepustakaan yaitu dengan mencari data – data yang mendukung dalam penulisan paper ini dalam sumber bacaan yang berupa buku dan jurnal, seta media elektronik berupa internet.












BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Komposisi Kimia Telur
Telur adalah sumber protein bermutu tinggi, kaya akan vitamin dan mineral. Protein telur termasuk sempurna, karena mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan yang dimakan.
Telur mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung delapan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tubuh. Selain itu, telur juga mengandung mineral selenium (Se). Pria membutuhkan asupan selenium untuk pembentukan kualitas dan kuantitas sperma. Satu butir telur dapat menghasilkan 10% dari total kebutuhan tubuh terhadap selenium. Telur juga mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang. Selain itu, telur juga mengandung vitamin E. Kombinasi antara selenium dan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko kerusakan sel tubuh akibat radikal bebas. Telur juga diketahui sebagai sumber vitamin B12, vitamin B6, dan folat yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi sel-sel saraf. Kekurangan vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel saraf. Wanita hamil yang kekurangan vitamin B12 mempunyai risiko anaknya akan mengalami kerusakan pada sistem saraf. Namun, terkadang telur juga mengandung bakteri Salmonella sehingga tidak dianjurkan untuk dimakan dalam keadaan mentah, khususnya bagi orang yang memiliki risiko tinggi seperti wanita hamil, orang lanjut usia, dan anak-anak. Telur sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak terlebih dahulu hingga matang.
Di samping itu telur juga mengandung vitamin B kompleks dan sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium, dan magnesium dalam jumlah yang cukup. Semua unsur ini sangat penting guna meningkatkan pertumbuhan tubuh pada anak-anak dan remaja. Anak balita setiap hari membutuhkan kurang lebih 15 gram protein hewani. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi apabila anak balita mengkonsumsi 2 butir telur ayam perhari. Protein sangat dibutuhkan untuk membangun sel tubuh dan memperbaiki sel tubuh yang rusak. Itulah sebabnya telur sering diberikan kepada anak kecil untuk membantu pertumbuhan badan, dan kepada orang yang dalam proses penyembuhan guna mengganti sel tubuh yang rusak.
Komposisi zat gizi telur ayam dalam 100 gram                  
1. Kalori (kal) : 162,0
2. Protein (g) : 12,8                                                                                     
3. Lemak (g) :11,5
4. Karbohodrat (g) : 0,7
5. Kalsium (mg) : 54,0
6. Fosfor (mg) : 180,0
7. Besi (mg) : 2,7
8. Vitamin A : 900,0
9. Vitamin B : 0,1
10. Air (g) : 72
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979
Nutrisi per 100 gr telur rebus :
Protein dan asam amino :

Total Protein 12.6 g 25%

Tryptophan                                   153 mg
Threonine                                     604 mg
Isoleucine                                     686 mg
Leucine                                       1075 mg
Lysine                                           904 mg
Methionine                                   392 mg
Cystine                                         292 mg
Phenylalanine                              668 mg
Tyrosine                                       513 mg
Valine                                           767 mg
Arginine                                       755 mg
Histidine                                      298 mg
Alanine                                        700 mg
Aspartic acid                             1264 mg
Glutamic acid                            1644 mg
Glycine                                        423 mg
Proline                                         501 mg
Serine                                          936 mg

Vitamin :

Vitamin A                              586 IU 12%
Vitamin D                     belum ditentukan
Vitamin E                                1.0 mg 5%
Thiamin                                   0.1 mg 4%
Riboflavin                              0.5 mg 30%
Vitamin B6                              0.1 mg 6%
Folate                                 44.0 mcg 11%
Vitamin B12                        1.1 mcg 19%
Pantothenic Acid                   1.4 mg 14%


Mineral :
Calcium                                 50.0 mg 5%
Iron                                          1.2 mg 7%
Magnesium                            10.0 mg 2%
Phosphorus                           172 mg 17%
Potassium                               126 mg 4%
Sodium                                   124 mg 5%
Zinc                                         1.1 mg 7%
Selenium                            30.8 mcg 44%
Fluoride                                      4.8 mcg

Lain-lain :
Total asam lemak Omega-3 78.0 mg
Total asam lemak Omega-6 1188 mg
Air 74.6 g

Semua gambaran di atas amat penting dijelaskan, betapa telur memiliki banyak elemen penting yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan penggantian sel tubuh manusia.

2.2 Komposisi Fisik Telur
Telur mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor anak, baik itu anak ayam, anak itik dll. Ketiga komponen pokok telur adalah kerabang telur , putih telur, albumin dan kuning telur.
Telur ayam pada umumnya memiliki berat sekitar 50-57 gram perbutirnya, yang terdiri dari 11% bagian kulit telur, 50% bagian putih telur, 31% bagian kuning telur.
Secara lebih teperinci struktur telur dapat dibagi menjadi 9 bagian yaitu :
  • Kerabang telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik
  • Membran kulit luar dan dalam yang tipis, berpisah pada ujung yang tumpul dan membentuk ruang udara
  • Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan
  • Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk kantung albumen
  • Putih telur bagian dalam yang tipis dan berupa cairan
  • Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur. Ini dikenal sebagai khalaza dan berfungsi memantapkan posisi kuning telur
  • Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur dan disebut membrane fitelin
  • Benih atau bastodisc yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan kuning telur. Dalam telur yang terbuahi, benih ini berkembang menjadi anak ayam atau itik dll
  • Kuning telur yang terbagi menjadi kuning telur berwarna putih berbenatuk vas, bermula dari benih ke pusat kuning telur dan kuning telur yang berlapis yang merupakan bagian terbesar

2.3 Pengawetan Telur
Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami penurunan mutu. Semakin lama disimpan, penurunan mutu semakin besar, yang akirnya mengalami kerusakan atau menjadi busuk. Penurunan mutu ini tidak dapat dicegah, hanya dapat diperlambat kecepatannya dengan berbagai perlakuan, yang dimaksud dengan pengawetan telur segar.
Penurunan tersebut antara lain turunnya berat telur yang disebabkan penguapan gas seperti uap air, karbondioksida, amoniak, nitrogen dan H2S. Karena penguapan tersebut juga menyebabkan terjadinya pembesaran katung uadara. Juga menyebabkan perubahan komposisi kimiawi telur akibat terlepasnya CO2 , yang jika tidak dilakukan penyimpanan yang baik akan menyebabkan telur tidk dapat dikonsumsi bahkan menjadi busuk.
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka. Kerusakkan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan.
 Perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh : 
  1. Berkurangnya berat, terutama disebabkan karena hilangnya air, dari albumin tetapi sebagian juga karena kehilangan CO2, NH3, NH2 dan H2S
  2. Pertambahan ukuran ruang udara. Karena air hilang, volume ruang udara bertambah
  3. Penurunan berat jenis karena bertambah besarnya ruang udara
  4. Bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena penyebaran air yang tidak merata
  5. Penurunan jumlah putih telur tebal karena serat glikoprotein ovomucin pecah
  6. Penambahan ukuran kuning telur karena perpindahan air dari albumin ke kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan osmose
  7. Perubahan cita rasa
  8. Kehilangan karbondioksida
  9. Kenaikan pH, terutama dalam albumin yang meningkat dari pH 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya CO2
Pengawetan telur utuh bertujuan untuk mempertahankan mutu telur segar. Prinsip dari pengawetan telur segar adalah mencegah penguapan air dan terlepasnya gas – gas lain dari dalam telur, serta mencegah mikroba masuk ke dalam telur selama mungkin.
Hal – hal tersebut diatas dapat dlakukan dengan cara menutup pori – pori kulit telura atau mengatur kelembaban dan kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan. Penutupen pori – pori kulit telur dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati (minyak sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air mndidih dan lain – lain. Sedangkan mengatur kecapatan aliran udara dan kelembaban udara dapat dilakukan dengan penyimpanan pada ruangan khusus.
Sebelum dilakukan pengawetan, penting diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini meskipun mutunya sangat baik, tetapi jika kulitnya kotor, telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih pembeli. Pembersihan kulit telur dapat dilakukan dengan cara :
1        Merendam telur dalam air bersih, dapt diberi sedikit ditegen atau natrium hidroksida (soda api). Kemudian dicuci bersih hingga kotora yang menempel hilang.
2        Mencuci telur dengan menggunakan air hangat suam – suam kuku (60oC) yang mengalir. Untuk mempercepat hilangnya kotoran dapat dilakukan dengan menggunakan kain.
Setelah kulit telur bersih, dapat dilakukan pengawetan telur segar, dengan metode antara lain pengemasan kering, perendaman dalam bebagai jenis cairan, penutupan pori – pori kulit telur dan penyimpanan dingin.
1. Pengemasan Kering
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan – bahan seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan memperlambat hilangnya air dan CO2. kelemahan cara ini adalah menambah berat dan volume, yang dapat menaikkan ongkos pengangkutan dan penyimpanan. Disamping itu, pengemasan kring tiak banyak memberikan perlindungan dari mikroorganisme selama penyimpanan.
2. Peradaman Dalam Cairan
Metode ini merupakan suatu cara pengawetan telur yang terutama bertujuan mencegah penguapan air, serta umumya dikombinasikan dengan penyimpanan dingin. Beberapa yang dapat digunakan adalh sebagai berikut :
Peredaman telur dalam larutan kapur
Larutan kapur dapat dibuat dengan cara melarutkan 100 gr batu kapur (CaO)  dalam 1,5 liter air, lalu dibiarkan sampai dingin. Daya pengawet dari kapur karena mempunyai sifat basa, sehingga mencegah tumbuhnya mikroba. Kapur (CaO) akan bereaksi dengan udara membentuk lapisan tipis kalsim karbonat (CaCO3) di atas permukaan cairan peredam. Kemudian kalsium karbonat yang terbentuk akan mengendap diatas permukaan telur. Pori – pori yang tertutup ini menyebabkan mikroba tidak dapat masuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dan gas - gas lain dari dalam isi telur. Kapur juga menybabkan kenaikan pH pada permukaan kulit telur yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Perendaman dalam minyak parafin
Telur direndam atau dicelupkan dalam minyak parafin selama beberapa menit. Selajutnya dikeringkan dengan membiarkan di udara terbuka (dikering anginkan) sehingga minyak parafin menjadi kering dan menutupi pori – pori kulit telur.
Perendaman dalam air kaca
Air kaca adalah larutan natrium silikat (Na2SiO4), berbentuk cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau dan jernih seperti kaca. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan 100 g larutan silikat ke dalam 900 ml akuades, kemudian dapat digunakan untuk merendam telur.
Pencelupan telur dalam air mendidih
Pencelupan telur dapat dilakukan kurang lebih 5 detik dalam air mendidih.  Hal ini menyebabkan permukaan dalam kulit telur akan menggumpal dan menutupi pori – pori kulit telur dari dalam.

3. Pengawetan Telur dengan Mengunakan Bahan Penyamak Nabati
Prinsip dasarnya adalah terjadinya reaksi penyamakan pada bagian luar kulit telur oleh zat penyamak (tanin). Akibatnya kulit telur menjadi impermiable (tidak dapat bersatu atau bercampur)  terhadap air dan gas. Dengan demikian keluarnya air dan gas dapat dicegah sekecil mungkin.
Bahan penyamak nabati yang banyak digunakan adalah daun akasia. (Acasia decurrena) atau daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang telah dikeringkan. Daun kering tersebut dapat direndam selama semalam dan direbus satu jam, kemudain air disaring dan digunakan untuk merendam telur.
 Tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat dalam kulit telur yang mempunyai sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga terjadi proses penyamakan kulit berupa endapan berwarna coklat yang dapat menutup pori-pori kulit telur dan kulit telur tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan udara dan pengawetan telur ayam ras dengan memanfaatkan daun jambu (Psidium guajava L.) mempunyai biaya pengolahan yang murah dan mutu telur ayam ras bertahan selama kurang lebih satu bulan.

4. Penutupan Pori – pori Kulit Telur
Penutupan pori – pori kulit telur dapat dilakukan dengan menggunakan agar – agar, getah karet, sabun, gelatin, minyak nabati, dan bahkan getah kaktus. Bahan yang paling banyak digunakan adalah berbagai minyak nabati atau minyak sayur karena mudah disediakan dan murah. Minyak nabati dilakukan dengan pencelupan adalah berbagai minyak nabati atau minyak sayur karena mudah disediakan dan murah. Minyak nabati dapat digunakan dengan cara pencelupan atau penyemprotan. Minyak nabati yang dapat digunakan antara lain : minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kacang, minyak jagung, atau kombinasi atau campuran minyak – minyak di atas.
Teknik penyemprotan akan menghasilkan sekitar 50 mg minyak yang menutupi pori – pori sebutir telur. Jika cara ini dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu dingin (sekitar 1oC) dapat mengawetkan telur selama 6 bulan, dengan hampir tidak akan ada perubahan dibandingkan keadaan segarnya.

5. Penyimpanan Dingin
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam waktu relatif lama bisa disimpan dalam ruangan dingin dengan kelembaban udara antara 80 – 90 % dan kecepatan aliran udara 1 – 1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin diatas titik beku telur yaitu -2oC. Suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya CO2 dan air dari dalam telur serta penyebaran air dari putih ke kuning telur. Untuk lebih menghambat hilangnya CO2 di dalam ruang penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3 persen.
Untuk pengawetan telur tanpa kulit dapat diakukan dengan jalan melakukan pembekuan dan pengeringan.

2.4 Pengolahan Telur
Secara tradisional pengolahan telur dapat dilakukan dengan membuat telur menjadi telur asin, telur bekasem, telur pindang, telur lablabnyah dll.
Salah satu pengolahan telur adalah telur asin. Telur asin adalah telur utuh yang diawetkan dengan adonan yang dibubuhi garam. Ada 3 cara pembuatan telur asin yaitu :
1) Telur asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering;
2) Telur asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh;
3) Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan teh.
Bahan :
1) Telur bebek yang bermutu baik 30 butir
2) Abu gosok atau bubuk batu bata merah 1 ½ liter
3) Garam dapur ½ kg
4) Larutan daun teh (bila perlu) 50 gram teh / 3 liter air
5) Air bersih secukupnya
Alat :
1) Ember plastik
2) Kuali tanah atau panci
3) Kompor atau alat pemanas
4) Alat pengaduk
5) Stoples atau alat penyimpan telur
Cara Membuatnya :
1) Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk);
2) Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan;
3) Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka;
4) Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk bata merah dengan garam;
5) Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta;
6) Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1~2 mm;
7) Simpan telur dalam kuali atanah atau ember plastik selama 15 ~ 20 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka;
8) Setelah selesai bersihkan telur dari adonan kemudian rendam dalam larutan teh selama 8 hari (bila perlu).

Keuntungan dari telur asin antara lain :
1) Telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses perusakan;
2) Dengan pengasinan rasa amis telur akan berkurang tidak berbau busuk, dan rasanya enak.
Catatan:
1) Asin tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada kadar garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin.
2) Telur asin matang tahan selama 2~3 minggu, sedangkan pembubuhan larutan teh dalam adonan pengasin dapat meningkatkan ketahanan telur asin sampai 6 minggu.
3) Penggunaan ekstrak daun teh bertujuan agar zat tanin yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori kulit telur sertamemberikan warna coklat muda yang menarik dan bau telur asin yang dihasilkan lebih disukai.
4) Komposisi kimia telur segar dan telur asin

Jenis telur
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Hidrat arang (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vit A S.I
Vit B–1 (mg)
Vit C (mg)
Air (g)
b.d.d (%)
Telur Ayam
162
12,8

11,5

0,7

54

180

2,7

900

0,10

0
74

90
Telur Bebek (itik)
189
13,1

14,3

0,8

56

175

2,8

1230

0,18

0
70,8

90
Telur Bebek Asin
195
13,6

13,6

1,4

120

157

1,8

841

0,28

0
66,5

83
Sumber : tentang pengolahan pangan Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Telur merupakan produk hasil peternakan sebagai sumber protein heawani yang memiliki kandungan nutrisi lengkap. Namun telur memiliki daya simpan yang tidak terlalu panjang. Sehingga telur memerlukan pengawetan dan pengolahan.

3.2 Saran
Diperlukan inovasi – inovasi dalam pengawetan dan pengolahan telur sehingga tidak mengurangi dan merusak kandungan nutrisi telur.




















DAFTAR PUSTAKA

Anon.  -------. Cara Mengawetkan Telur. Diakses dari http://id.shvoong.com/ pada tanggal 6 April 2010
Anon. --------. Tekno Pangan dan Agroindustri Vol.1 No. 2. Jurnal Teknologi Pangan dan gizi. Institut Pertanian Bogor. Diakses dari www.google.com pada tanggal 6 April 2010.
Anon. ------. Telur (Makanan) Kamus Bebas Wikipedia. Diakses dari www.wikipedia.com pada tanggal 6 April 2010
Direktorat Gizi. Departemen RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta
Fajar. 2006. Sekilas Tentang Manfaat Telur. Diakses dari www.infosehat.com pada tanggal 6 April 2010
Maryati, Jusmawati, dan M. Kartika. 2009. Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Alternatif Pengawet Telur Ayam Ras. FMIPA UNM
Rashaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta: Kanisius.
Riyanto, Antonius. 2001. Sukseskan Menetaskan Telur Ayam. Jakarta: Andromedia Pustaka
Santoso. D. 2007. Telur : Sumber Protein Termurah. Diakses dari DenySantoso.com pada tanggal 6 April 2010.



Sifat kimia dan fisik telur

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu...